Share

Bab 5

Author: Blade Armore
last update Huling Na-update: 2022-08-10 07:42:13

"Hei! Aku, kan belum bilang mau ngapain!" protesku pada Hilman.

"Tapi ini penting, Yumna!" ujarnya dengan nada yang tidak bercanda seperti biasanya.

"Aku sedang bersama Mas Attar, dia tadi pulang kerja. Enggak enak badan, katanya. Jadi besok-besok saja kita ketemuannya," balasku.

"Ya sudah, saat ketemuan saja aku ajari cara membaca pesan yang terlanjur dihapus," imbuhnya dan langsung mengakhiri panggilan.

Akhirnya, aku akan tahu apa yang kamu takutkan, Mas! gumamku.

Kulirik Mas Attar yang sedang sibuk dengan sales mobil, mengacuhkanku dan Aqilla. Kuhampiri dia dan meminta ijin untuk pulang sendirian. Sangat terasa dia mengabaikanku, lebih fokus ke sales cantik di depannya.

Aku melangkah pergi, tanpa dirinya yang menemani. Menyusuri jalanan yang cukup panjang, merenungi rumah tanggaku yang tiba-tiba goyah dan perlakuan Mas Attar yang berubah drastis dalam hitungan jam.

***

Entah di mana aku berada sekarang, setelah berjalan sambil melamun. Aku menepuk dahiku, karena merasa bodoh. Bisa-bisanya berjalan tanpa arah dan tujuan, hingga tersasar. Aku mengambil ponsel untuk melihat jam, dan betapa terpananya aku. Berjalan selama dua jam tanpa henti, dan anrhnya, Aqilla anteng dalam gendonganku.

Aku menghentikan langkahku, melihat sekitar untuk mencari tempat istirahat. Cukup pegal rasanya kaki ini. Beruntungnya ada fasum di sekitarku, jadi bisa mengistirahatkan diri sejenak. 

Aqilla seperti mengerti diriku, dia terbangun saat aku sudah melepas lelah. Memberinya asi, meski belum ada makanan yang masuk sejak pagi.

"Minum, Mbak," tawar seorang gadis manis, yang entah sejak kapan duduk di sampingku.

"Enggak, makasih!" tolakku.

Aku bermain bersama Aqilla yang selesai meminum asi. Di depanku, ada pasangan yang sedang bertengkar hebat, aku dan gadis di sampingku hanya melihat mereka dengan tatapan miris. Kedua orang dewasa itu berkelahi tepat di depan anak mereka, yang menangis. Meminta orang tuanya untuk tidak lagi saling memaki dan berteriak. Aku melihat Aqilla, yang masih bisa tersenyum saat aku mencurigai Mas Attar. Lalu kembali melihat pasangan yang bertengkar hebat di depanku.

"Mereka enggak mikirin perasaan anaknya, ya!" ketus gadis di sampingku.

"Kala ego dan hati terluka!" jawabku.

Kami saling pandang, kemudian tertawa bersama, ada kepedihan dari tawa kami yang tersembunyi.

"Kamu terlalu muda untuk tahu permasalahan orang dewasa," ujarku.

"Karena aku masih muda, jadi bisa melihat dunia yang terlalu banyak orang munafik!" ucapnya dengan menyimpan tangannya di saku.

Aku menghela napas panjang, mencoba memposisikan dirinya yang terluka karena pertengkaran orang tuanya.

"Kamu terluka karena orang tua kamu?" tanyaku.

"Mbak terluka karena suami mbak yang egois dan menjalin cinta dengan wanita lain?" tanyanya tanpa menjawab tanyaku.

Pertanyaannya pun tidak bisa aku jawab, karena ini privasi keluargaku. aku tidak ingin mengumbar aib suamiku yang belum tentu melakukan apa yang kusangkakan.

"Rahayu, Mbak." Gadis itu memperkenalkan diri.

"Yumna," balasku dengan menjabat tangannya yang terulur.

