All Chapters of Kebangkitan Kaisar Beladiri: Chapter 111 - Chapter 120

Setelah berhari-hari bepergian tanpa menemukan sesuatu yang menarik, kegembiraan awal Yang Xin berubah menjadi kesuraman. Ia menendang batu kecil dengan marah dan berkata, "Yang Teng, apa kau pikir kita hanya sial? Kudengar ada banyak tempat indah di luar sana, di mana orang-orang sering menemukan alam rahasia atau semacamnya, menemukan harta karun, atau bahkan bertemu monster-monster kuat. Kita bisa bekerja sama untuk membunuh monster itu dan mengambil inti dalamnya. Itu akan jauh lebih menyenangkan daripada hanya bepergian seperti ini." Yang Teng terdiam. Beberapa hari yang lalu, entah kenapa, Yang Xin berhenti memanggilnya "Kakak Ketiga" dan mulai memanggilnya Yang Teng secara langsung. Yang Teng tidak marah; selama Yang Xin bahagia, ia tidak peduli apa yang dipanggilnya. "Xin'er, siapa yang memberitahumu semua ini?" tanya Yang Teng penasaran. "Memang ada banyak alam rahasia di seluruh Benua Tianwu, tetapi tidak di mana-mana. Jika kita berbicara tentang tempat denga

Yang Teng merasa kesal, Ximen Ye sama sekali tidak terkekang . Begitu meja berisi makanan lezat dan anggur disajikan, pria itu duduk di hadapannya, mengambil sumpit, dan mulai melahap makanan tersebut. Kecepatannya luar biasa, dan kebiasaan makannya sungguh membuat Yang Teng tercengang. Yang Teng, memegang sepotong daging binatang eksotis, menatap kosong ke arah Ximen Ye, lalu melirik Yang Teng, seolah berkata, "Apakah kau membiarkan orang ini makan bersamamu?" Yang Teng menggelengkan kepalanya. Sejak memasuki penginapan, ia sama sekali tidak berbicara dengan Ximen Ye. Ximen Ye menghabiskan sepotong daging binatang dalam sekali teguk, membuang tulangnya, mengambil cangkir anggurnya, dan menenggaknya sekaligus, bergumam tak jelas, "Kalian makan juga, jangan terlalu sopan." Yang Teng hampir menangis. Apakah ia bersikap sopan? Ia tercengang melihat kebiasaan makan Ximen Ye. Pria besar ini bertingkah seolah-olah sudah puluhan tahun tidak makan, menyambar makanan apa pu

Bumi bergetar, rumah-rumah runtuh, dan suara gemuruh terdengar dari gerbang benteng yang jauh. Teriakan pertempuran mengguncang langit, dan senjata serta harta karun yang tak terhitung jumlahnya beterbangan ke angkasa, lalu berubah menjadi kembang api yang memukau, hancur menjadi debu oleh cakar raksasa Naga Biru. Raungan Naga Biru itu tanpa amarah sebelumnya, hanya dipenuhi kegembiraan dan kegembiraan. Yang Teng, menggendong Yang Xin, melompat ke puncak gedung yang sangat tinggi dan menatap ke arah benteng. Ia menyalurkan energi spiritualnya ke matanya, memaksimalkan penglihatannya. Ia bisa melihat api membumbung tinggi ke langit di atas gerbang, dan sebuah tubuh raksasa mengamuk dan berjatuhan. Apa pun yang menghalangi jalan Naga Biru, baik kultivator maupun bangunan, dihancurkan dengan keras. Jeritan kesakitan terdengar. Cakar raksasa Naga Biru mencakar, memasukkan beberapa makhluk hidup ke dalam rahangnya yang menganga. Setinggi apa pun kultivasi seseorang, di hada

Alasan mengapa pil penyembuhan berkualitas tinggi begitu berharga adalah karena efek pengobatannya yang kuat. Selama cederanya tidak fatal, satu pil penyembuhan berkualitas tinggi dapat dengan mudah menyembuhkannya. Meskipun cedera pria tua bermarga Sun itu serius, cedera tersebut belum mengancam jiwa, dan masih ada peluang baginya untuk diselamatkan. Bahkan meminum pil penyembuhan berkualitas rendah pun dapat menyembuhkannya. Hanya saja, butuh waktu lebih lama, dan pria tua bermarga Sun itu mungkin tidak akan mampu berdiri selama setengah tahun, yang akan berdampak besar pada kultivasi dan masa hidupnya di masa depan. Namun, setelah meminum pil penyembuhan berkualitas tinggi , tidak perlu khawatir tentang hal-hal ini. Fakta bahwa cederanya dapat disembuhkan dalam waktu sesingkat mungkin berarti kultivasinya tidak akan terlalu menurun. Hal ini sangat penting bagi seorang kultivator dengan cedera serius, dan dapat dianggap sebagai penyelamat masa depan pria tua itu.

Kisah Ximen Ye sederhana saja. Kakeknya meninggal secara tragis, dan melalui upaya dua generasi keluarganya, mereka menetapkan bahwa Sun Qian adalah dalangnya. Ximen Ye datang untuk membalas dendam, tetapi mendapati kekuatan Sun Qian terlalu besar, membuatnya tak berdaya. Ia tak punya pilihan selain berpura-pura gila dan berdiam di desa-desa, dengan dalih membunuh Naga Biru untuk mencari kesempatan membalas dendam. Setelah mendengarkan cerita Ximen Ye, Yang Teng menatapnya dengan heran. "Sun Qian terluka parah dan tak sadarkan diri saat itu. Mengapa kau tidak bertindak tegas ketika ada kesempatan?" Ximen Ye tersenyum getir, "Kau tidak memperhatikan situasi. Meskipun Sun Qian terluka parah, pertahanannya sangat kuat. Selain Su Qiang dan beberapa orang lainnya, tak seorang pun bisa mendekatinya. Jika aku menyerang, bukan saja aku tak akan bisa membunuh iblis ini, tetapi aku juga akan mengekspos diriku sendiri, dan semua usahaku selama bertahun-tahun akan sia-sia." "Jadi