Belva menatap berkas-berkas aset di kamar nenek. Sekarang, ia mengerti, mengapa setiap hari nenek mengajaknya berkeliling sawah dan kebun. Nenek pasti ingin menunjukkan semua harta yang akan ditinggalnya.“Nenek pasti sedih aku terus terpuruk.” Belva mengusap lembut ranjang Nenek. “Belva turuti kemauan Nenek jual sawah untuk sekolah, ya, Nek.”Sambil bersandar di punggung ranjang, Belva memikirkan apa yang terjadi pada hidupnya.Tahun ini, hidupnya berantakan. Belva sampai lelah merasa pasrah pada setiap masalah dan berusaha mengurai semua menjadi pelajaran berharga.“Walau aku sudah tidak berani berharap, semoga saja masih tersisa sabar meski dadaku sesak.”Kabar menyebar cepat di desa kecil itu—Belva, cucu Nenek Nani, berniat menjual sebagian aset peninggalan mendiang neneknya. Orang-orang membicarakannya di warung kopi, di ladang, bahkan di pos ronda malam.Namun, tak semua ia jual. Rumah peninggalan Nenek Nani ia titipkan pada Bu Ratna dan keluarganya yang sudah dianggap seperti s
Última atualização : 2025-11-17 Ler mais