All Chapters of Dosa Terlarang Bersama Pelatih: Chapter 21 - Chapter 30

Naya bersorak di tribun penonton bersama dengan teman-temannya. Dia bersorak bahagia setiap teman-teman tim putra yang sedang bertanding. Sesekali dia melihat Ardi yang berada di tepi lapangan bersama dengan pemain cadangan. “Rangga, fokus!” Naya dan teman-temannya meneriaki Rangga yang sedang digempur habis-habisan oleh tim lawan yang membuat Rangga sesekali kehilangan fokusnya. “Nay, Rangga cedera nggak sih itu?” tanya salah satu teman Naya yang berdiri di sampingnya. “Kayaknya iya. Dia dari tadi kayak nahan bagian rusuknya,” balas Naya mencoba menganalisa apa yang dia lihat.Peluit tanda berakhirnya pertandingan telah berbunyi. Tim Rangga menang tipis, tetap banyak dari mereka yang cedera. Naya dan tim putri lainnya mendekat dan melihat keadaan teman-temannya. Naya melihat Rangga merebahkan tubuhnya di tepi lapangan dan menahan rusuk kirinya. Dia pun menghampiri Rangga dan berjongkok di samping tubuh pria yang tidak pernah lelah mengejarnya itu. Dia mencolek pelan lengan Rangga

Naya sudah berada di kamarnya sendiri. Teman sekamarnya masih belum pulang. Dia hanya bisa merebahkan tubuhnya. Semua tubuhnya rasanya seperti patah. Dia meraih ponselnya, saat mendengar sebuah panggilan masuk. Dia pun segera mengangkatnya, setelah melihat siapa yang menghubunginya. Naya menyapa dengan sopan orang yang ada di ujung sana. “Halo, Pak. Kenapa?” tanya Naya dengan tenang dan sopan. “Masih sakit nggak?” tanya Ardi dari ujung sana. “Sedikit, badan saya rasanya nggak ada tulangnya, Pak. Kayak capek banget gitu.” Naya sedikit menjelaskan apa yang dia rasakan pada Ardi yang ada di ujung sana. “Iya, sudah. Kamu pakai istirahat dulu. Besok, kamu tetap duduk sama saya, ya.” Ardi mengingatkan Naya. “Siap, Pak. Saya tidur dulu, ya.” Naya pamit dengan sopan dan segera mematikan ponselnya. Dia menaruh ponselnya dan menarik selimut untuk segera tidur. Pengalaman pertama bercinta membuat Naya terus teringat bagaimana Ardi memanggilnya, “Sayang” sangat berbeda dengan bagaimana bia

Helaian baju berserakan di lantai. Peluh sudah memenuhi tubuh, tapi Ardi tetap bergerak di atas Naya. Suara desahan mereka sudah memenuhi ruangan. Deru napas sudah semakin tidak beraturan. Lengan Naya memeluk erat tubuh Ardii seolah dia tidak ingin melepaskan pria yang saat ini sedang memenuhi miliknya di bawah sana.Badan mereka mulai bergetar. Ardi pun sudah semakin merendahkan tubuhnya. Dia menenggelamkan wajahnya ke leher Naya. Dengan teriakan tertahan, Naya mencapai puncaknya. Ardi mencabut miliknya dan keluar bersama dengan Naya. Setelah mencapai puncak, mereka merebahkan tubuhnya. Ardi menarik pelan tubuh Naya untuk lebih dekat dengannya. Ada banyak tanda merah di dada Naya yang dia buat. Ardi perlahan menyentuh dada Naya dan mengusap tanda yang dia tinggalkan di sana. Naya seketika membuka matanya dan menoleh ke arah Ardi. Pria itu masih menikmati pemandangan di mana tanda itu ada di dada Naya. “Pak, kita sudah tiga kali. Badan saya rasanya mau remuk, Pak.” Naya mengambil t

Hubungan Ardi dan Naya ternyata sangat rapi, hingga tidak ada yang mengetahui dan selalu bisa menjaga jarak saat bertemu. Meski saat di luar sana, Ardi selalu nempel ke Naya dan tidak ingin segera lepas, tapi di kampus, dia sangat sadar bahwa dirinya memiliki batasan pelatih-anggota tim yang kini sering mereka jalani. Hubungan keduanya yang sudah sangat erat itu, ternyata sama sekali tidak membuat Ardi lalai akan keluarganya. Meski terkadang dia juga harus mendengar omelan Miya, karena merasa kurang waktu. Namun, waktu untuk anaknya, Ardi tidak pernah menguranginya. Seperti apa yang terjadi kali ini, Daffa baru saja tidur. Miya masuk ke kamar Daffa dan melihat Ardi baru menutup buku cerita Daffa. Pria itu sempat menoleh ke arah pintu di mana istrinya berdiri memperhatikannya. “Kenapa?” tanya Ardi yang turun dari kasur Daffa. Dia membenarkan selimut anaknya dan berjalan mendekati istrinya yang mengerucutkan bibirnya. “Tunggu di kamar aja dulu, aku mau minum bentar, ya.” Ardi mengec

Sari berlari di lorong perpustakaan. Dia menaruh tasnya ke loker dan membawa device ke dalam. Dia menemukan Naya yang sedang sibuk dengan laptop yang ada di depannya. Gadis itu pun langsung menghampiri sahabatnya dan duduk bersama dengan sahabatnya. Naya menoleh saat merasakan ada orang yang datang dan duduk di sampingnya. Sari membuka laptop dan mendekatkan kursinya saat menunggu laptopnya hidup. Naya mengangkat sebelah alisnya saat melihat sahabatnya duduk sangat dekat dengannya. “Ada gosip tentang kamu.” Sari membisikkan pada Naya dan hal itu cukup membuat sahabatnya itu melotot lebar dengan apa yang baru saja dia dengar. “Gosip tentang aku?” Naya menatap Sari yang menganggukkan kepalanya. “Aku kenapa emang?” tanya Naya dengan wajah penuh keheranan. “Menurut gosip, kamu adalah salah satu dari para mahasiswi yang mengejar Pak Ardi.” Cerita Sari mampu membuat Naya terperangah. “Hah? Siapa yang memulai gosip tidak bermanfaat itu? Dikira dia hebat kali dengan menyebarkan gosip yan