Rahayu menceritakan kenapa dia duduk di taman ini, dengan membawa tas berisi baju-bajunya, tanpa aku tanya. Dia ingin pergi jauh dari keluarganya dan membina hubungan dengan laki-laki yang katanya mencintai dirinya, tapi sayangnya lelaki itu sudah menikah dan memiliki anak. Aku yang mendengarnya seperti sedang berbincang dengan pelakor yang akan merusak rumah tanggaku sendiri.

"Apa yang kamu lihat dari lelaki itu, dia sudah membina hubungan terlebih dulu dengan istrinya dan kamu yang datang merusak. Bukankah sama saja seperti wanita yang merusak hubungan ibumu dan ayahmu?" tanyaku.

"Dia memberikan kehangatan orang tua yang kuharapkan," ujarnya lirih.

"Tapi anaknya pun saat ini terluka sama seperti dirimu. kamu terluka karena seorang wanita yang mengancurkan keluarga dan inumu, kan!" ketusku.

"Mbak enggak tahu rasanya dicintai dan dibuang!" serunya dengan membuang muka.

"Aku tahu, Rahayu. Aku sedang di masa di mana suamiku menjalin cinta dengan gadis seusia kamu, dan kamu lihat. Di sini aku dan anakku sekarang," ucapku, dan kusandarkan tubuhku yang terasa lelah.

Rahayu menatapku dengan pandangan yang entahlah. kemudian dia berdiri, mengambil ponsel miliknya dan menghubungi seseorang.

"Kita akhiri hubungan yang tidak sehat ini, rangkullah anak istri yang menemanimu dari nol, aku tidak ingin istrimu mengalami apa yang dialami oleh ibuku. Aku terlalu naif, masuk dan tergoda oleh kenyamanan yang semu!" 

Setelah berkata demikian, Rahayu membanting ponselnya. Mengucapkan terima kasih karena telah membuka mata hatinya, agar tidak ada anak yang terluka sepertinya hanya karena keegoisan diri sendiri. 

"Kamu mau ke mana, jangan lakukan hal yang membuat ibumu semakin menderita!" pesanku.

"Tidak, Mbak. Aku akan sekolah dengan baik dan kemudian bekerja untuk membahagiakan ibu di sisa hidupnya," Lantang dia berucap. "Sekali lagi terimakasih, ya. Aku terselamatkan menjadi bagian perusak rumah tangga orang atau yang biasa dicap sebagai pelakor!" imbuhnya dengan memelukku.

Rahayu pergi dengan meninggalkan kebahagian, sedangkan aku di sini masih berharap untuk bahagia. Memohon agar tidak ada pelakor cilik yang merasa nyaman dengan suami orang, seperti Rahayu dan Shanum.

Ponselku berdering dan kulihat nama Mbak Naura terpampang di sana. Aku rasa dia sangat khawatir denganku,

"Ya, Mbak," sapaku setelah menerima panggilan darinya.

"Kamu ke mana aja sih, bikin orang repot aja!" 

Bukan suara Mbak Naura yang kudengar, melainkan Mas Attar yang tiba-tiba berubah kasar. Tidak menyangka, kepergiannya menuju kantor tadi merubah dia menjadi dingin dan ketus padaku. Ada apa dengannya.

Kudengar Mbak Naura memarahi adiknya yang berani bicara kasar padaku--istrinya. Memintanya untuk menjemputku dan Aqilla, bukan berlaku kasar! Aku hanya bisa diam mendengar pertengkaran mereka dan memilih menutup panggilan darinya.

Baru saja ponsel kumasukan ke dalam tas, kini sudah berdering lagi. Kulihat nama Hilman di layarku, enggak menerimanya, kuabaikan panggilan darinya. Pesan pun masuk darinya.

[Kamu bisa temui aku sekarang?]

[Aku kemarinnya melihat suamimu dengan seorang gadis cantik!]

Lalu, Hilman mengirimkan beberapa poto hasil jepretannya. Mataku terbuka lebar dan mulutku membentuk O, kala melihat betapa mesranya Mas Attar dengan seorang wanita yang tidak menampakan wajahnya, karena gambar itu di ambil dari samping. Wanita misterius itu bergelayut manja di dada Mas Attar, sedangkan Mas Attar tersenyum bahagia.

