Siapa Yang Menentukan Bahwa Cerita Fiktif Adalah Berkualitas?

2025-09-13 09:44:17 247

3 Answers

Ruby
Ruby
2025-09-14 08:19:02
Di kepala aku, menentukan apakah sebuah cerita fiksi berkualitas itu mirip menilai lagu favorit—banyak faktor, dan tiap orang punya favoritnya sendiri. Ada kelompok yang sering dianggap "penentu": kritikus, editor, dan penghargaan sastra. Mereka menilai berdasarkan struktur, tema, orisinalitas, dan penguasaan bahasa. Aku ingat pertama kali membaca ulasan tentang 'To Kill a Mockingbird' yang menjelaskan teknik narasinya; setelah itu aku melihat novel itu bukan sekadar alur, tapi juga cara sudut pandang bekerja untuk menghadirkan empati.

Tapi ada juga massa pembaca yang menentukan lewat penerimaan: penjualan, diskusi forum, cosplay, fan art, dan bagaimana cerita itu memengaruhi hidup sehari-hari. Contohnya, 'One Piece' mungkin tidak selalu dipuji oleh semua kritikus, tapi pengaruhnya pada pembacanya—emosi saat momen-momen penting, teori yang beredar, dan komunitas yang tumbuh—membuktikan kualitas lain yang tak bisa diabaikan. Pengukuran ini lebih hidup dan berubah-ubah.

Akhirnya, waktu juga punya suara. Banyak karya yang dianggap biasa saat rilis namun kemudian jadi klasik karena konteks baru atau generasi yang menemukan maknanya. Jadi menurutku, tidak ada satu entitas tunggal yang berhak mengklaim "penentu mutu"—itu gabungan antara keahlian, populer, konteks historis, dan hubungan emosional pembaca. Penilaian itu terus bergaung, bergesekan, dan kadang aku suka ikut menimbangnya ketika merekomendasikan bacaan ke teman.
Micah
Micah
2025-09-16 02:55:48
Untukku, penilaian terhadap kualitas cerita fiksi lebih seperti cermin kolektif daripada keputusan tunggal. Aku sering menilai dari tiga sudut: bagaimana cerita membuatku merasa (resonansi emosional), seberapa rapi struktur dan logikanya (keterampilan bercerita), dan bagaimana pengaruhnya di luar teks (komunitas, kultur, atau diskursus yang muncul). Banyak karya yang secara teknis rapi tapi datar di hatiku; sebaliknya, ada cerita yang sederhana namun menempel lama karena kejujuran emosionalnya.

Selain itu, konteks zaman menentukan standar. Apa yang dianggap inovatif di era tertentu mungkin biasa di lain waktu. Aku juga menyadari bahwa kebiasaan membaca dan preferensi pribadi memengaruhi penilaian—apa yang kusukai mungkin tidak sama dengan selera teman, dan itu wajar. Akhirnya, aku cenderung percaya bahwa kualitas adalah hasil dari dialog berkelanjutan antara penulis, pembaca, kritikus, dan waktu; bukan monopoli satu pihak, melainkan simfoni penilaian yang terus berubah, dan aku senang menjadi bagian kecil dari percakapan itu.
Yara
Yara
2025-09-19 11:53:31
Kalau bicara dari sisi penggemar yang sering aktif di forum, aku cenderung melihat kualitas sebagai percakapan panjang antara pembaca dan cerita. Awalnya aku tertarik pada apa yang bikin komunitas heboh: momen plot twist, desain karakter, atau dialog yang bikin kita nukil dan bagikan. Ketika banyak orang bereaksi kuat terhadap bagian tertentu, itu tanda mutu emosional—cerita berhasil menyentuh sesuatu di dalam kita.

