Wanita itu terpekur di meja makan, tidak bergerak sedikit pun. Tatapannya kosong menembus piring di depannya, seolah makanan itu tidak ada gunanya. Bahkan membayangkan memasukkannya ke mulut saja membuat dadanya terasa sesak.Tari, perawat yang sudah lama mengurusnya, mendekat pelan. “Nyonya, kenapa belum makan? Nyonya harus minum obat.”Oma Eliyas menoleh sebentar. Tatapan lelah. Macetnya pikiran. “Aku tidak nafsu makan, Tari.”“Kalau menunya Nyonya bosan, bilang saja,” ujar Tari penuh kesabaran. “Apa ada yang Nyonya ingin makan? Saya ambilkan. Yang penting Nyonya makan dulu.”Oma Eliyas tidak langsung menjawab. Ada jeda panjang, seakan ia sedang menimbang gengsi dengan keinginannya sendiri. Lalu bibirnya bergerak pelan, “Puding labu yang kemarin… yang kau simpan di lemari es. Masih ada?”Tari sempat terdiam. Bahkan sempat berkedip dua kali, heran. Kemarin Oma sendiri yang menyuruh membuangnya. Tapi dia tetap tersenyum lembut. “Masih, Nyonya. Saya ambilkan, ya?”Oma Eliyas hanya meng
Last Updated : 2025-12-08 Read more