"Brengsek kamu Mas!" makiku.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kurelakan Suamiku untuk si Pelakor Magang   Bab 121

    Setelah satr tahun pertemuanku dengan Mas Attar, Aqila tidak lagi terlihat murung. Dia selalu memancarkan senyuman manis yang menenangkan, becanda dengan adik-adik dan sepupunya. Sungguh pemandangan yang selalu ingin kulihat sampai mataku tak mampu lagi terbuka.Radit dan istrinya benar-benar pindah, untuk menetap dan kembali memulai usahanya di sini. Kami bersama, mengurus semua hal yang ditinggalkan oleh suamiku tercinta. Si kembar pun sangat gembira, meski kehilangan sosok ayah, tapi mendapatkan banyak cinta yang tidak terduga. Ya, inilah buah kesabaran kami dan cinta yang datang terlambat. Rasanya, aku merindukan suamiku yang telah lama pergi meninggalkanku."Ma," Aqila memanggil dan langsung memelukku dari belakang.Gadis itu mengecup pundakku dan menangis, mengatakan kata maaf berulang kali dan makin mengeratkan pelukannya. Aku membelai kepalanya, dan memegang kedua tangannya. Merasakan kegelisahan yang dialaminya."Kenapa? Apa kamu enggak yakin dengan pernikahan ini?" tanyaku pa

  • Kurelakan Suamiku untuk si Pelakor Magang   Bab 120

    Aku mengerjapkan mata berkali-kali, takut jika yang kulihat hanya khayalanku saja. Akan tetapi, orang itu tidak berubah sedikitpun, dia tersenyum dengan matanya yang memerah. Bukan marah, tapi seperti menahan kesedihannya yang membuat matanya seperti itu. "Ada apa, Mas?" tanyaku lirih. Radit memilih duduk menjauh, memberi ruang padaku dan Mas Attar. Aku yakin, ini pasti ada hubungannya dengan Aqilla. Membuat Mas Attar memberanikan diri datang ke rumahku, karena tidak mungkin dia akan datang dengan suka rela tanpa ada sesuatu yang mendesak. "Maaf, aku melukai anakmu lagi," ujarnya, dengan suara bergetar. Tubuhku pun ikut lemas dengan apa yang dia ucapkan, apa yang sebenarnya terjadi, sampai mereka berdua seperti ini dan kenapa Mas Attar tidak mau belajar dengan kesalahannya yang telah lalu. Terus saja menyakiti hati putri semata wayangnya. "Ada apa?" tanyaku lembut, tidak ingin merusak mood yang sudah terbangun dengan baik. "Aku meminta Aqilla menjauhi lelaki yang sedang dekat den

  • Kurelakan Suamiku untuk si Pelakor Magang   Bab 119

    "Mbak?" Radit bertanya, tapi hanya menyebutku namaku saja. Sekarang semua mata menatapku, tatapan penuh tanya. Catra menuntunku untuk duduk dan memijat bahuku, mengecup ubun-ubunku penuh kasih sayang dan aku menggenggam tangannya yang masih berada di pundakku. "Ada apa, Ma?" tanya Candra lembut dan tangannya mengengam tangaku dan Catra. "Mama hanya mencicipi nasi goreng buatan Aqila, dan mama menggunakan sendok dan hanya sekali tanpa mengaduk-ngaduk," jawabku apa adanya. "Keterlaluan kakak!" Candra yang memang lebi emosian berjalan menuju kamar Aqila, mengetuk pintu itu dengan sangat kasar. Namun, Aqila tidak membukanya. Candra yang sedang terbalut emosi, terus memanggil kakaknya, berharap mendapatkan jawaban yang lebih baik dari pernyataanku. "Kenapa kakak tiba-tiba menjadi kasar?" tanya Catra, tepatnya seperti gumaman untuknya sendiri. "Mungkin kakak sedang banyak pekerjaan dan sedang kelelahan," ujarku menenangkan. Perubahan-perubahan inilah yang membuatku takut, apakah semu

