All Chapters of Kebangkitan Kaisar Beladiri: Chapter 101 - Chapter 110

Mendengar teriakan Yang Teng, Yang Ningren terkejut. Ia melihat Yang Xin berjalan lurus menuju sebuah batu besar, kepalanya hampir membentur batu itu. Yang Ningren hendak memanggil Yang Xin ketika Yang Xin berbalik dan memelototi Yang Teng, berteriak, "Diam! Apa yang kau tahu! Jika kau tahu cara menemukan Little Grey dan membawa kami keluar dari sini, maka itu tugasmu." Yang Teng terpaksa diam. Merasa puas, Yang Xin berbalik dan, di bawah pengawasan Yang Teng dan Yang Ningren, menabrakkan dirinya ke batu besar. Yang Teng menutup matanya karena terkejut; meskipun ia tidak terluka parah, tabrakan langsung dengan batu besar itu pasti akan menyakitkan. Yang Teng sudah siap menghibur Yang Xin, tetapi ia tidak mendengar teriakan kesakitan Yang Xin. Ia segera membuka matanya dan terkejut mendapati batu besar itu telah hilang, dan Yang Xin masih berdiri di tempatnya. "Hah? Apa yang terjadi?" Yang Teng dan Yang Ningren sama-sama tercengang. Yang Ningren bahkan t

Alam semesta yang luas tak terbatas, dan terdapat benua-benua yang tak terhitung jumlahnya seperti Benua Tianwu yang menjadi tempat para kultivator dapat hidup. Di sudut gelap alam semesta ini, di sebuah benua berukuran sedang, tempat aktivitas kultivator jarang terlihat, suasana aktivitas hari ini benar-benar berbeda dari biasanya. Anehnya, para kultivator yang tinggal di setiap benua berbeda dalam gaya hidup, pakaian, dan karakteristik fisik mereka, namun para kultivator di benua yang biasa-biasa saja ini saat ini tidak jauh berbeda dengan mereka yang berada di Benua Tianwu. Jika ada perbedaan, itu terletak pada pakaian mereka; pakaian orang-orang ini tampak kuno dan usang. "Cepat! Kita hanya punya satu kesempatan. Jika kita melewatkan kesempatan ini, siapa yang tahu berapa tahun lagi kita harus menunggu! Membuka gerbang dimensi di seluruh alam semesta menghabiskan energi yang sangat besar. Hati-hati, dan jangan membuat kesalahan!" Seorang pria bertubuh sedang berteriak

Sementara Yang Teng mengamati para pendatang baru, ketiganya juga mengamatinya dan rekan-rekannya. "Jadi, mereka ini para kultivator Benua Tianwu sejuta tahun dari sekarang? Mereka biasa saja, terlalu lemah, dan sangat rentan." Salah satu kultivator menyeka darah dari mulutnya, menatap ketiganya dengan jijik. Sejuta tahun dari sekarang? Benua Tianwu? Kata-kata itu langsung membuat Yang Teng waspada. Ketiganya berbicara dengan nada kaku, bukan karena permusuhan, tetapi karena mereka tampak asing dengan bahasa Benua Tianwu. Sebuah pikiran terlintas di benak Yang Teng: mungkinkah ketiganya keturunan Sekte Xuanji? Sejuta tahun yang lalu, Sekte Xuanji, yang pernah mendominasi Benua Tianwu, tiba-tiba lenyap tanpa jejak. Generasi-generasi selanjutnya menyelidiki, menawarkan berbagai penjelasan. Beberapa mengatakan Sekte Xuanji telah menyinggung musuh yang kuat dan musnah dalam semalam. Yang lain mengatakan pergolakan internal yang besar terjadi di dalam Sekte Xuanji,

Mereka kembali dengan selamat ke tanah, hangatnya sinar matahari menerpa kulit mereka, semilir angin menerpa wajah mereka—rasanya sungguh luar biasa. Yang Ningren tak pernah membayangkan akan mengalami peristiwa luar biasa dan ajaib seperti ini dalam hidupnya; rasanya masih begitu fantastis. Jika seseorang pernah menceritakan hal ini sebelumnya, Yang Ningren pasti akan mengejeknya. Mereka bertiga berdiri di kaki gunung yang menjulang tinggi, di depan jurang. Yang Ningren menatap putra dan putrinya dengan iri. Ia merasa benar-benar tua; masa depan adalah milik generasi Yang Teng. Saat itu, sebuah pikiran muncul di benaknya: sekembalinya nanti, ia akan mengabdikan diri untuk berkontribusi pada perkembangan keluarga dan tak akan pernah terlibat dalam hal lain. Dunia luar memang luas dan megah, tetapi semua itu tak relevan baginya. Tingkat kultivasi, usia, dan pola pikirnya tak lagi sesuai. "Bang!" Yang Teng dengan santai melempar ketiga mayat itu ke tanah; baunya tak

Awalnya, Yang Teng tidak memiliki rencana yang jelas untuk meninggalkan Kota Fenglei. Ia hanya ingin meninggalkan keluarganya, memendam dendam terhadap Yang Jing karena telah menyewa Pisau Emas Berlapis Hitam untuk membunuhnya, dan tidak ingin tinggal bersama keluarga itu lebih lama lagi. Ia berniat untuk berkelana, mengunjungi tempat-tempat yang ingin ia kunjungi di kehidupan sebelumnya tetapi belum terlaksana, dengan rencana terakhirnya adalah mengunjungi seorang tokoh berpengaruh—sosok berpengaruh yang memiliki pengaruh mendalam pada kehidupan masa lalu dan masa kininya. Dapat dikatakan bahwa tanpa sosok berpengaruh itu, tidak akan ada Yang Teng, Dewa Gila di kehidupan itu, maupun Yang Teng di masa kini. Namun, kini ia harus mengubah rencananya. Atas instruksi kakeknya, Yang Teng perlu mengirimkan inti binatang buas dari Kipas Fenglei dan peta yang belum lengkap kepada keluarga Yang di Kota Giok. Oleh karena itu, Yang Teng memutuskan untuk pergi ke Kota Giok terlebih da