Pagi berganti menjadi siang. Udara tidak lagi dingin menggigit, melainkan hangat membelai kulit. Wulan sudah selesai membersihkan diri, aroma sabun bunga murahan bercampur dengan aroma alami tubuhnya. Ia mengenakan satu-satunya kebaya yang ia miliki, kain putih tipis yang sama seperti kemarin, dipadukan dengan jarik hitam yang ia kenakan tadi pagi. Saat mereka melangkah keluar dari gerbang kecil paviliun menuju halaman depan, dua orang lelaki berjalan dari arah rumah utama. Satu adalah Jaya, sang kepala desa, wajahnya masih sedikit pucat namun sudah bisa tersenyum seperti biasa. Di sebelahnya, berjalan seorang pemuda yang membuat langkah Wulan nyaris terhenti. Tinggi, tegap, dengan bahu lebar yang tercetak jelas di balik kemeja katun sederhananya. Kulitnya sawo matang bersih, dan rambut hitamnya yang sedikit ikal disisir rapi ke belakang. Rahangnya tegas, dan saat matanya yang tajam bertemu dengan mata Wulan, dunia seolah senyap sesaat. Lelaki itu tidak tersenyum. Ia hanya mena
Terakhir Diperbarui : 2025-10-19 Baca selengkapnya