Share

Kurelakan Suamiku untuk si Pelakor Magang
Kurelakan Suamiku untuk si Pelakor Magang
Penulis: Blade Armore

Bab 1

[Hai, Mas. Ini aku, Shanum. Kapan kita ketemu lagi?]

Satu pesan muncul di ponsel Mas Attar, saat aku masuk ke dalam kamar untuk mengambil minyak telon, karena anakku digigit nyamuk.

[Hai, Shanum. Mas Attar sedang ada kegiatan di luar rumah, ada perlu pentingkah?]

Aku membalas pesan darinya, dan langsung dibaca, tapi tidak kunjung dibalas. Kuletakan kembali ponsel Mas Attar di atas nakas, kemudian menemui Mbak Naura yang menemani anakku.

"Kenapa wajahmu ditekuk gitu?" tanya Mbak Naura yang melihat perubahan ekspresiku.

"Aku sedang takut, Mbak!" ujarku dengan suara bergetar.

Mbak Naura bertanya ada apa, sampai aku berubah dan tiba-tiba merasa ketakutan. Aku menghembuskan napas berat dan menimang-nimang apakah aku bisa sharing padanya atau harus aku pendam saja.

"Sepertinya, Mas Attar ada main dengan mahasiswi yang magang, saat dia melakukan kunjungan kerja di Jogya waktu itu, Mbak," Akhirnya aku mulai menceritakan kekhawatiranku.

"Enggak mungkin, mbak kenal Attar dengan baik dan hanya kamu wanita yang dia cintai," bantah Mbak Naura.

"Sebentar mbak, aku ambil sesuatu dulu. Aku mau minta pendapat Mbak, apakah aku terlalu curiga ataukah memang ada indikasi rumah tanggaku diganggu," Aku kembali masuk ke dalam kamar untuk mengambil ponsel Mas Attar yang dia tinggal, karena sedang ada kegiatan di lingkungan kami.

Tidak perlu waktu lama, aku telah kembali dengan membawa sebuah ponsel di tanganku. Aku meminta Mbak Naura membaca chat yang masuk dari remaja yang bernama Shanum. Chat berawal dari inbok dan berlanjut ke Wa. Meskipun aku tahu semua yang terjadi di dalam chat itu, tapi hatiku sebagai istri tidak bisa dibohongi, jika Mas Attar dan remaja itu ada rasa.

"Waduh, kamu yakin ini?" tanya Mbak Naura penasaran.

"Aku yakin, Kak," terangku

"Kenapa Attar melayani wanita yang sudah terlihat genit begini!" geramnya dan aku hanya menghela napas berat.

Kuceritakan pada Mbak Naura, jika Shanum adalah mahasiswi magang dan kebetulan saat Mas Attar kunjungan kerja, dan mereka dekat. Bukan hanya Mas Attar saja, satu kelompok pun dekat dengannya. Shanum gadis cantik dengan tubuh yang proporsional, mudah bergaul dan sangat riang. Membuat siapa saja nyaman dekat dengannya.

"Attar cerita tentang dia?" Mbak Naura makin penasaran.

"Awalnya, aku yang baca pesan di inbok f* Mas Attar saat nyari resep makanan. Aku langsung ngasih tahu dia, dong, dan dia membalas pesan Shanum di depanku. Awalnya merasa tidak aneh, cuma kok setiap hari WA. Selalu tanya Mas Attar sedang apa dan lagi dengan siapa. Seperti saat aku pacaran dengan Mas Attar dulu," terangku.

"Saat ini masih aman, karena terpisah jarak. Mbak takut, jika gadis itu nekat datang ke sini dan merusak rumah tangga kalian yang adem ayem," tutur Mbak Naura, kakak iparkku. "Minta Attar untuk memblokir semua tentang gadis itu, jika mau rumah tanggamu jauh dari pelakor, atau perlu mbak yang bilang ke suamimu?" geram Mbak Naura.

Saat ingin menjawab, Mas Attar pulang dengan wajah penuh peluh. Terlihat sekali dia sangat letih, dari hembusan napasnya yang tersengal. tanpa kata, aku menyodorkan ponsel miliknya dan telah membuka aplikasi hijaunya.