Di sisi lain, algoritma dan hype juga memainkan peran. Sebuah judul bisa jadi viral karena rekomendasi otomatis di platform streaming atau toko buku, dan itu membentuk opini massa. Tapi aku sering skeptis: viral bukan selalu berarti patut dikenang. Jadi aku pribadi menilai juga dari konsistensi; apakah cerita menjaga kualitas dari awal sampai akhir, apakah tokoh berkembang, dan apakah tema dieksplorasi dengan kedalaman. Contohnya, 'Attack on Titan' bikin perdebatan panjang tentang akhir ceritanya—itu menunjukkan bahwa banyak elemen berkualitas yang memancing pemikiran, sekaligus perbedaan selera.

Intinya, komunitas tempat aku berkumpul sering jadi pengadil paling cepat—kita menilai, bereaksi, dan membentuk kultur. Itu menyenangkan karena prosesnya hidup; kualitas bukan diploma formal, melainkan dialog ramai yang kadang membuatku terpukau hingga larut malam.
Tingnan ang Lahat ng Sagot
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na Mga Aklat

Siapa yang Peduli?
Siapa yang Peduli?
Bagaimana rasanya jika saat terbangun kamu berada di dalam novel yang baru saja kamu baca semalam? Diana membuka matanya pada tempat asing bahkan di tubuh yang berbeda hanya untuk tahu kalau dia adalah bagian dari novel yang semalam dia baca.  Tidak, dia bukan sebagai pemeran antagonis, bukan juga pemeran utama atau bahkan sampingan. Dia adalah bagian dari keluarga pemeran sampingan yang hanya disebut satu kali, "Kau tahu, Dirga itu berasal dari keluarga kaya." Dan keluarga yang dimaksud adalah suami kurang ajar Diana.  Jangankan mempunyai dialog, namanya bahkan tidak muncul!! Diana jauh lebih menyedihkan daripada tokoh tambahan pemenuh kelas.  Tidak sampai disitu kesialannya. Diana harus menghadapi suaminya yang berselingkuh dengan Adik tirinya juga kebencian keluarga sang suami.  Demi langit, Diana itu bukan orang yang bisa ditindas begitu saja!  Suaminya mau cerai? Oke!  Karena tubuh ini sudah jadi miliknya jadi Diana akan melakukan semua dengan caranya!
Hindi Sapat ang Ratings
16 Mga Kabanata
ARKA: Seorang Manusia yang Bukan Siapa-siapa
ARKA: Seorang Manusia yang Bukan Siapa-siapa
Suasana meledak, semua orang maju. Aku segera bergerak cepat ke arah Salma yang langsung melayangkan kakinya ke selangkangan dua pria yang mengapitnya. Aku meraih tangan Salma. Sesuai arahku Ferdi dan tiga temannya mengikutiku. "Fer, bawa!" Aku melepas lengan Salma. Ferdi bergegas menariknya menjauhiku. "Keluar!" tegasku sambil menunjuk arah belakang yang memang kosong. "Nggak, Arka!" teriak Salma, terus menjulurkan tangan. Aku tersenyum. Salma perlahan hilang. Syukurlah mereka berhasil kabur. Hampir lima belas menit, aku masih bertahan. Banyak dari mereka yang langsung tumbang setelah kuhajar. Tapi beberapa serangan berhasil membuat sekujur badanku babak belur. Kini penglihatanku sudah mulai runyam. Aku segera meraih balok kayu yang tergeletak tak jauh, lalu menodongkannya ke segala arah. Tanpa terduga, ada yang menyerangku dari belakang, kepalaku terasa