All Chapters of Gairah Sahabat Suami : Chapter 41 - Chapter 50

“Maafkan aku, Mas Alex, sungguh … aku gak bermaksud menyinggung masalah kamu dan keluarga,” aku merasa bersalah karena tanpa sengaja menyinggung silsilah keluarga Alex.“Nggak apa-apa, Nay. Toh cepat atau lambat kamu akan tahu. Aku gak mau menutupi apapun dari kamu. Aku hanya ingin kamu tahu aja. Aku memang brengsek seperti si bodoh Arya itu. Tukang main wanita dan penyuka wanita bergantian di atas ranjang. Tapi, yang harus kamu yakin dan percaya. Itu dulu, Nay sebelum aku mengenal kamu. Sekarang aku sudah sadar dan gak suka dan melakukan itu lagi.”Alex kedua tanganku dengan erat. Matanya saat berkata terus tertuju padaku. Sorotnya mengatakan gak ada dusta sedikitpun.Sedangka aku masih diam mendengarkan semua perkataan Alex. Dia sedang menceritakan kisahnya bersama mas Arya yang mungkin saja aku belum ketahui.“Iya Mas, aku tahu. Aku percaya sama kamu, kok!” tentu saja aku percaya, meskipun itu hanya ucapan manis atau rayuan gombalnya, tapi hatiku yakin Alex gak seperti mas Arya.

"Usir dia, Arya, Mama nggak mau lihat dia ada disini!"Mama Sri sudah naik pitam, dia ingin segera Ambar pergi dari hadapannya."Mah, aku gak bisa usir dia, aku sudah janji akan menjaganya," mas Arya tetap menolak mengusir Ambar."Mah, biarkan aku pulang saja, aku gak mau disini," Farah memotong pertengkaran mama Sri dan mas Arya.Farah seperti sudah mulai muak dengan drama mama Sri dan mas Arya. Sepertinya dia juga butuh udara segar."Tapi, Farah, sebentar lagi doker Wangki datang. Mama ingin dia memeriksa kamu dulu. Mama ingin pastikan kamu baik-baik saja. Kalau sudah diperiksa, kamu mau pulang pun harus diantar Arya. Mulai sekarang kamu adalah tanggung jawab Arya sampai pernikahan kalian. Mama ingin kalian segera menikah!"Mama Sri berkata penuh penekanan dan melirikkan matanya pada mas Arya. Sekaligus memberi lampu merah pada Ambar untuk dirinya berhenti sampai disitu saja.“Nggak perlu, Ma, aku baik-baik saja, dirumah kan ada mamaku juga. Mungkin aku masuk angin,” ucap Farah men

Telinga mas Alex mendengar getaran ponselnya yang gak jauh dari ranjang mereka. Mas Alex melirikku yang masih tertidur dengan selimut yang menutupi tubuh polosku.Tangan mas Alex meraih dengan cepat ponselnya yang bergetar. Mas Alex gak ingin menggangguku. Mas Alex turun dari ranjang dengan meraih celananya. Mas Alex keluar kamar dengan bertelanjang dada dan membukakan pintu apartemennya.“Selamat pagi, Tuan,” sapa Dani sudah di ambang pintu.“Masuklah!” saat pintu dibuka lebar, mas Alex terkejut melihat Dina menerobos masuk lebih dulu dari Dani.“Maafkan saya, Tuan, dia memaksa ikut. Saya masih tetap disana, menemaninya. Sesuai dengan perintah, Tuan. Saya hanya pergi saat Tuan ….”Belum sempat Dani menjelaskan, tangan mas Alex sudah menghentikannya.“Biarkan dia!” Dani mengangguk dan hanya melihat tingkah Dina yang takjub dengan kondisi apartemen milik mas Alex.“Dimana dia? Kau benar-benar cucu sultan?” lirikan maut dari Dani membuat mas Alex mengembangkan senyumannya.“Ini yang a

"Sepertinya gak usah panggil dokter Wangki, Mah. Aku baik-baik saja. Mungkin aku hanya perlu istirahat sebentar," Nada mencoba kembali memberi alasan yang masuk akal untuk mama Sri."Gak, Nada, Mama gak mau kamu kenapa-napa, apalagi taruhannya hasil ujian semester kamu. Lebih baik kamu tunggu saja dikamar, Mama akan telepon dia sekarang!"Mama Sri bukan mencemaskan kesehatan Nada, tapi hasil ujian yang dirasa perlu untuk nama baik keluarga Wiguna. Gelar yang terlihat dari anak-anak mama Sri yang bisa mama Sri banggakan."Mah, beneran deh. Aku gak apa-apa. Aku cuma pusing dan mual sedikit. Atau aku akan minta tolong Dian untuk kerokin aku. Mungkin kalau sudah dikerokin badan aku enteng, pusing dan mual juga hilang!"Nada menyentuh lengan mama Sri. Menatap matanya, seolah memberikan kata dia baik baik saja, mama Sri tidak usah khawatir."Ya sudah. Ingat, Mama ingin hasil ujian kamu bagus dengan nilai terbaik. Kalau perlu kamu yang paling baik diantara teman teman kamu!" desak mama Sri,

"Alex, cepat angkat!"Mas Alex sempat terpaku sesaat, gak akan menyangka kalau akan akan pingsan mendadak."Hah, ini ulah nenek Minah sih, sudah aku bilang jangan bikin dia kaget!"Mas Alex masih menggerutu dan mengangkat tubuhku perlahan, lalu mas Alex merebahkan tubuhku di sofa."Nenek yang disalahkan? Siapa suruh kamu membawa wanita lemah seperti ini. Baru digertak saja sudah pingsan. Dasar mental tempe!" omel nek Minah."Jangan main salah-salahan deh. Dia bukan wanita lemah, Nek. Dia hanya sedikit terkejut saja, tapi sepertinya, Nayaraku tidak seperti biasa," mas Alex memandangi wajahku yang sedikit pucat.Pletak! Tungkat kayu mendarat di kepala mas Alex."Aduh, apa lagi sih, nek? Kenapa main pukul segala," mas Alex mengusap kepalanya yang kena tungkat pemukul sang nenek."Bodoh. Cepat panggil dokter, aku tidak mau dia kenapa-napa!"Wajah nek Minah berubah khawatir setelah melihatku terbaring. Dina ingin mendekat, tapi dicegah oleh Dani. Gelengan kepala dari Dani kode keras kalau