All Chapters of Dosa Terlarang Bersama Pelatih: Chapter 11 - Chapter 20

Hari turnamen sudah ada di depan mata. Ardi mengumpulkan para anggota tim yang memang sudah ditentukan saat latihan terakhir. Naya datang dengan dress casual yang tidak meninggalkan sopan untuk digunakan di area akademis. “Besok malam, kita berangkat ke Malang menggunakan bus kampus. Surat dispensasi sudah siap. Jadwal untuk kumpul dan sebagainya, nanti saya kirim ke grup chat kita.” Ardi menyelesaikan pembicaraan untuk cara mereka berangkat ke tempat turnamen. “Pak, mau tanya.” Seorang gadis yang duduk di belakang Naya. “Boleh, tanya aja.” Ardi mempersilakan gadis itu bertanya padanya. “Kita menginap kan di sana, Pak?” tanya gadis itu. “Iya, kita akan menginap di sana. Dua hari satu malam, kita di sana. Kalian kan juga perlu jaga tenaga. Mana mungkin saya bisa memaksa tubuh kalian untuk segera berangkat dan langsung pulang,” jawab Ardi. Semua pun bubar setelah pengumuman dari Ardi sudah selesai. Naya membawa barangnya dan bersiap kembali ke kantin. Namun, Ardi meminta Naya unt

Malam itu, di ruang kamar cukup luas, terlihat dua anak manusia memadu kasih. Ardi masih terus melumat bibir Naya. Gadis itu pun menerima perlakuan Ardi yang memabukkannya. Tangan Ardi mulai menjelajahi tubuh Naya. Tanpa sadar, tangannya masuk di bawah kaos basket Naya. Naya mendesah pelan saat merasakan kulitnya diusap lembut oleh Ardi. Perlahan tangan Ardi mencapai dada Naya. Gadis itu terkejut dan mendorong pelan tubuh Ardi, seolah dia tersadar dari buaian sebelumnya. “Maaf, Nay.” Ardi menarik dirinya dan duduk di samping tubuh Naya yang terlentang di kasurnya. Naya menghela napas berat dan duduk. Dia merapikan baju dan rambutnya. Sia melirik Ardi yang menunduk di sampingnya. “Saya harus kembali ke kamar saya, Pak. Teman sekamar saya akan curiga, kalau saya tidak kembali.” Naya pamit pada Ardi. “Iya, Nay.” Naya berdiri dari duduknya. Dia melangkah untuk menuju ke pintu kamar tersebut. Namun, langkahnya terhenti karena tangan Ardi menahannya. Dia membalikkan badan dan melihat

Suasana malam itu perlahan membuat Naya terhanyut akan sentuhan Ardi yang menjadi hal baru. Ciuman itu semakin membuat Naya mabuk akan sentuhan. Tanpa sadar Naya perlahan mencengkeram rambut Ardi, saat pria itu memperdalam ciumannya.Ciuman itu berhenti sejenak, Naya masih memejamkan matanya. Namun, Ardi menarik sedikit tubuhnya untuk menjauh dan cukup untuk menatap Naya yang tengah menikmati malam bersama dengannya. Pria itu membawa ke pangkuannya dan membelai lembut pipi yang terlihat memerah. Keduanya seolah melupakan kenyataan, bahwa mereka sedang berada di mobil yang dihentikan di pinggir jalan. Perlahan Naya membuka matanya dan menatap Ardi yang tersenyum memandangi wajahnya. Wajah Naya semakin memerah. “Nay, boleh lebih dari ini?” tanya Ardi saat Naya menatapnya. Semburat merah langsung terlihat jelas dan kentara di wajah Naya. Gadis itu menggigit bibir bawahnya dan membuat Ardi semakin ingin menyentuhnya. Tangan Ardi menyentuh bibir itu dengan lembut. Dia menunggu jawaban N

Latihan hari ini terlihat berbeda. Bukan tentang strategi atau permainan mereka, tetapi keberadaan anak Ardi yang menemani papanya. Tidak jarang anak itu juga bermain dengan mahasiswa yang sedang menunggu giliran untuk bermain. “Ayah, mimik.” Daffa memeluk pinggan Ardi yang tengah memperhatikan tim cewek bermain. “Mimiknya di samping tas Ayah, Nak. Bisa ambil sendiri?” Ardi menunduk dan menatap anaknya.“Di situ?” tanya Daffa sambil menunjuk tempat duduk di tepi lapangan. “Iya, di situ. Jangan lari, ya.” Ardi berpesan pada anaknya. Daffa menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan menuju tas Ardi berada. Naya yang baru saja diganti oleh Ardi, duduk dan meminum minumnya. Dia melihat Daffa berjalan mendekat dan mengambil botol lucu yang ada di dekat tas Ardi. Daffa menyapa Naya. “Kakak sudah selesai mainnya?” tanya Daffa yang duduk di samping Naya. “Iya, kenapa, Dik?” balas Naya.“Kok kakak-kakak yang lain belum, Kak?” tanyanya lagi.“Kan mainnya gantian. Tergantung papamu kasih g

“Saya juga punya es krim yang awet, Nay.” Kata-kata Ardi mampu membuat Naya melotot dengan tidak sopannya. Dia menatap heran pria yang ada di depannya itu. “Maksud Bapak?” tanya Naya. Ardi tidak menjawab dengan benar. Dia hanya menatap bagian bawah perutnya. Naya yang melihat itu pun langsung melotot dan hampir saja mengumpat pada pelatihnya yang ada di depannya itu. “Mau nggak, Nay?” Ardi menggoda Naya yang ada di depannya itu. Gadis itu langsung memundurkan badannya dan membuat jarak yang cukup membuat Ardi tidak akan mendekat atau membuat mahasiswa lain menyadari kedekatan mereka. “Stop, Pak. Kita bisa membuat mereka semua sadar akan kedekatan kita yang mulai jauh dari kata wajar,” kata Naya yang merasa khawatir dengan pandangan teman-temannya. “Lagi sepi, Nay. Toh saya cuma kasih tahu aja, kalau saya punya yang lebih awet dari punya kamu itu, Nay.” Ardi memasukkan tangannya ke saku dan masih tetap menatap Naya yang ada di depannya.Naya hanya mengangkat bahunya sebentar dan b