dihantam keras dengan benda tumpul. Kakiku tak kuat lagi menopang, tak lama tubuhku telah terjengkang. Pandanganku menggelap. Sayup-sayup, aku mendengar bunyi yang tak asing. Namun, seketika hening. (Maaf, ya, jika ada narasi maupun dialog yang memakai Bahasa Sunda. Kalau mau tahu artinya ke Mbah Google aja, ya, biar sambil belajar plus ada kerjaan. Ehehehe. Salam damai dari Author) Ikuti aku di cuiter dan kilogram @tadi_hujan, agar kita bisa saling kenal.
10
44 Mga Kabanata
Siapa yang Menghamili Muridku?
Siapa yang Menghamili Muridku?
Sandiyya--murid kebanggaanku--mendadak hamil dan dikeluarkan dari sekolah. Rasanya, aku tak bisa mempercayai hal ini! Bagaimana bisa siswi secerdas dia bisa terperosok ke jurang kesalahan seperti itu? Aku, Bu Endang, akan menyelediki kasus ini hingga tuntas dan takkan membiarkan Sandiyya terus terpuruk. Dia harus bangkit dan memperbiaki kesalahannya. Simak kisahnya!
10
59 Mga Kabanata
SIAPA ?
SIAPA ?
Johan Aditama dan Anggita Zakiyah, kakak beradik yang harus menerima pahitnya kehidupan dengan meninggal nya orang tua mereka. Kini mereka tinggal bersama om Agung dan bi Lina. Seiring berjalannya waktu, perusahaan peninggalan orang tua Johan yang dipegang oleh om Agung mengalami masalah. Hal itu memaksa Johan harus berlatih menjadi pemegang perusahaan. Di bawah didikan om Agung dan para sahabatnya, Johan dan Timnya berlatih. Di tengah kesibukan latihan mereka, terungkap fakta tentang penyebab kematian orang tua mereka, yang menyeret om Ferdi sebagai tersangka. Sebuah bukti ditemukan Johan dari om Ferdi tentang pelaku sebenarnya. Tetapi dalam membongkar kedoknya, Johan harus kehilangan banyak orang yang ia cintai. Mampukah Johan dan Anggita beserta Timnya itu membongkar siapa pelaku sebenarnya,?.
10
7 Mga Kabanata
Yang Kucintai adalah Duri
Yang Kucintai adalah Duri
Sebuah kebetulan membuat aku mengetahui rahasia suamiku. Ternyata setiap sudut rumah penuh dengan CCTV tersembunyi. Aku tidak mengungkapkan hal itu, hanya pura-pura tidak tahu. Suatu hari, aku bersembunyi di lemari, dia kira aku kabur dari rumah, tak disangka tindakan ini membuatku tahu kalau dia sedang melakukan hal mesra dengan kekasihnya, lalu terdengar suamiku berkata, "Lebih cepat, pengobatannya akan segera selesai." Wanita itu malah berkata, "Tak usah takut, dia hanya orang buta." Suamiku memarahinya, "Kamu nggak ada hak mengatainya, dia adalah istriku, kalau kamu berani kurang ajar lagi, keluar saja dari sini." Suamiku tidak tahu kalau aku sudah sembuh, bahkan sudah seperti orang normal. Setelah aku keluar dari lemari, aku menelepon kakakku dengan sedih, "Kak, aku setuju keluar negeri."
9 Mga Kabanata
Bayi Siapa?
Bayi Siapa?
Atik menemukan seorang bayi perempuan dalam kardus di depan rumahnya. Dia bertekad untuk mencari tahu siapa orang tua bayi tersebut. Dia juga mencurigai orang-orang yang tinggal bersamanya
Hindi Sapat ang Ratings
46 Mga Kabanata

Kaugnay na Mga Tanong

Apakah Cerita Fiktif Adalah Baik Untuk Kesehatan Mental?

