Semua Bab Pernikahan Yang Tak Kupilih: Bab 51 - Bab 60

Bayu membiarkan tubuhnya basah sepenuhnya di bawah shower. Kepalanya menunduk, tangannya menyugar rambut ke belakang. Tubuhnya masih panas karena hasrat yang belum tertuntaskan, kepalanya masih memikirkan penolakan yang dilakukan oleh Katerina tadi. "Kenapa dia menolakku?" Sedangkan di luar kamar mandi Katerina sudah menyiapkan kejutan untuk Bayu. Ia sengaja menolak Bayu di kamar mandi, karena jujur saja ia masih sedikit trauma bermain di ruangan sempit itu. Terakhir kali mereka melakukannya di kamar mandi waktu di Bali beberapa hari setelahnya malah ia yang jatuh sakit. Selain itu, Katerina juga ingin memakai baju dinas yang ia beli tempo hari, ingin melihat bagaimana reaksi suaminya karena laki-laki itu tidak tahu ia membawa salah satu baju dinasnya ke sini. Mendengar suara pintu kamar mandi yang dibuka, Katerina buru-buru menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut sampai ke leher. Kemudian ia mendengar langkah kaki Bayu yang mendekat ke arah koper mereka. Saat Bayu sedang mengambil

Bayu membuka pintu kamar hotelnya, ia mendapati Katerina sedang berdiri di dekat jendela. Sepertinya ia tak mendengar pintu terbuka sampai tak menoleh ke arahnya sedikitpun. "Belum genap satu hari tapi saya sudah kangen kamu, Katerina." Tangan Bayu memeluk Katerina dari belakang. Dapat ia rasakan tubuh Katerina menegang sesaat sebelum tangan perempuan itu menyentuh tangannya. "Akhirnya kamu pulang juga, Mas." Ucapnya seraya menoleh ke arah Bayu. "Kamu nunggu saya dari tadi, ya?" Tanya laki-laki itu dengan tangannya yang semakin erat memeluk Katerina. "Iya, aku bosan banget di sini." Balas Katerina, dengan perlahan ia balikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan suaminya. "Gimana tadi pertemuan sama investornya, Mas?" Lanjut perempuan itu bertanya sambil gw telapak tangannya mengelus pelan kedua pipi Bayu. "Lancar. Cuma pihak mereka minta laporan keuangan perusahaan yang awalnya kita kira cukup dari lima tahun lalu karena memang nggak ada keterangannya, ternyata harus delapan tahun.

"Sini giliran kamu yang saya fotokan.""Ahh iya, Mas."Tapi tak seperti biasanya, kali ini Katerina tak banyak berpose. Matanya masih terus menatap ke arah Bayu yang sekarang memegang ponsel dan mengarahkan kamera kepadanya."Gayanya mana?"Bayu heran dengan Katerina yang menjadi diam seperti itu. Biasanya istrinya suka heboh bergaya ini itu. Apa perempuan itu sudah lelah? Sedangkan di sisi lain, Katerina masih sibuk menenangkan jantungnya yang berdebar sejak tadi. Seolah mengingatkan bahwa sekarang ia benar-benar sudah jatuh cinta dengan Bayu."Permisi, Mas. Bisa minta tolong fotokan saya dengan istri saya di sana?" Bayu meminta tolong kepada salah satu pengunjung di tempat itu yang sama-sama orang Indonesia. Bayu tahu orang itu merupakan orang Indonesia karena tadi sempat berjalan di belakangnya dan berbicara dengan bahasa yang sama dengannya."Loh, Mas?" Katerina yang sedari tadi sibuk menenangkan diri, terlihat bingung dengan Bayu yang tiba-tiba mendekat ke arahnya."Saya minta to

Bau harum dari kuah bakso yang menguar ke seluruh ruangan tak mampu menarik Bayu untuk memakannya. Laki-laki itu lebih ingin memakan istrinya yang sekarang terlihat pasrah di bawah kungkungannya."Mas, baksonya nanti dingin. Makan dulu, yuk." Ajak Katerina kepada laki-laki yang kini di atasnya menatap intens."Saya lebih ingin makan kamu, Katerina. Sebentar saja ya, hmm?"Katerina akhirnya mengangguk, tak bisa menolak ajakan laki-laki yang ia cintai. Dan saat Bayu menunduk mencium bibirnya perlahan, akal sehat Katerina seolah menghilang. Tangannya meraih leher Bayu agar lebih dekat dengannya.Bayu mulai membuka kancing kemeja Katerina, memberi jalan untuk tangannya agar bisa meraba tubuh istrinya dengan leluasa. Setelahnya ia melepas sabuk dan menurunkan celananya.Dinginnya AC di ruangan itu tak dapat menandingi panasnya udara di sekitar Katerina dan Bayu. Pasangan itu seolah sudah tenggelam dalam dunia hasrat yang mereka bangun sendiri.Bayu semakin menempelkan tubuhnya pada Katerin

Sore itu Katerina pulang lebih awal, tidak ada lembur hari ini karena semua pesanan sudah selesai hanya tinggal pesanan untuk bulan depan yang tidak terlalu banyak. Melangkahkan kaki memasuki rumah, tangan perempuan itu juga membawa paper bag pemberian dari Andrea tadi siang. Ngomong-ngomong soal Andrea, Katerina tidak membalas pesan dari kakaknya itu. Bukannya tidak suka, ia hanya bingung mau membalas apa."Mas Bayu belum pulang, Bi?" Tanya Katerina sesaat setelah sampai di dapur dan melihat Bi Lastri yang sedang memasak."Belum, Mbak.""Ini ada oleh-oleh dari kakak saya, dicobain Bi." Katerina kemudian mengeluarkan semua makanan yang ada di dalam paper bag itu, hanya menyisakan kain batik pemberian dari Kaluna."Ini dari Bali, Mbak?" Tanya Bi Lastri saat melihat oleh-oleh khas Bali itu."Iya, Bi. Ya sudah, saya mau ke atas dulu ya.""Iya, Mbak."Memasuki kamarnya, dering ponsel milik Katerina terdengar. Nama Eyang Sukma terpampang di layar membuat Katerina tersenyum."Hallo, Eyang."