All Chapters of Kebangkitan Kaisar Beladiri: Chapter 91 - Chapter 100

Mendengar nama saudara keduanya diucapkan oleh pria berbaju hitam berpisau emas, reaksi pertama Yang Ningchen adalah ketidakpercayaan. Ia yakin pria terkutuk ini menjebaknya untuk mengacaukan keluarga Yang. Yang Teng menatap kosong ke arah pria berbaju hitam itu, pikirannya masih berpacu, bertanya-tanya bagaimana mungkin dialah pelakunya. "Pisau Emas Berbalut Hitam! Jangan pernah berpikir untuk menggunakan cara tercela seperti itu untuk menimbulkan perselisihan di antara anggota keluarga Yang-ku! Kami sama sekali tidak akan percaya omong kosongmu! Yang Jing jelas bukan orang seperti itu!" geram Yang Ningchen. Pria berbaju hitam ini, yang lebih baik ia mati daripada lihat, justru mengklaim bahwa Yang Jing-lah yang menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh Yang Teng. Bagaimana mungkin Yang Ningchen menoleransi kebohongan terang-terangan seperti itu? Berbagai kejadian berkelebat di benak Yang Teng. Ia ingat bahwa di kehidupan sebelumnya, Yang Jing-lah yang mengundangnya ke

Berita bahwa keluarga Wang dan Yang telah bergabung untuk memusnahkan Pisau Emas Berpakaian Hitam bagaikan badai, dengan cepat menyapu setiap sudut Kota Fenglei. Itu lebih seperti gempa bumi besar; semua orang di Kota Fenglei membicarakannya. Siapakah Pisau Emas Berpakaian Hitam? Sebuah nama yang menimbulkan ketakutan di hati semua orang. Tidak seorang pun menyangka itu adalah sebuah organisasi, apalagi bahwa intelijen kedua keluarga itu begitu akurat, berhasil memusnahkan lebih dari selusin anggota Pisau Emas Berpakaian Hitam dalam satu serangan! Untuk sementara waktu, Kota Fenglei bersukacita. Mereka tidak perlu lagi khawatir menyinggung seseorang dan dibunuh oleh pembunuh bayaran. Mereka yang kerabat dan teman-temannya telah tewas di tangan Pisau Emas Berpakaian Hitam menangis kegirangan, menyalakan petasan untuk merayakan pemusnahan mereka. Ketika berita itu sampai ke keluarga Zhao, sang patriark, Zhao Xiongshan, memiliki ekspresi muram. Setelah merenung cukup

Melihat tubuh Yang Teng yang kurus, mata Yan Xiaoyu berkaca-kaca, yang ia tahan. "Tuan Muda, Anda keluar." Yang Teng tersenyum dan mengangguk. "Xiaoyu, Anda sudah bekerja keras beberapa hari ini." "Bukan apa-apa, ini yang seharusnya dilakukan Xiaoyu." Selama tuan muda itu aman, Yan Xiaoyu tidak akan merasa bersalah sekeras apa pun ia bekerja. "Ayo kembali." Yang Teng membawa Yan Xiaoyu pergi. Setelah mengetahui Yang Teng telah keluar dari ruang penempaan senjata, Yang Wudi segera memanggil Yang Jun dan menanyainya secara rinci tentang apa yang terjadi di ruang penempaan senjata selama dua bulan terakhir. Hasil akhirnya sangat mengecewakan Yang Wudi. "Apa? Anda sudah bekerja keras begitu lama, dan pada akhirnya, Anda hanya menempa pedang panjang tingkat Xuan tingkat tinggi?" Dulu, pedang panjang tingkat Xuan tingkat tinggi adalah sesuatu yang tak pernah berani dibayangkan Yang Wudi, tetapi sekarang ia benar-benar kecewa dengan pedang panjang setingkat ini. Y

Sambil menahan rasa terkejutnya yang tak terkira, Yang Teng menatap Tuan Kelima, mencoba memahami sesuatu dari wajahnya. Namun, ekspresi Tuan Kelima tampak rumit, awalnya dipenuhi kegembiraan, lalu berubah menjadi ketidakberdayaan dan kesedihan. "Aduh!" Tuan Kelima menghela napas dalam-dalam, "Tuan Muda masih belum melupakan Kota Giok. Apa gunanya?" "Tuan Kelima, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Anda dan Kakek datang ke Kota Fenglei saat itu?" Yang Teng samar-samar merasakan ada lebih banyak rahasia yang terlibat. Tuan Kelima tersenyum pahit, "Karena Tuan tidak memberi tahu Anda, pasti ada alasannya. Anda tidak perlu bertanya lebih lanjut. Ikuti saya." Panggilan "Tuan Muda" telah berubah menjadi "Tuan," menunjukkan bahwa Tuan Kelima tidak akan mengatakan sepatah kata pun. Yang Teng terdiam. Berhenti setelah mengatakan semua ini sungguh menyesakkan, tetapi ia tidak bisa memaksa Tuan Kelima untuk mengungkapkan kebenaran. Ia hanya bisa mengikuti Tuan Kelima tanpa

Berjalan di sepanjang jalan, Yang Teng merasa bingung. Ayahnya selalu sangat menentang memasuki Pegunungan Fenglei. Terakhir kali, ia diam-diam memasuki pegunungan untuk mencari Binatang Fenglei. Meskipun ia lolos tanpa cedera dari cengkeraman pria berjubah hitam dan bersenjatakan pedang emas, ayahnya sangat marah dan menegurnya dengan keras. Yang Ningren telah memperingatkan Yang Teng bahwa jika ia berani memasuki Pegunungan Fenglei lagi, ia akan mematahkan kakinya! Yang Teng tidak mengerti mengapa ayahnya begitu terobsesi. Pegunungan Fenglei dipenuhi binatang buas yang aneh dan penuh bahaya, tetapi juga penuh dengan peluang. Ramuan obat langka ada di mana-mana, dan alam rahasia yang tak terhitung jumlahnya tersebar di seluruh pegunungan—harta karun yang tak terkira. Banyak yang telah memperoleh peluang luar biasa saat menjelajahinya. Pegunungan Fenglei membentang di antara Benua Timur dan Tengah, sebuah penghalang yang tak dapat diatasi. Sejak zaman kuno, tak seo