Semua Bab Sentuhan Candu Tuan Benji: Bab 71 - Bab 80

"Sedang apa kau di sini, Kak?"Dari undakan tangga, Kiello menatap heran kakak tirinya yang sepagi ini sudah duduk di meja makan bersama sang istri. Pertanyaan aneh itu sontak dibalas Benji dengan lirikan tajam."Aku yang seharusnya bertanya! Ini rumah ayahku!" sahutnya sensi."Aku yang mengajaknya ke sini, Kiello. Aku membuat banyak sup miso, makanya ingat Ayah dulu bilang suka makan ini." Berbanding terbalik dengan suaminya yang sensi, Abia menimpali ramah sambil menunjuk makanan berkuah sewadah besar di tengah meja makan.Lily yang rupanya juga baru turun bersama Kiello dari lantai dua, sontak tersenyum girang mendapati kehadiran bibinya yang memang ingin ia temui sejak dua hari lalu. Gadis itu bahkan melupakan Kiello yang sedari tadi ia papah untuk turun ke lantai bawah.Lily bahkan berniat mengantarkan Abia matoa, tapi karena Kiello yang sempat jatuh dari pohon, jadilah mereka langsung ke rumah sakit kemudian kembali ke rumah Geovano. Beruntung putra tiri keluarga Galendra itu ha

"Benarkah ini bisa dimakan?"Abia memandang ragu buah dalam genggamannya. Sedang Lily yang sudah sibuk memakan buah tersebut daritadi hanya mengangguk kelewat semangat. "Bisa, Bibi! Aku sudah habiskan banyak. Mungkin dua kilo lebih," jelas gadis itu dengan mulutnya yang penuh matoa.Abia bahkan tidak tahu sejak kapan suaminya pergi memanjat untuk Lily yang mengidam, kalau bukan gadis ini yang menceritakan. Abia bahkan baru tahu alasan kaki Kiello terkilir adalah karena jatuh dari pohon buah yang ia baru tahu bernama matoa tersebut.Mereka bertiga pergi ke rumah karyawan Benji tanpa sepengetahuan Abia hanya untuk memetik matoa. Kenapa Benji tidak mengajaknya juga? Pria itu bahkan tidak pernah menceritakan tentang ngidam Lily pada sang istri."Coba saja dulu, Bibi! Kalau memang tidak suka, kau boleh memuntahkannya." Lily menyarankan begitu melihat Abia yang masih memandang buah seukuran lengkeng itu ragu.Abia yang sedari tadi mengendus-endus bau buah itu pada akhirnya memasukkan matoa

"Lily ... kau sudah bangun?"Suara cemas Kiello adalah hal pertama yang telinganya tangkap begitu membuka mata. Lily yang merasa nyeri langsung menghantam kepala sesaat cahaya masuk ke retina, sontak meringis dan memegangi pelipis."Bagaimana perasaanmu?" tanya pria itu lembut sambil mengelusi puncak kepala sahabatnya."Kepalaku sakit ...," adu Lily serak dan lirih."Sebentar ... aku panggilkan dokter dulu!" sahut Kiello sebelum kemudian berlari keluar ruangan.Meninggalkan Lily yang kini malah dikerubungi oleh Aluna dan Geovano. Namun, ketidakhadiran seseorang membuat gadis itu diam-diam menghela kecewa."Tuan Benji mana?" tanya Lily sambil menatap ayah dan ibu tiri dari sang majikan."Kaisar sedang menemani Abia di ruang rawat sebelah, Nak." Geovano yang tadi menghajar putranya, menyahut kelewat tenang. Jauh berbeda dengan raut wajahnya beberapa waktu lalu sebelum Lily kehilangan kesadaran."Om Geo tidak memukulnya lagi, kan?" tanya gadis itu terdengar khawatir dan sedih sambil meme

Lily keguguran.Gadis itu mengalami pendarahan hebat sehingga dokter langsung melakukan tindakan kuret. Calon anak yang beberapa minggu ini tumbuh di rahimnya sudah tiada.Padahal, Lily bahkan belum merasakan kehadirannya. Dia belum bisa bergerak. Masih seukuran tujuh sentimeter. Tapi makhluk kecil itu tidak berhasil Lily jaga dengan baik.Akibat rasa bersalah dan takut dimarahi, gadis itu mengurung diri selama berhari-hari setelah pulang dari rumah sakit. Tidak ada yang berani menganggunya termasuk Benji dan Abia, karena Geovano melarang.Lily diberikan ruang untuk istirahat dan keluar kamar saat ia mau. Namun, hingga beberapa minggu sejak gadis itu keguguran, dia benar-benar tidak pernah sekalipun keluar. Hanya pelayan yang teratur masuk setiap jam makan dan minum obat."Pa ... bukankah kita seharusnya mengajak Lily keluar? Siapa tahu dia merasa lebih baik setelah berbicara dengan kita." Abia yang sejak dua minggu lalu juga ikut menginap karena mengkhawatirkan keadaan keponakannya,

"Telepon Bunda saat kau sudah sampai di sana, ya?"Lentari berpesan pada gadis yang kini sudah berjaket tebal dan hanya berbekal tas berukuran sedang. Hari ini, Lily benar-benar akan kabur sesuai saran sang ibu panti. Gadis itu harus melakukannya sekarang sebelum terjebak semakin jauh dalam masalah rumit keluarga Benji dan Abia. Lily tidak mau mengandung anak sang tuan lagi. Dia harus kabur sekarang juga."Kalau Kiello atau Tuan Benji datang menjemputku bagaimana?" tanya Lily mulai takut sendiri dengan keputusan besar yang diambilnya."Tenang saja. Yang lain biar jadi urusan Bunda. Kau pergilah dengan tenang dan aman. Paham?" jelas Lentari yang diangguki Lily cepat.Gadis itu pun pergi menggunakan taksi yang sudah dipesan Lentari untuk mengantarnya ke stasiun kereta. Jalan menuju tempat itu rupanya melewati kediaman Kiello bahkan majikannya. Rumah Benji dan Abia. Sejujurnya, tempat itu menyimpan banyak kenangan untuk Lily. Meski banyak menerima hal buruk semenjak berada di sana, t