Dendam Sang Pewaris Leluhur のすべてのチャプター: チャプター 61 - チャプター 70

BAB 61 “Jadi, kau benar-benar yakin mereka masih hidup?”Suara Ratna memecah keheningan di tepi lembah yang kini dilapisi kabut tipis.Arga berdiri di dekat tebing, pandangannya tajam menembus jauh ke utara. Angin berembus lembut, membawa aroma hujan yang belum turun. “Yakin,” jawabnya pelan, tapi mantap. “Rani tidak akan mati semudah itu. Dan Nanda... dia terlalu keras kepala untuk menyerah.”Ratna menatapnya dari belakang, langkahnya mendekat perlahan. “Tapi kalau mereka benar-benar hidup, kenapa tidak pernah mencoba menghubungi kita?”Arga memejamkan mata sebentar, lalu berkata, “Karena mereka tahu, selama bayangan itu belum sepenuhnya hilang, aku masih berbahaya.”Ratna menghela napas panjang. “Kau bicara seolah dirimu monster.”Arga menoleh, menatapnya lembut. “Mungkin memang begitu. Tapi kau tetap di sini.”Ratna tersenyum kecil. “Karena aku tahu, bahkan monster pun bisa mencintai.”Arga menatap wajahnya, matanya melembut. “Dan kau tetap percaya padaku, setelah semua yang terj

BAB 63 “Aku tidak akan biarkan kau hilang, Ratna! Dengar aku, tolong buka matamu!”Suara Arga memecah udara malam di lembah utara yang porak-poranda. Api dan angin beradu, tanah bergetar seolah bumi sendiri sedang menahan amarah. Di tengah pusaran energi gelap itu, Ratna berdiri kaku, matanya hitam pekat, tubuhnya diselimuti aura yang bukan miliknya.Bayangan hitam berputar di sekelilingnya, membentuk wajah samar wajah leluhur lama, para penjaga khodam yang pernah jatuh ke sisi gelap. Ratna menggigil, bibirnya bergerak tanpa suara. Satu langkah lagi, dan dia akan sepenuhnya menjadi bagian dari kegelapan itu.Namun Arga tidak menyerah. Luka di lengan kirinya berdarah deras, tapi genggamannya pada pedang masih kuat. Ia melangkah maju meski tubuhnya terhuyung, menembus pusaran angin yang nyaris merobek kulitnya.“Ratna, aku tahu kau bisa dengar aku. Jangan biarkan mereka ambil kau dariku!”Ratna tiba-tiba menjerit. Cahaya putih menyala dari tubuhnya, tapi bercampur dengan kilatan mera

BAB 65 “Ratna... jangan tinggalkan aku...”Suara Arga menggema lirih di antara reruntuhan lembah yang kini tertelan senyap. Tanah hangus, langit berwarna kelabu, dan aroma logam memenuhi udara. Di tangan kanannya, ia masih menggenggam sesuatu pecahan kristal putih yang hangat, berdenyut pelan seperti napas yang tertahan.Ia menatapnya lama, seolah menunggu keajaiban.Namun keajaiban itu tak datang.“Dia... benar-benar hilang?” Rani berbisik, suaranya pecah di antara air mata.Nanda menatap ke langit, wajahnya kaku. “Aku bahkan gak bisa ngerasain energinya lagi. Seolah dia.”“Jangan lanjutkan,” potong Arga dingin.Ki Baskara menatap pemuda itu dengan mata sayu. “Anak muda, Ratna tidak mati. Cahaya seperti dia tak pernah padam hanya tersembunyi.”Arga menoleh perlahan, suaranya rendah namun menggigit. “Tersembunyi... atau disembunyikan?”Singa Putih, yang kini wujudnya hanya berupa cahaya samar di udara, mengeluarkan dengusan berat.“Pewarisku tidak musnah. Dia berada di antara dunia

BAB 67“Ratna... kau dengar itu?”Suara Arga pelan, nyaris tenggelam dalam dengung halus dari langit yang kini berubah warna menjadi ungu kelam.Ratna menatap ke atas, menahan napas. “Ya... suara itu datang lagi. Tapi kali ini.”“Lebih dalam,” potong Singa Putih dengan nada waspada. “Itu bukan suara khodam. Itu gema asal.”Udara di sekitar mereka tiba-tiba mengeras, seolah waktu sendiri berhenti. Daun-daun yang tadinya melayang di udara kini beku, sementara langkah-langkah mereka bergema di tanah tanpa bayangan.Rani menggenggam tangan Nanda erat. “Ini... bukan dunia biasa, kan?”Ki Baskara menatap sekeliling, wajahnya tegang. “Tidak. Kita berada di antara dua dimensi: dunia fisik dan lapisan akar asal cahaya.”Ratna menatapnya. “Akar asal cahaya?”“Ya. Tempat di mana para pencipta pertama menanam energi yang jadi sumber semua khodam,” jawab Ki Baskara cepat. “Kalau suara itu berasal dari sana... berarti sesuatu yang lebih tua dari Singa Putih sedang bangun.”Singa Putih menggeram re

BAB 69 “Ratna! Jawab aku! Di mana kamu?!”Suara Arga menggema di antara kepulan asap putih yang perlahan menipis. Debu masih turun dari langit seperti abu halus, menyelimuti reruntuhan lembah. Hening tidak ada balasan, hanya deru angin yang membawa bau tanah terbakar dan aroma logam darah.Arga menatap sekeliling, matanya liar. Jantungnya berdegup tak beraturan. “Jangan main petak umpet begini, Ratna... kumohon, keluarlah,” gumamnya pelan, nyaris seperti doa.Nanda muncul dari sisi kanan, wajahnya kotor dan penuh luka. “Aku gak lihat apa-apa di sini. Ledakan itu... benar-benar luar biasa.”Rani menyusul dari belakang, bahunya berdarah tapi masih berdiri tegak. “Kau yakin dia masih di sini?”“Dia harusnya di sini!” bentak Arga spontan, membuat keduanya terdiam.Angin berhenti sejenak. Arga mengepalkan tangan, menunduk, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. “Maaf. Aku cuma... gak bisa tenang.”Nanda menepuk bahunya. “Tenang dulu. Kalau Ratna benar pewaris Singa Putih, kekuatannya gak ak