Todos los capítulos de Simpanan Tuan Torres: Capítulo 61 - Capítulo 70

Diego tampak santai namun berkuasa, mengenakan kemeja linen gelap dan celana chino yang pas. Ia bersandar di kusen pintu unit yang terbuka, matanya yang tajam menatap kedatangan Julia, yang saat ini harus bertindak sebagai 'Carina'.Unit apartemen itu sendiri memancarkan aura kenyamanan modern yang sederhana namun berkualitas. Dengan luas sekitar 80 meter persegi, ruang tamu didominasi oleh warna netral, abu-abu muda, putih gading, dan sentuhan kayu terang. Jendela besar menawarkan pemandangan kota yang menenangkan, membuktikan bahwa unit ini berada di lokasi yang baik.Di sudut, sudah berdiri tegak TV LED besar yang dijanjikan Julia, siap menyajikan drama telenovela. Semua perabotan baru, rapi, dan fungsional jauh dari kesan mewah berlebihan, namun menjamin kehidupan yang bersih, nyaman, dan aman yang sangat dibutuhkan Carmen. Ini adalah hadiah dari Torres, dibungkus dalam janji "keamanan" dan "loyalitas" untuk sang Asisten Pribadi Eksekutif."Kau datang

"Ingat peranmu, Carina. Malam ini, kau bukan sekadar asisten. Kau adalah kepercayaanku, dan kau akan menjadi pemikat yang membuat Emilio sedikit kehilangan fokus saat negosiasi dimulai. Jangan bicara kecuali aku memintamu. Tapi, tatap mata mereka, dan buat mereka nyaman." Julia memutar tubuhnya, menatap Diego di pantulan cermin. Matanya menunjukkan campuran ketidaknyamanan, tekad, dan loyalitas yang terpaksa. "Aku mengerti, Tuan. Saya tidak akan mengecewakan Anda." Diego mengambil langkah terakhir ke arah Julia, meletakkan gelasnya, dan memperbaiki kalung berliannya yang baru dipakainya. "Bagus. Aku tahu itu. Sekarang, mari kita tunjukkan kepada Firenze siapa yang memegang kendali atas pasar properti Spanyol... dan siapa yang memegang kendali atasmu." Ia mencium dahi Julia, ciuman yang terasa lebih seperti cap kepemilikan. Julia hanya bisa mengangguk, sepenuhnya siap untuk memasuki perannya yang baru, penuh risiko, di tanah Italia. J

Cahaya api di perapian batu besar di ruang tamu menciptakan bayangan menari di dinding. Diego membawa Carina ke tengah ruangan, gairah yang ia tahan sepanjang negosiasi kini meletus. Ia mendorong Julia dengan lembut hingga punggungnya menempel pada meja kayu panjang.Diego mulai mencumbu leher Julia. Aroma Prosecco dan anggur berpadu dengan cologne mahal Diego, menciptakan sensasi yang memabukkan. Ciumannya bergerak menuruni bahu Julia yang terbuka, ke tulang selangka yang sensitif.Napas Julia terengah. Ia memejamkan mata, membiarkan kabut gairah Diego menguasainya, sebuah mekanisme pertahanan untuk menerima takdirnya. Tangan Diego yang besar memegang pinggang Julia dengan erat.Saat gairah pria itu mencapai puncaknya, dengan satu jentikan yang cepat dan terarah, ia menarik simpul ikatan halter neck gaun biru elektrik itu. Tanpa ada perlawanan dari bahan sutra tipis itu, gaun tersebut meluncur jatuh, membentuk tumpukan kain di kaki Julia.Tubuh i

Julia sedikit tersentak kaget dan menyadari Diego benar. Diego tak ingin saat bersamanya sebagai Carina, ada beban emosional. "Baiklah, aku tahu," ucap Julia pelan sambil segera menghapus air matanya. Bersama pria dingin seperti Diego, dia tahu tidak ada tempat untuk drama. Diego menoleh sedikit dengan wajah datar sambil menghisap rokoknya. Dia sendiri pun merasa frustrasi. Kekasihnya ini terlalu mudah terbawa emosi dan selalu penuh belas kasihan. Secara emosi, Julia memang berhati lembut, tetapi setidaknya wanita itu tidak pernah menusuknya. Lucia? Dia kejam dan tegas seperti Diego, namun wanita itu menusuknya dari belakang. Sungguh dua ironi. Diego melihat ke langit malam Firenze, lalu membalikkan tubuhnya untuk kembali ke posisi semula. Julia segera kembali pada mode diamnya. Wanita itu menyibukkan diri pada tabletnya, mengecek ulang jadwalnya untuk esok hari, memasang kembali perisai profesional yang melindungi 'Carina' dari pria di sa

Sentuhan itu berlangsung hanya sepersekian detik, tetapi cukup untuk mengirimkan pesan. Elena kemudian mundur sedikit, mengambil posisi di samping ayahnya, seolah-olah dia hanya seorang penonton yang tertarik.Diego sempat membeku sesaat ia merasakan sentuhan itu. Sebuah jeda tipis sebelum ia melanjutkan ayunannya. Bola meluncur sempurna."Terima kasih atas 'dorongan'nya, Nona Bellini. Rupanya keberuntungan saya meningkat sejak Anda datang."Julia/Carina, yang mencatat skor, dengan cepat menoleh. Dia tidak melihat sentuhan itu, tetapi dia melihat reaksi mikro Diego dan interaksi mata mereka. Dia tahu persis apa yang baru saja terjadi. Permainan di lapangan golf ini tidak hanya tentang bisnis dan angka, tetapi juga tentang wilayah kekuasaan dan siapa yang bisa mendekati inti Diego Torres.Julia/Carina berbisik kepada Diego saat mereka berjalan ke buggy golf mereka. "Nona Bellini tampaknya sangat termotivasi, Tuan. Haruskah saya menjadwalkan pertemu