Semua Bab Terlahir Kembali: Balas Dendam Putri Yang Terbuang : Bab 61 - Bab 70

“Sampai kapan kalian ini bersandiwara? Aku tahu itu milik kami. Bukan untuk Caspian.” Rangga berkata dengan penuh tuduhan, wajahnya memerah karena emosi. Elena menghela napas lelah. Caspian juga mengerutkam alisnya, lalu menoleh bersamaan. Mata Caspian meruncing dingin. “Apa maksudmu, Tuan Muda Rangga?” suara Caspian datar, tegas, tanpa sedikit pun membiarkan penghinaan masuk. Rangga melangkah maju, dagu terangkat sombong. “Jangan pura-pura tidak tahu. Kalian pasti sudah merencanakan ini sejak awal. Kau hanya datang untuk berpura-pura mengambil barang itu atas permintaan Elena. Padahal itu milik kami.” Cani yNg melihat itu benar-benar merasa mual. Cani berpikir entah kenapa para tuan muda Adipati dan Putra Mahkota Daniel ini memiliki sifat kepercayaan diri yang tinggi. Caspian mengerutkan kening, tatapannya semakin heran. Ia menatap Elena, mencari penjelasan. Elena menggeleng santai. “Itu untukmu.” Jawaban sederhana itu membuat Caspian tersenyum tipis, senyum meremehkan penuh

Kini mereka berada di ruang tamu, Elena berdiri dekat Nyonya Andini dan Kanaya. Wajahnya tenang, namun sorot matanya seperti sedang menunggu sesuatu. Para prajurit berjaga di samping pintu, sementara Adipati duduk di kursi utama dengan ekspresi dingin.Rangga dan Ringga juga ikut, karena merasa penasaran. Pintu diketuk dua kali.Nina, pelayan pribadi Kanaya, masuk dengan langkah bingung. Ia memberi hormat.“Salam hormat, Adipati, Nyonya Andini, Tuan Muda dan Nona Kanaya.” Semuanya mengangguk dengan wajah datar. “Ada apa saya dipanggil, Tuan Adipati?” tanya Nina dengan suara hati-hati.Baru saja Adipati membuka mulut, Kanaya langsung menyela sambil maju selangkah.“Nina, kenapa kamu tidak memberikan bulanan Kak Elena?” Suara Kanaya terdengar tajam namun dibuat-buat prihatin.Nina mengerutkan kening, tampak tidak mengerti. “Nona … bulanan apa maksudnya? Saya—”“Kamu masih berani bertanya?” Kanaya langsung memotong. “Setiap bulan aku memberikanmu uang untuk Kak Elena. Tapi kenapa kam

Seluruh murid Akademi Astra kini berkumpul di lapangan utama perburuan.Ratusan pandangan mengarah ke panggung kayu tinggi tempat para tetua berdiri. Di tengah mereka, Tetua Senopati berpakaian jubah hitam dengan sulaman emas, tubuh tegap dan aura tajam maju selangkah ke depan.Suara Tetua Senopati lantang menggelegar. “Perburuan Akademi tahun ini resmi dibuka!”Riuh tepuk tangan terdengar, namun langsung mereda ketika Tetua Senopati mengangkat tangan.“Hutan Tengkorak Kekaisaran sangat berbahaya. Jangan meremehkannya,” lanjutnya. “Para murid, dengarkan dengan baik pembagian zona.”Semua murid menegang, menunggu setiap kata.“Zona hijau adalah wilayah tempat hewan liar biasa. Tidak berbahaya, tapi jangan lengah.”“Zona biru, wilayah tempat hewan kontrak tingkat satu hingga tujuh. Jika kalian mampu mengalahkan atau menaklukkannya, itu akan sangat berguna untuk masa depan kalian.”“Zona merah ….” tatapan Tetua Senopati berubah tajam “adalah wilayah para hewan kontrak tingkat tinggi dan

Elena dan Lily duduk di depan api unggun kecil yang menyala redup. Malam menurunkan dinginnya perlahan, membuat aroma daging ayam hutan yang sedang mereka panggang menyeruak lebih kuat. Daun-daun berdesir pelan saat angin malam berhembus.Lily menggigit potongan ayam dan mendesah puas. “Aku penasaran sekali dengan tujuh pagoda yang dikatakan Tetua Senopati,” katanya sambil menatap bintang. “Semoga kita bisa menemukannya. Katanya banyak harta karun di sana. Mungkin kitab mempercantik diri juga ada.”Elena langsung melirik tajam. “Kitab mempercantik diri? Itu yang kau pikirkan?”Lily terkekeh sambil menyenggol bahu Elena. “Apa? Aku hanya menjaga tampilanku. Tidak salah kan? Itu sangat penting bagi seorang gadis tahu.”Elena mendecak kesal. “Kau benar-benar .…”Lily makin keras tertawa.Setelah makanan habis, Elena mematikan api unggun dengan tanah dan daun basah. Lalu tanpa banyak bicara, dia memanjat pohon tinggi dengan lincah, memilih cabang tebal sebagai tempat tidur.Lily menengadah

Putra Mahkota Daniel menggeram marah, wajahnya memerah. “Minggir kau dariku, Caspian! Aku harus memberikan pelajaran pada Elena karena telah melukai Kanaya!”Putra Mahkota Daniel kembali menyerang, menggunakan pedangnya tapi Caspian hanya menggunakan elemen apinya menangkis. Brang! Daniel terpukul mundur, matanya memancarkan aura dingin. Caspian masih tetap di tempatnya. Saat keduanya kembali akan saling menyerang, suara seseorang langsung menghentikan. “Cukup!” Itu adalah Elena, wajahnya terlihat dingin. Putra Mahkota Daniel menunjuk Elena dan berkata, “Kau benar-benar tega melukai Kanaya.” Caspian mengangkat alis, mendengkus dingin. “Melukai Kanaya? Apa kau punya bukti?” Ia menunjuk lengan Kanaya. “Lihat baik-baik. Itu cakaran hewan, bukan manusia.”Daniel menoleh cepat. Saat dilihat lebih teliti, luka itu memang tampak seperti cakaran hewan buas. Bukan dari serangan sihir.Kanaya tersentak, wajahnya panik.“Yang Mulia, A–anda salah paham. Aku memang tidak dilukai Kak Elena.”