Aroma tanah basah, keringat masam, dan ketegangan yang nyaris bisa dikecap menyambut Wulan. Ia mengedarkan pandangannya, memetakan arena terlarang itu.Tiga lapak digelar di atas terpal kotor, dikelilingi kerumunan pria yang saling bersahutan. Agak menjorok ke dalam, di bawah naungan pohon beringin tua yang rindang, sebuah lapak lain berdiri lebih megah.Di sana, beberapa pria bertubuh tambun duduk di bangku-bangku kayu, gelas-gelas berisi tuak berbusa tergeletak di samping mereka, sementara beberapa perempuan dengan riasan tebal dan kain yang tersingkap melayani sambil tertawa genit."Yang di dalam itu untuk para juragan, Neng," bisik Ujang, matanya melirik iri ke arah lapak mewah itu. "Modal kita cuma cukup untuk main sama para kuli di sini."Ia menarik Wulan menuju salah satu lapak yang paling ramai. Saat kaki mereka melangkah mendekat, riuh rendah di lapak itu perlahan-lahan mati.Satu per satu kepa
Last Updated : 2025-10-30 Read more