All Chapters of SURA, PANGERAN TERBUANG: Chapter 151 - Chapter 160

Lingkungan di sekitar lingkaran sihir masih bergetar hebat, seakan alam sendiri sedang menarik napas panjang sebelum melepaskan bencana yang tidak pernah dibayangkan siapa pun. Tanah yang retak memunculkan suara “krak… krak…” berulang kali, sementara udara berpendar dengan kilatan cahaya ungu yang menyambar seperti petir tanpa suara. Semua itu berpadu dengan aroma tanah lembap, darah binatang, serta energi liar yang mengamuk tanpa batas, menciptakan suasana yang membuat bulu kuduk setiap orang berdiri tanpa bisa dikendalikan.Di tengah kekacauan itu, sang Pemimpin rombongan masih berdiri di atas jasad Tikus Raksasa yang baru saja berhasil mereka buru bersama-sama. Napasnya tersengal, tubuhnya bergetar, dan mata yang merah menunjukan betapa kerasnya ia berjuang. Namun di balik itu semua, ada sesuatu yang lebih besar yang tengah ia sembunyikan—ego, ketakutan, dan rahasia ge

Tanaman monster itu kembali terbangkit seperti sediakala. Tidak ada satu pun bagian tubuhnya yang hilang; setiap helai kelopak, setiap urat batang, dan seluruh dua belas tentakelnya kembali tersusun sempurna seolah ia belum pernah disentuh kematian. Nafasnya tersengal, bergetar oleh sisa rasa sakit yang masih menempel di seluruh tubuhnya.“Huff… huff…” Tanaman Monster, sosok yang dikenal sebagai Mata Mordor, terengah-engah dengan iris merah keungu-unguan yang bergetar ngeri.“Apakah… aku baru saja terbunuh…?” gumamnya dengan suara rendah dipenuhi ketakutan.Ia menelan ludah—atau sesuatu yang mirip dengan itu pada tubuh tanaman raksasanya—dan mendesis kesal.“Anak muda man

He Sura yang baru saja berbalik tertegun, tubuhnya menegang ketika matanya menangkap sesuatu yang tidak masuk akal. Ia terpaku beberapa detik, mencoba memastikan bahwa apa yang ia lihat bukan sekadar ilusi atau bayangan palsu dari alam rahasia......???!!!.....!!!!!“Kau… Kau bocah bau, kenapa…? Apakah aku sudah buta…? Kenapa kau bisa ada di dalam alam rahasia…!??”Pemimpin kelompok yang memegang segel pembuka ruang itu hampir berteriak. Suaranya dipenuhi keterkejutan dan kepanikan. Bagaimana tidak, sosok yang ia lihat berdiri di depan pembukaan ruang… juga berdiri tepat di sampingnya.“Kau bukan…?”.....!

Ledakan energi membumbung tinggi ke udara setiap kali tinju He Sura Satu dan He Sura Dua saling beradu. Kekuatannya begitu besar hingga membuat tanah bergetar seperti guntur yang menghantam bumi. Gelombang kejut dari setiap benturan merambat cepat, memporak-porandakan pepohonan yang awalnya tumbuh subur dan menghempaskan semua orang yang berada dalam radius puluhan meter.Mereka berdua menatap satu sama lain tanpa berkedip. Kedua pasang mata itu memancarkan sinar merah menyala, bagaikan dua seberkas laser yang saling mengunci, seolah siap menembus dan membakar apa pun yang menghalangi.Telapak tangan dan tinju mereka terus bertubrukan— BAAAAM! —seakan bumi tidak memiliki cukup ruang untuk menampung dua kekuatan identik ini. Setiap kontak menimbulkan percikan energi, membentuk gelombang suara berfrekuensi tinggi yang terasa menusuk gendang telinga.Tap… Tap…Keduanya melompat mundur bersamaan, gerakannya identik seperti bayangan yang disalin dari cermin yang sama. Kaki mereka menyentuh

Ledakan demi ledakan terus bergema di seluruh penjuru alam rahasia. Kepulan energi ungu gelap membubung tinggi ketika seluruh pasukan iblis surgawi yang berada di bawah komando Di Jang berubah menjadi inti esensi hanya dalam hitungan detik. Tidak ada jeritan panjang, tidak ada perlawanan berarti—semuanya lenyap oleh dua naga emas raksasa yang diciptakan oleh dua sosok He Sura dari masa berbeda.Mordor, yang sejak awal hanya bisa menyaksikan dari jauh, tiba-tiba merasakan lututnya melemah.“...Membunuh beberapa iblis surgawi di tingkat Immortal Venerable dan Immortal Emperor dengan satu serangan…!?” bisiknya terpatah-patah, suara begitu kecil namun penuh ketakutan. “Mereka… mereka bukan manusia. Mereka monster… monster yang bahkan iblis surgawi pun tak sanggup hadapi…”