All Chapters of Legenda Tongkat Semesta: Chapter 131 - Chapter 140

Yang menjadi wasit pertandingan cabang kanuragan ternyata adalah Bai Long, dia memperkenalkan namanya sebangai Tuan Long.40% panitia pertandingan telah di sabotase oleh pendekar aliran hitam dari perguruan Kelabang Biru, sisanya menyamar sebagai penonton pertandingan, berbaur dengan para penduduk dan pedagang.Karena peserta cabang kanuragan dari setiap perguruan berjumlah sama, yaitu 10 orang, maka pertandingan memakai sistem undi, dimana nama peserta akan dipilih acak untuk mencari lawan dari kedua belah pihak.Setiap peserta akan berhadapan satu lawan satu dengan peserta lain dari perguruan yang berbeda, mereka akan dinyatakan kalah jika mengalami tiga hal.Pertama menyerah dengan sukarela, ke-dua keluar arena pertandingan, dan terakhir tidak sadarkan diri.Pertandingan akan berjalan sangat panjang karena peserta berjumlah 300 orang, untuk itulah pertandingan akan dibagi menjadi 3 hari.Saat gong pertandingan dimulai, semua penonton bersorak meneriaki jagoannya masing-masing, teru

Para penonton semakin melebarkan mata menyaksikan serangan terakhir Kaibo, mereka yakin Sin Zuan kini tidak lagi memiliki kesempatan untuk menghindar.“Habislah sudah Sin Zuan,” gumam salah satu penonton.“Sayang, padahal dia pendekar hebat.”“Kaibo memang benar-benar tangguh.”“Hahaha, akhirnya taruhanku akan berhasil.”“Aku tidak percaya Sin Zuan akan kalah seperti itu.”Di saat tidak ada satupun penonton yang percaya padanya, Sin Zuan terlihat menyunggingkan bibir.“Akhirnya, ketemu!” seru Sin Zuan seraya melompat keatas udara.Sungguh sebuah aksi yang tidak pernah diduga oleh semua orang, dimana saat ini Sin Zuan diatas udara menarik busur dengan menggunakan kaki kanannya.Tangan kiri Sin Zuan menarik tali busur dengan tiga anak panah diapit oleh empat jarinya, dia melayang layaknya rajawali menerkam mangsa.Kilatan energi milik Kaibo terus mengejarnya, dan saat kilatan energi itu menyentuh tubuh Sin Zuan, dia juga lempaskan anak panahnya kearah pusaran angin.Kaibo membelalakan m

Jia Li menahan serangan tangan Kaizhi menggunakan pedang, namun gadis itu seketika melebarkan mata karena mendapati tangan Kaizhi sangat keras layaknya sebuah besi, membuat pertemuan serangan tersebut menciptakan percikan api dan mementalkan Jia Li Jauh kearah depan.Beruntung Jia Li masih dapat menyeimbangkan tubuh sehingga dia tidak terjatuh ke bawah arena.“Sial, pantas saja dia tidak mencabut senjata, ternyata tubuhnya bisa dijadikan senjata,” umpat Jia Li ketika sudah dapat mengendalikan diri.Jia Li memang tidak dapat melihat gerakan Kaizhi, tapi dia masih bisa merasakan auranya membuat dia dapat menebak kemana pemuda itu pergi.“Hahaha, kau jangan terkejut seperti itu, gadis kecil, ini baru permulaan,” kata Kaizhi seraya tertawa.Dia sangat terhibur dengan kemampuan Jia Li, tidak disangka gadis itu dapat menghindar dengan hanya merasakan aura keberadaan lawan.Kini giliran Jia Li yang menyerang, gadis itu terlihat membentuk kuda –kuda kokoh seperti akan mengganti pola serangan.

Bisa saja dia bertarung habis-habisan melawan Kaizhi atau siapapun dari pendekar aliran hitam, namun nyawa penduduk tetap harus ada yang menyelamatkan.Dimana jumlah pasukan aliran hitam lebih banyak dari pada pendekar aliran putih, semua Dao dan ketua dari berbagai perguruan sekalipun, tidak akan dapat menyelamatkan nyawa para penduduk, terlebih nyawa Kaisar Huan dan keluarganya.Pada saat ini hanya ada satu pilihan, yaitu menunggu Jendral Dong Feng, karena hanya dengan pasukan kekaisaran lah para penduduk akan dapat dievakuasi.Sekalipun Asgar dapat membantu, dia hanya akan memperburuk keadaan karena tempat turnamen sangat padat oleh manusia.Jika Asgar merubah tubuhnya menjadi raksasa, maka ribuan manusia akan tewas tertimpa tubuh besar ular tengik tersebut.Untuk itulah Lintang hanya bisa berharap pasukan Jedral Dong Feng segera datang, selama Jia Li belum tewas, dan para pendekar aliran putih dari berbagai perguruan belum bergerak, maka perang ini akan dapat di undur.Jia Li mula

Melihat Lintang mendekat kearah mereka, semua Dao dan para ketua palsu dari perguruan aliran hitam segera mundur mengambil jarak, mereka tidak ingin mati konyol dengan bertindak bodoh mengusik pemuda itu.Lintang segera menurunkan Jia Li tepat di depan ayahnya yang kini tengah berlutut dengan air mata kebahagiaan mengalir membasahi wajahnya.Dia sangat berterima kasih kepada Lintang karena telah menyelamatkan Jia Li dari ambang kematian.Namun mulut Jia Ming kaku tidak dapat berkata apa-apa, hanya mata sendunya lah yang mengatakan hal tersebut kepada Lintang.Membuat pemuda itu tersenyum tulus membalas tatapan mata Jia Ming, Lintang mengerti dengan perasaan pak tua itu, seburuk apapun orang tua, mereka tetap menyayangi anaknya.Semua orang pernah berlaku salah, begitu juga dengan orang tua kepada anak, namun dari kejadian ini, Jia Ming mendapatkan pelajaran sangat berharga, dimana kebahagiaan anaklah yang utama.Mereka tidak dapat memaksakan kehendak mengatur perjalanan hidup seorang