Miranda menarik kursi pelan, duduk di sisi ranjang. Wajahnya tampak lembut, tapi setiap senyum yang keluar seperti racun berlapis madu.“Kamu tahu, Andin,” katanya lirih, nada suaranya seolah menasihati, “Sebagai perempuan yang terlahir dari keluarga Winanto, kamu itu harus tahu tempat dan batasan. Jangan terlalu banyak untuk menuntut, apalagi soal perasaan.”Andini menatap wajah ibunya, wajah yang dulu dia kira tempat ternyaman untuk berkeluh-kesah, tapi kini hanya bayangan dingin yang tanpa hati.Miranda masih melanjutkan, menggenggam tangan putrinya dengan tekanan halus yang menyakitkan.“Mami rasa kamu terlalu banyak mengeluh. Apa kurangnya lagi sosok Radit dimata mu? Dia suami setia, penuh kasih sayang, semua kemewahan sudah diberikannya untukmu.”Mendengar kata-kata ibunya, Andini menarik tangannya perlahan, menatap ibunya dengan pandangan kosong.Setia? Penuh kasih sayang? Kata-kata itu hampir membuatnya tertawa getir.Setia macam apa, kalau sejak awal pernikahan Radit sudah me
Last Updated : 2025-10-29 Read more