  • Kurelakan Suamiku untuk si Pelakor Magang   Bab 118

    Siang ini, aku berencana ke cafe untuk mencocokkan data-data yang sudah masuk ke emailku. Tidak semua cafe dapat kukontrol, hanya ada dua saja. Bukannya tidak ingin melihat semua progres cafe yang sudah berjalan, tapi keterbatasan waktu dan tempat membuatku harus tetap memperhatikan kesehatanku sendiri. Ada rasa tidak nyaman dalam tubuku dan entah itu apa, aku tidak ingin periksa ke dokter. Bukan apa-apa, aku hanya takut, jika diagnosanya tidak baik dan membuat semua menjadi khawatir padaku. Membuat peraturan-peraturan yang akan membatasi ruang gerakku."Mama mau pergi?" tanya Aqila yang baru keluar dari dalam kamarnya."Loh, kamu enggak kerja?" Aku balik bertanya padanya tanpa menjawab pertanyaannya terlebih dulu."Mama kebiasaan, ditanya malan nanya!" gerutu Aqila, dan aku hanya tersenyum mendengarnya. "Hari ini jadwalku padat untuk keluargaku, Ma. Aku berharap, mama tidak terlalu lelah. Mama terliat pucat dan lemah," Aqila memperhatikanku dari ujung kaki hingga ujung kepala.Helaan

  • Kurelakan Suamiku untuk si Pelakor Magang   Bab 117

    Pagi ini begitu cerah, secerah hati dan wajah Aqilla. Suaranya yang bersenandung, dan tangannya yang cekatan mengerjakan pekerjaan rumah. Tidak ada satu pun yang diperbolehkan membantunya, dia membersihkan ruma dan membuat sarapan seorang diri. Aku tau, ini pasti karena dia telah mengetahui keberadaan ayahnya dan juga memastikan ijin yang telah kuberikan. "Mama ini teh hangatnya," ujar Aqila, dan wajanya selalu dihiasi dengan senyuman hangat. Setelah meletakkan cangkir te itu, Aqila berlalu pergi. Enta apa saja yang dia lakukan di dalam rumah, bahkan adik kembarnya langsung disuruh jogging, saat berniat membantu. Aku hanya bisa tertawa geli melihat tinkah putriku, memang cukup ajaib saat dia mengetahui keberadaan sang ayah. "Mbak, aku mau jalan pagi saja. Anakmu sepertinya memiliki tenaga samson hari ini, semuanya ingin dia kerjakan, termasuk merawat Nita. Semuanya deh!" Radit berpamitan. Aku hanya bisa mengangguk, dan menikmati udara pagi di depan teras. Melihat bunga-bunga yang b

  • Kurelakan Suamiku untuk si Pelakor Magang   Bab 116

    Aqilla mendekatiku dan duduk di sampingku, menatapku dengan tatapan sayunya. Matanya sudah mulai berkaca-kaca, bibirnya bergetar tanpa suara. Aku tahu, rindunya pada Mas Attar sangatlah besar. Sejak kecil dia selalu menanyakan Hilman yang sudah dikebumikan, lalu beralih bertanya mengenai Mas Attar karena tetangga julid yang mempengaruhinya."Iya," Mau tidak mau, aku memberitau kenyataan ini pada Aqilla.Rasanya sudah lelah untuk menyembunyikan hal yang seharusnya memang diketahui oleh anak itu. Meski ada rasa tidak nyaman dalam sudut hatiku yang terdalam, tidak ingin keegoisan ini menyelimuti hati dan membuat anak-anak malah menjauhiku."Mama rela aku menemuinya?" tanya Aqilla dengan suaranya yang lirih."Kenapa kamu bertanya seperti itu pada mamamu?!" tanya Radit dengan ekspresi yang datar.Aqila menegakkan tubuhnya dan menatap ke arah pamannya dengan tatapan yang entahlah, aku pun menatap Radit dengan kesal. Bagaimana lelaki itu bisa berucap seperti itu, tapi aku tahu dia hanya meng