3 Answers2025-09-13 06:06:57
Malam ini aku lagi kepikiran betapa kuatnya buku atau serial bisa ngebenerin mood yang semrawut. Waktu aku lagi down karena tugas numpuk dan hubungan sosial yang ngos-ngosan, aku nenggak secangkir kopi dan buka 'Honey and Clover' buat nenenin diri. Cerita fiksi sering kasih ruang aman buat nangis, ngakak, dan ngeluarin apa yang terpendam — itu semacam katarsis yang nyata. Aku nggak cuma merasa lega, tapi sering dapat perspektif baru soal masalahku lewat sudut pandang karakter yang jauh dari situasiku. Kadang tokoh yang berjuang menghadapi kegagalan atau kehilangan ngasih aku penegasan bahwa perasaan itu wajar dan bisa dilalui. Selain itu, fiksi ngasih latihan empati gratis. Dengan ikut 'masuk' ke kepala karakter, aku jadi lebih peka sama nuansa emosi orang lain. Kadang aku belajar strategi coping dari karakter yang kuat atau cara mereka berkomunikasi pas konflik. Tapi penting juga ngejaga batas: kalau pakai cerita buat kabur terus-terusan, masalah nyata bisa numpuk. Jadi aku coba kombinasikan baca/ nonton dengan ngobrol ke teman atau nulis jurnal biar nggak cuma melarikan diri. Singkatnya, buatku cerita fiksi itu obat yang berguna—asal dipakai dengan sadar. Aku masih suka banget meresapi kisah-kisah yang hangat atau tragis, karena selalu ada pelajaran kecil yang nempel lama dan bikin hati lebih siap ngadepin hari.

Bagaimana Cerita Fiktif Adalah Berbeda Dari Kisah Nyata?

3 Answers2025-09-13 19:08:55
Garis besar yang selalu bikin aku terpancing berpikir adalah: fiksi itu ruang bermain bagi kemungkinan, sementara kisah nyata itu peta perjalanan yang berat dan berjejak. Di fiksi aku bisa melihat dunia yang dirancang rapi—aturan dibuat untuk melayani tema, karakter bisa melakukan aksi-aksi spektakuler tanpa harus memikirkan rekening listrik besok, dan konflik sering disusun supaya ada busur emosi yang memuaskan. Penulis memegang kendali penuh: tempo, momen kejutan, hingga makna simbolis. Di sisi lain, kisah nyata punya kompleksitas acak yang nggak selalu rapi; hidup sering menyisakan pertanyaan tanpa jawaban, kegagalan yang tak dramatik, dan pilihan yang akibatnya panjang. Itu membuat kisah nyata terasa lebih berduri dan kadang lebih menghantui. Aku suka bagaimana kedua jenis cerita itu saling melengkapi. Fiksi mengajarkan kita berimajinasi, memberi pengalaman emosional yang intens tanpa risiko fisik, dan kadang membuka jalan untuk memahami kebobrokan moral lewat metafora. Kisah nyata memberi berat dan konteks: mereka mengingatkan bahwa konsekuensi nyata ada, dan sering kali menyediakan pelajaran etika yang lebih pahit tapi juga lebih tahan lama. Saat aku menutup buku atau matikan layar, perbedaan ini terasa—fiksi membuat hatiku berdegup karena kemungkinan, sedangkan kisah nyata membuat pikiranku terjaga karena kenyataan yang menempel.

Bagaimana Cara Menilai Kalau Cerita Fiktif Adalah Orisinal?

3 Answers2025-09-13 11:27:29
Ada satu trik yang selalu kubawa saat menilai apakah sebuah cerita fiksi terasa orisinal atau cuma remix dari hal-hal yang sudah ada: fokus ke detil kecil yang bikin dunia itu bernapas. Pertama, aku biasanya memisahkan premis dari eksekusinya. Premis bisa terasa klise — misalnya pahlawan yang kehilangan ingatan, atau dunia di mana sihir mahal harganya — tapi eksekusi yang unik (cara tokoh bereaksi, konsekuensi moral yang tak terduga, atau mekanik dunia yang spesifik) bisa mengangkatnya jadi orisinal. Aku memperhatikan elemen-elemen kecil: bahasa yang dipakai tokoh, ritual sehari-hari, kebiasaan minor yang punya efek besar. Hal-hal itu sering jadi tanda tangan kreator. Kalau banyak detail yang terasa spesifik dan konsisten, itu biasanya tanda orisinalitas. Kedua, aku cek bagaimana cerita bermain dengan trope. Cerita orisinal sering tidak menghindari trope, tapi mereka memutarbalikkan ekspektasi atau menggabungkan trope yang tak biasa. Contoh: dua genre yang bertabrakan menghasilkan mood yang berbeda, atau konflik utama bukan soal penumpasan monster tapi soal pertanggungjawaban sosial. Aku juga membandingkan tone dan voice: suara narator yang khas atau sudut pandang yang tidak lazim bakal segera membuat cerita terasa milik sendiri. Di samping itu, kalau ada kemiripan mencolok dengan karya lain seperti 'Harry Potter' atau 'Neon Genesis Evangelion', aku lihat apakah kemiripan itu hanya permukaan atau sampai ke inti tematiknya. Intinya, orisinalitas sering muncul dari detail dan keberanian bereksperimen, bukan hanya ide dasar yang belum pernah kita lihat sebelumnya.

