Semua Bab Pernikahan Yang Tak Kupilih: Bab 21 - Bab 30

Bayu bangun dengan Katerina yang berada di pelukannya. Perempuan itu masih tidur nyenyak, mungkin kelelahan setelah pertempuran panas mereka tadi malam. Setelah melakukannya di kamar mandi, mereka melakukannya lagi di ranjang berkali-kali.Kepuasan tak bisa disembunyikan dari wajah tampan Bayu, ia tak mengelak jika Katerina mampu memberikan rasa yang berbeda. Di setiap sentuhannya, ia selalu menginginkan lebih. Tubuh perempuan itu seperti memiliki magnet yang terus menariknya masuk ke kubangan gairah.Melepaskan pelukannya perlahan, Bayu kemudian terlentang menatap langit-langit kamar. Ia sadar ada perasaan untuk istrinya yang makin hari kian mengusik hatinya. Tapi jika ditanya apa perasaan itu cinta, ia akan menjawab bukan. Perasaannya tidak sedalam itu, tapi cukup membuatnya nyaman.Meskipun Bayu sudah bertekad untuk melupakan masa lalunya, tak membuat ia bisa langsung jatuh cinta pada Katerina. Terlebih dengan pernikahan mereka yang entah akan dibawa ke mana.Bangkit dari ranjang,

Katerina membuka matanya perlahan, pandangannya menatap sekeliling dan dahinya mengernyit bingung "Ini di mana?" - batinnya bertanya."Akhirnya kamu sadar juga, Katerina."Mengalihkan pandangannya ke sumber suara, Katerina melihat kakaknya - Andrea berdiri berjalan menuju ke arahnya."Kamu ada di rumah sakit, Katerina. Kata dokter_" "Mas Andrea ngapain di sini?" Tak peduli kakaknya tersinggung atau tidak, Katerina langsung memotong ucapan laki-laki itu."Tadi Mas jengukin teman di rumah sakit, terus lihat kamu sedang di bawa brankar. Mas khawatir jadi nungguin kamu sekarang." Jawab Andrea. Laki-laki itu tidak bohong, ia benar-benar khawatir dengan Katerina, tapi sepertinya adiknya itu tidak peduli dengan kekhawatiran yang ia rasa. Justru malah menanyakan keberadaan Bayu."Suamiku di mana?" Meski samar-samar, Katerina ingat Bayu yang membawanya ke sini, bahkan nada khawatir laki-laki itu terdengar jelas di telinganya tadi pagi."Dia ke kantor, katanya ada meeting pagi." Jawab Andrea s

Menaruh gelasnya di nakas, Katerina duduk di tepi ranjang. Hatinya kembali tidak tenang karena sikap Bayu tadi saat berpapasan dengannya. Niatnya ingin menunda sarapan karena belum merasa lapar, tapi rasa penasaran tentang Bayu membuat Katerina akhirnya keluar dari kamar dan menuju meja makan."Dia pasti masih sarapan sekarang. Aku harus bicara."Dan benar saja, laki-laki itu masih duduk menyantap makanannya. Namun saat Katerina duduk di depan Bayu, laki-laki itu justru langsung bangkit menyambar kemeja dan tas kerjanya lalu meninggalkan Katerina."Mas..."Katerina memanggil suaminya, mencoba menahan laki-laki itu sebentar."Aku mau bicara sama kamu.""Saya sedang buru-buru, Katerina. Nanti saja bicaranya." Ucap Bayu datar, ia bahkan tidak menoleh sama sekali saat menjawab ucapan Katerina. Setelah itu Bayu langsung pergi dari hadapan istrinya."Aku buat salah apa sih sampai dia jadi menghindar?" "Apa dia merasa direpotkan karena kemarin pagi-pagi bawa aku ke rumah sakit?""Tapi kan a

"Di, kamu ikut saya ketemu dengan klien sekalian makan siang, ya.""Baik, Pak."Siang ini Bayu ada janji temu dengan salah satu klien yang sudah lama bekerja sama dengan perusahaannya, sekalian untuk makan siang bersama.Membiarkan sekretarisnya menyetir, Bayu kini duduk di kursi penumpang sebelah Sandi. Tangannya sibuk dengan memegang tablet, membaca beberapa dokumen di dalamnya.Saat akhirnya matanya menatap jalanan, ia sadar ini adalah jalan yang sama di mana butik milik Katerina berada."Kenapa lewat jalan ini, Di?""Maaf, Pak. Maksudnya gimana?""Kita mau ketemu klien, kan? Kenapa lewat sini?""Karena jalan ini jalan yang paling cepat ke restoran, Pak. Tempat kita akan ketemu klien."Mendengar penjelasan Sandi, Bayu memejamkan matanya. Ia baru ingat restoran yang ia tuju satu arah dan tidak jauh dari butik Katerina.Ada apa, Pak?" Melihat bosnya yang mendadak seperti orang lemas, Sandi tidak bisa tidak bertanya."Tidak apa-apa." Jawab Bayu singkat.Saat mobilnya beberapa meter la

"Aku akan temani Mas Bayu sampai tidur ya."Bayu mengangguk, meski sebenarnya bukan itu yang ia mau. Ia ingin Katerina menemaninya sepanjang waktu, tapi sepertinya perempuan itu masih menjaga jarak dengannya.Hari sudah sore saat Bayu terlelap tidur. Setelahnya, Katerina keluar dari kamar itu. Menghela napas, ia sungguh bingung dengan perasaannya sendiri. Tadi hampir saja ia mengiyakan permintaan Bayu untuk tetap menemani laki-laki itu.Turun ke lantai bawah, Katerina berpapasan dengan Ayu yang baru pulang dari butik. "Gimana tadi butik, Yu?""Tambah ramai, Bu. Tadi juga ada yang nyariin Ibu, namanya Dirga."Katerina terkejut mendengar Dirga mencarinya, "Dirga? Ada apa memangnya, Yu? Dia ada bilang sesuatu?""Itu, Bu. Mau mengundang Ibu buat datang di grand opening restoran ibunya. Bu Lis, kalau saya nggak salah dengar.""Ohh... Ya udah, Makasih ya, Yu.""Sama-sama, Bu. Saya permisi kalau begitu."Setelah Ayu berlalu pergi dari hadapannya, Keterina melanjutkan langkahnya ke dapur, ras