  • Kurelakan Suamiku untuk si Pelakor Magang   Bab 115

    "Emang apa yang aku lakukan?" tanyanya dengan pongah dan menaikkan dagunya. Aku tidak menyangka, wanita ini sama dengan ibunya dulu, yang sering sekali menggangguku. Bagaimana aku bisa bertahan dengan mereka sebagai tetanggaku. "Baiklah, dari pada kita ribut dan cari pembenaran sendiri, maka lebih baik kita bawa masalah ini ke ranah hukum. Ini sudah perbuatan yang sangat tidak manusiawi, dan mengancam nyawa. Juga nanti akan ketahuan saya selingkuh dengan Radit atau tidak!" Kembali, aku menekankan setiap kata-kata yang keluar. Bisik-bisik kembali terdengar, aku bukan merasa sok atau apalah, cuma menghindari hal yang paling menakutkan dikemudian hari. Belum apa-apa, sudah ada yang berani melakukan hal keji seperti ini. Apa lagi jika aku hanya diam dan menerima semua gosip murahan yang mereka lakukan. Bisa saja mereka berbuat seenaknya. "Lebih baik kalian bubar, dan biarkan ini ditangani oleh polisi,' ujarku dengan tatapan sinis. Satu persatu mereka pergi dengan wajah pias, ini sudah

  • Kurelakan Suamiku untuk si Pelakor Magang   Bab 114

    Aku dan Radit. tentu saja panik mendengar Nita yang terjatuh entah di mana dan aku yakin ini ada campur tangan orang lain, karena setahuku, Nita adalah wanita yang sangat hati-hati dalam segala hal. Tidak mungkin pula dia terjatuh karena terpleset, saat ini bukan musim hujan."Tenang, Dit. Jangan sampai kita juga ikut celak," Aku memperingatkan Radit yang mengemudi terlalu cepat. "Pasti ada yang menolongnya, tidak mungkin dia sendirian di jalan! Mbak tahu kamu khawatir, tapi kamu juga harus bisa menguasai diri kamu untuk saat ini!" imbuhku, karena Radit semakin terlihat gugup.Radit tidak menjawab pertanyaanku, atau pun melihat ke arahku. Pandangannya terlalu fokus ke depan. Hingga kami kembali ke rumah dan dengan cepat dia turun untuk mencari Nita. Aku sedikit aneh, karena melihat beberapa orang ada di teras rumah dan sebagian ada di halamn rumah. Seperti sedang membicarakan sesuatu, aku yakin ini mengenai kejadian Nita yang terjatuh."Permisi, Bu," sapaku seramah mungkin.Namun, aku

  • Kurelakan Suamiku untuk si Pelakor Magang   Bab 113

    Aku menoleh ke arah radit, dan tertawa dengan sangat lepas, menertawakan pertanyaan konyol dari lelaki yang selalu ada saat aku butuhkan sejak dulu. Dia-lah adik sepupu, rasa adik kandung."Kamu tahu usia mbak berapa?" tanyaku dan Radit mengangguk. "Wanita seusiaku, tidak ada yang memikirkan untuk menikah lagi, sudah memikirkan bagaimana untuk bekal akhirat dan melihat anak-anak bahagia. Jadi buang pikiranmu yang ane itu!" ujarku dengan gelengan kepala.Tidak habis pikir, kenapa bisa ada kata-kata seperti itu yang muncul darinya. Apakah ini yang membuatnya tidak semangat hari ini. Aku tidak ingin bertanya lebih jauh padanya, takut dia malah bertanya hal-hal aneh lagi. Diam ... diam lebih baik, untuk saat ini.Sesekali aku melirik ke arah radit yang tidak nyaman dengan posisinya, apakah dia sedang sakit atau sedang menahan sesuatu. Namun, aku juga mendengar beberapa kali dia menghela napas berat, adakah kaitannya dengan pertanyaannya tentang kesendirianku. Lama-lama aku juga kesal meli

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status