All Chapters of Kebangkitan Kaisar Beladiri: Chapter 141 - Chapter 150

Keheningan menyelimuti kerumunan. Semua orang menunggu penjelasan Yang Teng. Masalah ini telah lama mengganggu Yin Peng, dan ia bahkan telah meminta bimbingan dari gurunya, Su Zhiyi.    Su Zhiyi juga tidak dapat menyelesaikannya dengan sempurna, hanya mengatakan bahwa mungkin ia dapat menemukan solusi yang tepat setelah kultivasinya meningkat dan keterampilan alkimianya meningkat.    Yi Hua diam-diam muncul di belakang kerumunan. Ia ingin mendengar pendapat Yang Teng yang mendalam. Mampu menambahkan langkah pembinaan pada proses alkimia untuk meningkatkan kualitas pil, pemahaman Yang Teng tentang alkimia jauh melampaui orang biasa. Yi Hua agak yakin bahwa Yang Teng dapat menemukan masalah Yin Peng.    Yang Teng melirik Yin Peng. "Ada pepatah yang mengatakan bahwa karakter menentukan takdir. Sebenarnya, karakter tidak hanya dapat menentukan takdir, tetapi juga banyak hal lainnya, seperti alkimia."    Tidak ada yang percaya omong kosong Yang Ten

    Fu Xiang, dengan ekspresi gembira, berseru, "Guru, saudara-saudara senior, rekan-rekan murid, mohon maafkan kelancangan saya, tetapi alkemis yang merancang metode yang begitu menakjubkan namun sederhana ini niscaya akan meninggalkan nama besar di dunia alkimia. Betapa pun alkimia berkembang di generasi mendatang, orang ini tak akan pernah dilupakan."    Kerumunan pun menggemakan pujiannya. Mereka yang hadir semuanya adalah pakar ternama di dunia alkimia; pemahaman mereka tentang alkimia jauh melampaui alkemis biasa, memungkinkan mereka untuk segera mengenali sifat luar biasa dari Teknik Pemeliharaan.    Yang Mulia Zilou tersenyum, "Karena kalian semua mengakui Teknik Pemeliharaan dan mengatakan bahwa orang yang merancang metode ini untuk meningkatkan alkimia pasti akan menjadi seorang grandmaster dan meninggalkan nama besar di dunia alkimia, maka saya ingin bertanya kepada kalian, jika orang ini bersedia bergabung dengan Pegunungan Luoxia kita dan menjadi mur

Yang Mulia Zilou mengangguk, "Bicaralah dengan bebas, sampaikan permintaan kalian."    Yang Mulia Zilou sudah menyetujui karakter Yang Teng, tetapi sangat tidak puas dengan muridnya, Su Zhiyi.    Yang Teng melirik sekeliling, mengamati ekspresi semua orang, dan fokus pada Su Zhiyi. "Kultivasi saya sangat rendah, hanya di tingkat ketiga Tempering Tubuh. Semua orang di sini tahu betul pil tingkat apa yang bisa saya sempurnakan dengan tingkat kultivasi ini."    Kata-kata Yang Teng membuat banyak orang tersipu.    "Yang ingin saya katakan adalah, pil jenis apa yang bisa saya sempurnakan agar layak menyandang gelar Tetua Kehormatan!" Tatapan Yang Teng tertuju pada Su Zhiyi.    Masalah ini membuat Su Zhiyi bingung. Ia yang memiliki ide itu, jadi ia terpaksa berkata, "Secara logika, seorang alkemis di tingkat ketiga Tempering Tubuh hanya bisa menyempurnakan Pil Pengumpul Roh dan Pil Penyembuhan tingkat rendah."    Yang Teng tertaw

Hari ini, puncak utama Pegunungan Luoxia, Puncak Wangyue, menyelenggarakan upacara termegahnya, dengan Yang Mulia Zilou secara langsung memimpin pelantikan Yang Teng sebagai sesepuh kehormatan.    Ini adalah perayaan paling spektakuler dalam sejarah silsilah Zilou. Semua murid, sesepuh, dan diaken generasi ketiga hadir, bersama dengan dua puluh murid generasi kedua. Su Zhiyi tidak hadir karena sakit, tetapi semua murid lain dari Pegunungan Luoxia hadir.    Murid dari generasi keempat ke bawah, serta murid luar, tentu saja tidak memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam upacara akbar seperti itu, dan Puncak Wangyue tidak memiliki ruang untuk menampung begitu banyak orang; oleh karena itu, acara ini terbatas hanya untuk murid generasi ketiga.    Waktu yang baik telah tiba, dan Yang Mulia Zilou mengumumkan dimulainya upacara, "Yang Teng    , silakan naik ke mimbar untuk menduduki posisi sesepuh kehormatan!" Yang Teng tiba di mimbar dan membungku

Sebilah pedang panjang berkilauan tertancap di lehernya, dan tiga serangan mematikan lainnya siap menyerang kapan saja. Bahkan Si Ying yang paling arogan pun ketakutan.    Salah satu serangan ini akan berakibat fatal.    Keringat dingin mengalir di wajahnya. Si Ying biasanya membanggakan keberanian dan keberaniannya yang luar biasa dalam menghadapi kematian, tetapi bahkan ia pun merasa takut menghadapi ancaman ini.    Jika itu adalah serangan yang cepat dan menentukan, bahkan orang yang paling ketakutan pun hanya akan merasakan ketakutan sesaat sebelum nyawa mereka direnggut, tanpa berpikir lebih jauh.    Namun dengan sebilah pedang di lehernya, merasakan niat membunuh lawan, namun ragu untuk menyerang, ancaman ini tak tertahankan.    "Tetua, tunggu!" teriak Zhu Yiping. "Si Ying tidak punya niat jahat; dia tidak akan pernah mengancammu, Tetua. Kumohon, Tetua    , mengertilah." Jika pedang ini jatuh, Si Ying akan mati sia-si