“Kamu pasti Cassie, ya?” Cassandra mengerjap, detak jantungnya membentur tulang rusuk seperti palu kecil. Di depan pintu, berdiri seorang wanita paruh baya—anggun, rapi, dengan rambut disanggul rendah dan blazer krem yang tampak mahal, tersenyum sangat ramah. Gadis itu menelan ludah kecil, lalu mengangguk. “I–iya, Tante. Saya Cassie,” ucapnya, mencoba tersenyum. “Ervan sudah banyak cerita. Ternyata memang benar. Cassie sangat cantik.” “Terima kasih, Tante.” Ujarnya pelan, agak canggung. Bibirnya tersenyum, tapi tatapannya tidak bisa membohongi jika dia gugup. Wanita itu akhirnya mengulurkan tangan. “Oh iya, saya mamanya Ervan.” Tuturnya sambil tersenyum hangat. Cassandra buru-buru menjabatnya. “Senang bertemu Tante.” Begitu mereka masuk, tatapan Cassandra langsung jatuh pada Ervan. Pria itu duduk bersandar di ranjang rumah sakit, wajahnya pucat, rambutnya sedikit berantakan, dan sebuah perban tebal membalut kepalanya. Cassandra menahan napas. Hatinya langsung
Last Updated : 2025-11-15 Read more