Mas Attar menatapku lekat dan membaca chat dari Shanum, kemudian meletakan ponselnya begitu saja di atas nakas di dekat anakku bermain.

"Dek, jangan ijinkan wanita lain masuk dan nyaman dalam hidupmu selain istrimu!" seru Mbak Naura.

"Shanum itu gadis labil Mbak dan aku tidak mungkin tertarik padanya, saat aku memiliki bidadari di rumah," Mas Atta mulai menggombal.

"Witing tresno jalaran soko kulino!" celetuk Mbak Naura.

"Tenang, Mbak. Apa pun, aku selalu terbuka pada Yumna. Tidak ada yang aku tutupi selama ini," tegas Mas Attar.

Mas Attar berlalu dengan cepat, untuk membersihkan dirinya. Lengket, ujarnya. Saat anak semata wayang kami minta di gendong.

Belum lama Mas Attar masuk, ponselnya berdering dan ada beberapa pesan masuk. Ingin mengabaikannya, tapi suara deringnya sangat menganggu.

"Mas, ada yang telepon!" teriakku.

"Angkat saja!" pekiknya tak kalah kencang dariku.

Saat aku mengambil ponsel Mas Attar, layarnya menyala dan satu panggilan atas nama Shanum tertera di sana. Ketika akan menerima panggilan itu, ponsel Mas Attar mati. Buru-buru aku menyambungkan ke kabel charger, dan menghidupkannya lagi. Rasa penasaran, menelusup begitu saja.

"Banyak amat pesan masuk, padahal ini hari libur," gumamku.

Kubuka satu persatu pesan yang masuk, ternyata semua dari Shanum dengan menggunakan tiga nomor yang berbeda.

[Mas, kamu enggak rindu dengan desaku? Apa juga tidak ada rasa rindu untukku?]

[Mas, kebersamaan kita sangat singkat. Aku ingin selamanya hidup bersamamu, ijinkan aku berada di sisimu,]

[Mas, kita ditakdirkan untuk bersama, lihatlah, kita sangat serasi!]

Pesan beruntun kubaca satu persatu, dan kubuka beberapa poto yang dia kirimkan. Tubuhku terasa kaku, sulit untuk digerakan. Mbak Naura bertanya, tapi kuabaikan. Rasanya aku sedang menancapkan belati tepat di jantungku, saat membaca semua pesan dari Shanum. Tidak menyangka, akan seperti ini akhhirnya. Apa yang membuatku takut, sekarang mulai terjadi.

Mas Attar, selesai mandi langsung mendekati. Menanyakan telepon dari siapa, mulutku baru akan bersuara. Deringnya terdengar lagi, aku langsung menggeser layar untuk menerima panggilan itu.

"Halo, Mas Attar?" tanyanya lembut.

"Iya, ada apa?" tanya Mas Attar, sembari mengusap rambutnya yang masih basah.

"Aku sangat rindu, padamu. Kapan kamu akan menikahiku, bapak dan ibu sudah setuju!"

Suara lembut dan mendayu itu langsung bertanya tanpa tahu siapa saja yang di dekat Mas Attar dan untungnya, aku menyalakan speaker, agar Mbak Naura pun mendengarnya.

Wajah Mas Attar pias seketika dan mengusap wajahnya dengan kasar. menatap padaku dengan pandangan memohon.

"Eh, kamu itu masih kecil. Berani-beraninya gangguin rumah tangga adik saya!" celetuk Mbak Naura.

Ponsel yang aku pegang terjatuh, dan hanya layarnya saja yang retak. Sama seperti hatiku saat ini. Mas Attar mendekat dan mencoba meraih tanganku. Aku menepisnya, karena rasa sakait itu masih sangat terasa.

Aku diam, menatap sendu ke arah anakku yang masih sangat kecil. Tidak terbayang, saat Mas Attar benar-benar kepincut, pelakor cilik.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Aribahuzdah Iswanto
emang. siapa sih kok tahu bagaimana cara untuk menjadi lebih tahu
goodnovel comment avatar
Nahbus Dammahum
ko nama nya mirip anak saya shanum
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status