BAB 12 “Sebentar lagi kita sampai,” ujar Kyai Mahendra, suaranya tenang namun penuh wibawa.Ratna mengangkat wajahnya. Di depan sana berdiri sebuah pondok pesantren di lereng gunung sederhana tapi kokoh. Dinding kayu, atap genteng merah tua, dan halaman yang bersih dari daun kering. Dari dalam, terdengar lantunan ayat suci Al-Qur’an, bergema lembut menembus udara pagi yang dingin.Rani menggenggam tangan kakaknya erat.“Kak... aku merasa aman di sini. Rasanya beda, seperti ada yang menjaganya.”Ratna tersenyum samar. Ia juga merasakannya hawa teduh yang menenangkan hati. Bahkan gelang pusaka di pergelangan tangannya yang biasanya bergetar resah kini diam, seolah ikut bersujud dalam damai.Begitu mereka memasuki halaman, beberapa santri berhenti dari kegiatan mereka. Ada yang menimba air, ada yang menyapu, tapi semuanya menundukkan kepala penuh hormat.“Assalamualaikum, Yai,” sapa para santri serentak.“Waalaikumussalam, anak-anakku,” jawab Kyai Mahendra lembut.“Ini tamu-tamu kita.
Last Updated : 2025-10-29 Read more