All Chapters of Madu Pemberian Ipar : Chapter 81 - Chapter 90

Yanto menghela nafas sejenak. Lelah, itulah yang dia rasakan saat ini. Disaat konflik antara istri dan adiknya masih belum menemukan titik penyelesaian, kini datang pula komplain dari para warga yang didominasi oleh kaum ibu-ibu dimana mereka merasa sangat keberatan dengan kehadiran Runi di kompleks tersebut."Pak RT dan Ibu-ibu sekalian. Saya memahami kecemasan para Ibu berkaitan dengan perilaku adik saya yang saya akui memang sangat tidak pantas itu."Runi membelalakkan mata, tak terima akan perkataan Yanto yang terlihat jelas menyalahkannya. Mulutnya bergerak-gerak hendak melayangkan protes, tetapi urung karena Yanto segera melanjutkan kembali ucapannya."Tapi untuk saat ini, apakah adik saya mengulang kembali perbuatannya? Tidak, kan? Karena itu menurut saya tidak perlu lah terlalu membesar-besarkan masalah ini dan keputusan saya sudah jelas, adik saya akan tetap di sini, tinggal bersama saya. Saya jamin, adik saya tidak akan mengulangi lagi perbuatannya itu

"Terserahlah kamu mau ngomong apa, Mas. Pokoknya aku gak mau ikut campur lagi urusan yang satu itu. Aku sudah capek, lelah. Aku hanya ingin baik-baik mengurus rumah tangga kita tanpa harus dicampuradukkan dengan urusan lain yang gak ada faedahnya sama sekali!""Berarti dengan kata lain, kamu senang kalau suatu saat nanti Runi diusir dari sini?!" ucap Yanto dengan gusar.Viana tersenyum tipis. Kini, sudah terlihat jelas bahwa suaminya lebih condong memihak pada Runi."Bicara jujur, iya. Aku sangat senang sekali kalau dia pergi dari sini. Setidaknya dengan demikian, tidak akan memancing warga untuk datang dan membuat keributan di sini seperti tadi. Lagian, dia juga sudah dewasa. Harusnya sadar atas konsekuensi dari semua perbuatannya itu dan mau menanggungnya, bukan malah bersembunyi di bawah ketiak abangnya, mencari pembenaran dan tameng untuk berlindung dari segala sanksi yang harus dihadapinya."Seusai berkata demikian, Viana segera berdiri dan masuk ke

"Sekali nggak, tetap nggak. Mas, aku heran deh sama kamu. Dulu, kamu itu orang yang tegas dalam menghadapi sikap manja dan sembarangan adikmu ini. Tapi kenapa sekarang kamu jdi lembek? Apa kamu kasihan karena dia sudah tidak-""CUKUP VIANA! HENTIKAN UCAPANMU!" bentak Yanto."Kalau kamu nggak mau buatin untuk Runi, nggak apa-apa. Aku bisa pesan online. Runi, kamu tunggu saja di kamar. Abang pesan online saja untuk sarapanmu.""Ba...Baik, Bang."Runi pun langsung ngacir ke kamarnya. Jujur, dia terkejut mendengar Yanto yang membentak Viana dengan suara keras. Namun, di sisi lain dia merasa amat senang melihat Yanto memarahi Viana. Meskipun tadi dia sempat heran karena Yanto tiba-tiba saja memotong perkataan Viana, tapi hal itu tidak terlalu dipikirkannya. Baginya yang penting saat ini Yanto sudah berpihak padanya.Sementara itu Viana juga terkejut mendapat bentakan dari suaminya itu. Selama lima tahun mereka menikah, baru kali ini Yanto membentaknya d

"Ya, sudah. abang pergi kerja dulu. Baik-baik di rumah dan kalau bisa, jangan cari ribut dengan mbakmu. Tiap hari kalian berantem melulu, apa kalian nggak bosan? Bahkan tadi abang sampai kelepasan menampar Viana," keluh Yanto"Lha, kok aku yang disalahin? Istri Abang tuh yang selalu nyari gara-gara sama aku," protes Runi."Ya, sudahlah. Pokoknya, besok-besok abang nggak mau liat lagi kalian berantem seperti ini. Paham?" tandas Yanto"Iya...iya, Bang," sahut Runi cuek.Yanto segera berangkat menuju tempat kerjanya tanpa berpamitan pada Viana lantaran dia masih kesal karena tadi Viana mengatai Runi dengan sebutan 'pelacur'. Kepergiannya diiringi oleh senyuman lebar dari bibir Runi.***Sementara itu di dapur, Viana mencuci perkakas dan peralatan masak yang tadi digunakannya. Sesekali tampak dia mengusap air mata yang jatuh menetes di pipinya.Definisi luka tapi tak berdarah, itulah yang dirasakannya saat ini. Hatinya sangat sakit dan ha

Runi bergegas keluar rumah dan dengan langkah lebar, dia berjalan menuju ke depan gang. Di tengah jalan, dia berpapasan dengan gerobak sayur Mang Ujang yang masih dikelilingi oleh beberapa orang ibu yang sedang berbelanja.Jantung Runi berdetak kencang saat menyadari bahwa beberapa orang diantara mereka adalah orang-orang yang berdemo di rumah Yanto kemarin. Hal tersebut membuat Runi kian mempercepat langkahnya supaya tidak sampai berurusan dengan mereka. Runi takut kalau-kalau para ibu itu akan bertindak anarkis kepadanya.Namun, ketika tak sengaja menoleh ke rombongan ibu-ibu tersebut, Runi tersentak kaget melihat seseorang yang dikenalnya juga ada di sana."Lho, itu kan si Viana? Ngapain dia di situ?"Runi bergumam sendiri saat melihat Viana berada dalam rombongan ibu-ibu yang sedang sibuk memilih sayuran dan bahan masakan lainnya.'Apa dia mau belanja atau lagi gosipin aku sama ibu-ibu kepo itu? Awas aja kau, Viana! Sempat aku tau kau bicara ma