Jane memalingkan wajahnya dan pipinya memanas seketika. Ia menelan salivanya perlahan, kemudian memainkan jemari tangannya sendiri di atas paha, kebiasaannya ketika gugup atau salah tingkah.“Aku …,” suaranya tercekat, seperti tertahan sesuatu di tenggorokannya. Ia mengembuskan napas pelan, mencoba mengumpulkan keberanian.Namun akhirnya, ia menoleh kembali. Tatapannya bertemu dengan tatapan Brian yang tidak goyah sedikit pun.“Andrew tidak pernah puas denganku, Brian,” ucapnya dengan suara yang lebih lirih dari musik yang bergema di balik kaca. “Dia sering mengeluh dan mungkin itu alasan dia bercinta dengan wanita lain.”Brian menaikkan satu alisnya, tidak marah, tidak terkejut, tapi lebih seperti mencoba memahami cara Jane memandang dirinya sendiri.“Lalu?” tanyanya pelan, dengan nada yang tidak menghakimi.Jane menggeleng, bahunya turun seperti menanggung beban yang terlalu lama ia pikul sendiri. “Entahlah. Aku ingin lebih, tapi aku takut kau juga kecewa padaku. Aku ingin menunggu
Last Updated : 2025-11-20 Read more