All Chapters of Kebangkitan Kaisar Beladiri: Chapter 161 - Chapter 170

Bang!" Tubuh kultivator itu terbanting keras ke tanah, membuatnya linglung dan kehilangan arah. Matanya berkaca-kaca, dadanya sesak, dan ia nyaris tak mampu menahan seteguk darah. Ia mencoba berdiri, tetapi kakinya tak mau menurut; hantaman dahsyat itu telah mematahkannya. Hao Yong melompat berdiri, menatapnya dengan jijik dan arogan. "Kau tidak menganggap serius 'Kakek Hao'-mu, kan? Beginilah jadinya kalau kau meremehkan Kakek Hao!" Memang, Hao Yong-lah yang melancarkan pukulan itu. Di bawah tekanan Yang Teng yang tak henti-hentinya, perhatian kultivator itu sepenuhnya terfokus pada rune di tangan Yang Teng, mengabaikan Hao Yong yang terkulai di sampingnya. Ini bukan sepenuhnya salahnya; Hao Yong telah terkulai di tanah, dan berdasarkan penilaian mereka, Hao Yong terluka parah, kedua kakinya patah. Bahkan dengan pil penyembuh, lukanya tidak akan cepat sembuh, tidak mengancam mereka. Namun, pria yang terabaikan ini melancarkan pukulan fatal. Saat kultivator itu

Memanfaatkan permukaan air untuk bernapas kembali, Hao Yong segera bertanya, "Hei, Adik Kecil, kita mau ke mana?" Ia menyadari Yang Teng sedang berenang ke arah barat, artinya menuju sarang Firehawk. Apakah mereka benar-benar akan langsung mati setelah lolos dari kejaran Firehawk? Yang Teng berkata, "Bukankah kau ingin mencabuti semua bulu Firehawk? Sekarang kuberi kau kesempatan. Ikut aku dan kalahkan mereka." Hao Yong langsung terkejut. "Adik Kecil, aku hanya mengatakan itu dengan santai. Kenapa kau menganggapnya begitu serius? Ada puluhan Firehawk! Hanya kita berdua?" Setelah menyaksikan kekuatan Firehawk, Hao Yong tak berani menyombongkan diri lagi. "Takut? Kalau kau takut, tetaplah di sini dan tunggu aku." Yang Teng tak membuang kata lagi, menarik napas dalam-dalam, lalu menyelam lagi. "Takut! Aku, Hao Yong, tidak takut pada beberapa burung besar? Itu menggelikan!" Hao Yong mengatakan ini, tetapi rasa takutnya tidak berkurang sedikit pun karena kata-kata s

Yang Teng tetap bergeming, seolah-olah ia sama sekali tidak melihat Elang Api yang ganas itu. Ia meregangkan tubuh dan berdiri dari Raja Elang Api, lalu menendangnya. "Suruh mereka semua mundur, atau kupatahkan leher kalian!" "Hah!" Raja Elang Api menjerit lemah, menandakan ia masih hidup. Elang Api di sekitarnya tentu saja menolak mundur dengan mudah. ​​Yang Teng menghunus Pedang Xuanfeng-nya dan menyerang, menciptakan luka lain di leher Raja Elang Api. "Hah!" Raja Elang Api berteriak dengan ganas, kehilangan postur mematikannya sebelumnya. Baru kemudian Elang Api lainnya mundur dengan enggan. "Begitulah adanya. Ingat, hidupmu ada di tanganku. Membunuhmu hanya masalah satu gerakan pedangku," kata Yang Teng dengan nada meremehkan. Hao Yong yakin. Elang Api, yang ia anggap tak terkalahkan, diperlakukan seperti bukan apa-apa oleh Yang Teng! Mentalitas seperti ini adalah sesuatu yang tidak dimilikinya. "Mari kita bahas ini. Aku bisa menyembuhkan lukamu

Para kultivator yang hadir tercengang. Tiba-tiba, sambaran petir menyambar tepat di wajah kultivator yang tersenyum itu. "Ah!" Kultivator yang tersenyum itu tak mampu lagi mempertahankan senyumnya. Jaraknya terlalu dekat; seluruh kekuatan jimat petir terkuras habis, mengenai wajahnya. Bahkan dengan tingkat kultivasinya yang tinggi, ia tak mampu menahan sambaran petir seperti itu. Ia hanya bisa menutupi wajahnya dengan tangan, berusaha meredakan rasa sakit. Begitu ia melepaskan cengkeramannya, Yang Teng menyerang, menyalurkan energi spiritualnya, dan meninju area dantian kultivator yang tersenyum itu. "Ah!" Kultivator yang tersenyum itu berteriak lagi. Dantian adalah sumber energi spiritual seorang kultivator; kerusakan di sana sama saja dengan melumpuhkan kultivasi seorang kultivator. Tapi itu tidak berakhir di situ. Setelah mendaratkan pukulan, Yang Teng telah menghunus Pedang Xuanfeng-nya. Kilatan cahaya, dan kepala kultivator yang tersenyum itu terpental

Setelah meninggalkan seluruh pegunungan, kultivator itu akhirnya merasa lega. Ia berhenti dan berbalik untuk melihat pemandangan itu, wajahnya masih menunjukkan keterkejutan. Yang Teng bertanya, "Binatang mengerikan apa yang kau temui di pegunungan yang membuatmu begitu takut?" Kultivator itu tersipu. "Adik, sejujurnya, jika aku bertemu dengan binatang buas yang kuat, ia akan baik-baik saja; entah aku akan membunuhnya atau ia akan memakanku. Tapi sejak aku memasuki pegunungan hingga aku meninggalkannya, tidak ada satu pun binatang buas!" "Lalu kenapa? Kau tampak sangat takut." Yang Teng ingin tahu makhluk mengerikan apa yang ada di pegunungan itu. "Jangan sebutkan itu. Sejak aku memasuki pegunungan, aku selalu merasakan aura mengerikan, seolah-olah bisa merenggut nyawaku kapan saja. Tapi seperti yang kau tahu, aku harus mengumpulkan Cakar Naga Hijau untuk menyelesaikan misi, jadi aku harus mengertakkan gigi dan mencari. Ternyata, ada hawa dingin yang sangat dingin di p