All Chapters of Legenda Tongkat Semesta: Chapter 191 - Chapter 200

“Apa kau mencari ini, Sugi?”Mendengar ada seseorang yang memanggil dirinya dengan nama yang sudah lama dia lupakan, membuat lelaki tua seketika bergetar bagai tersambar petir, nyawanya seakan melayang dalam waktu sesaat.Lelaki tua memang sempat menduganya, namun dia sulit menerima kenyataan, tidak mungkin pemuda yang membawa Tongkat Semesta itu sahabatnya.Jurus serta aura energinya sama persis dengan Lintang dahulu, tongkat yang dia gunakan juga sama-sama tongkat semesta, tidak mungkin tongkat itu ada dua di dunia ini.Namun bentuk wajah, mata, rambut, kulit, serta usianya tidak memungkinkan itu adalah Lintang yang dia kenal.Andai Lintang sahabatnya masih hidup, paling dia sekarang telah berusia 103 tahun, sementara dilihat dari sisi manapun, pemuda yang dia tolong itu baru saja berusia 24 tahun.Namun dari mana pemuda itu mengenal nama? lelaki tua telah menyembunyikan nama itu sejak 70 tahun yang lalu, jangankan orang lain, semua orang di padepokan bahkan Tresna Ayu sekalipun tid

Mendengar sapaan dari Lintang, gadis itu seketika terhenyak, Tresna Ayu kaget ternyata Sang Legenda mengetahui keberadaanya.Dia keluar dari balik rumpun bambu dengan wajah malu-malu, selanjutnya Tresna Ayu berjalan menghampiri tempat Sugi dan Lintang.“Ma-maafkan aku guru, aku tidak sengaja menguping kalian,” ucap Tresna Ayu seraya menundukan kepala.“Hahaha, tidak apa Ayu, awal akhir pun kau akan mengetahuinya.” Sugi tertawa.“Matamu memang sangat mirip dengan ibumu, gadis nakal, beruntung kau tidak mewarisi sifatnya, jika itu terjadi tentu aku akan sangat kerepotan.” ujar Lintang.“Hahaha, kau terdengar seperti sudah tua Lintang, andai Ki Cokro melihat ini, dia pasti sudah terpingkal menertawakanmu,” Sugi kembali tertawa.Lelaki tua itu sangat senang karena dia masih dapat bertemu dengan sahabatnya, walau usia dan wujud Lintang berubah, Sugi tetap menganggap dia masih yang dulu.“Maafkan atas kesalahan ibuku, paman Legenda, dia terlalu menderita hingga berpaling kelain hati,” ucap

Langit begitu lenggang di ketinggian, tiada burung atau awan yang melintas. Ini semua karena tanah tandus terhampar di bawahnya.Tanpa pepohonan dan tumbuhan, air tidak dapat mengendap di dalam tanah, membuat siklus hujan berhenti, sungai dan danau mengering.Tanpa kadar air yang cukup, tanah itu berubah menjadi butiran halus yang kita sebut dengan pasir, angin di sana tidak membawa kesejukan, melainkan hawa panas yang keluar dari dasar bumi dan terik Mentari, udara itu sangat menyengat dan dapat membunuh siapapun yang berjalan di atasnya.Tiada lagi hewan yang dapat hidup di tempat itu kecuali siluman kalajengking raksasa yang kini menjadi penguasa satu-satunya di sana.Tiga pendekar muda yang terbang di angkasa menarik nafas berat menyaksikan perubahan buruk pada wilayah selatan, sangat disayangkan kawasan yang tadinya sejuk dan indah kini berubah menjadi tanah mati akibat perbuatan bangsa Iblis.“Ayah, lihat disana!” seru Tresna Ayu pada Lintang.Sudah dua hari mereka terus terbang

Aki Begawan dan Nyi Turi kembali membuka mata saat mendengar ledakan besar yang terjadi tepat di dekat mereka.Saat itu pula mata mereka terbelalak kaget mendapati seorang pendekar muda bercaping bambu tengah berdiri gagah di hadapannya.Seluruh tubuh pendekar tersebut dilapisi oleh energi aneh berwarna jingga, satu telapak tangannya terangkat ke atas mengeluarkan energi dahsyat yang segera membentuk sebuah kubah.Ternyata kubah itulah yang telah melindungi mereka dari efek ledakan besar tersebut, sebuah segel pertahanan kuat yang memiliki bentuk indah dengan warna keemasan.Di pinggang bagian belakang pendekar itu terselip tongkat kayu lusuh yang entah apa kegunaannya.Merasakan energi kuat pendekar bercaping, membuat Aki Begawan dan Nyi Turi beranggapan Lintang bukanlah seorang manusia.Dimana tidak ada satupun manusia yang memiliki energi sekuat dan sebesar itu di dunia ini kecuali panglima iblis tertinggi dan kaisarnya.Setelah efek dari ledakan besar selesai, Lintang segera berb

“Siapa dia sebenarnya? mengapa aku tidak mendengar namanya di dunia persilatan.” gumam Aki Begawan.Lain Aki Begawan, lain pula ke-empat muridnya, mereka semakin terpana memandangi sosok Lintang, walau penampilannya terlihat lusuh, tapi ada sesuatu yang menarik hati mereka selain dari parasnya.“Kakang, apa aku boleh mengetahui namamu?” tanya Putri Turangga Dewi dengan malu-malu.Mendengar itu Lintang langsung berbalik seraya melayangkan senyum indah membuat Sang Putri semakin berdebar melihatnya.Salmah, Biangka, dan Palwati segera mendekat ingin mendengar siapa nama pendekar tampan tersebut.Sementara Nyi Turi dan Aki Begawan menggeleng melihat mereka, keduanya mengerti dengan tingkah para muridnya, gadis mana yang tidak akan tertarik dengan pendekar setampan Lintang, ditambah dia merupakan seorang pendekar sakti.“Tentu saja boleh, panggil saja aku Lintang.” jawabnya singkat.Membuat semua gadis itu kegirangan mendapati Lintang tidak menutup diri kepada mereka.“Apa kalian juga tid