Mengapa Cerita Fiktif Adalah Populer Di Kalangan Remaja?

3 Answers2025-09-13 01:19:41
Ada satu hal yang selalu bikin aku terpikat setiap kali nonton atau baca cerita fiksi: perasaan ketemu versi diri yang belum kutemukan di dunia nyata. Aku sering kepikiran kenapa remaja begitu lengket sama dunia-dunia rekaan, dan menurutku itu soal identitas dan emosi yang lagi cari tempat untuk tumbuh. Ketika aku melihat protagonis yang berjuang menghadapi rasa tidak aman atau menemukan keberanian, rasanya seperti cermin yang nggak menghakimi—kamu bisa nyoba siapa diri kamu tanpa konsekuensi langsung. Selain itu, cerita fiksi sering banget menghadirkan konflik yang dramatis dan solusi yang emosional, jadi remaja yang lagi hormonik terasa pas banget diajak meresapi itu. Misalnya pas aku lagi baca 'Harry Potter' waktu SMP, ada adegan yang bikin aku nangis karena merasa ada harapan di saat paling gelap; pengalaman itu bikin cerita terasa personal dan tak terlupakan. Terakhir, estetika dan gaya bercerita juga memikat: visual keren, soundtrack yang nempel, atau dialog yang gampang di-meme—semua elemen itu bikin cerita fiksi bukan cuma bahan bacaan, tapi pengalaman yang bisa diulang-ulang. Pokoknya, cerita fiksi itu kayak pelampiasan sekaligus pelajaran hidup dalam bentuk yang lebih aman dan menyenangkan, dan itu kenapa remaja betah berlama-lama di sana.

Di Mana Cerita Fiktif Adalah Paling Sering Dipublikasikan?

3 Answers2025-09-13 17:40:44
Di timeline komunitas cerita yang sering kubaca, yang paling rame sekarang jelas ruang daring — dan itu bukan kebetulan. Platform-platform seperti 'Wattpad', 'Royal Road', dan 'Shōsetsuka ni Narō' jadi ladang subur buat penulis baru karena gampang diakses dan cepat dapat pembaca. Di sana aku sering menemukan serial yang belum tentu lulus proses penerbitan tradisional tapi punya ide-ide segar, crossover aneh, atau fandom yang grows dengan cepat. Fanfic juga tetap kuat di 'FanFiction.net' dan 'Archive of Our Own', tempat cerita versi penggemar beranak-pinak dan bikin komunitas aktif. Di sisi visual, komik dan manga sekarang banyak muncul lewat layanan web seperti 'Webtoon' dan 'Tapas', sementara versi cetak masih hidup di majalah atau penerbit indie. Untuk yang mau serius jualan, 'Amazon Kindle' dan platform self-publishing lain bikin karya bisa langsung dijual sebagai e-book atau print-on-demand, yang aku sendiri pernah coba dan lumayan efektif kalau kamu piawai promosi. Selain itu, audiobook di 'Audible' dan serialisasi di blog atau newsletter juga makin populer; aku suka dengar cerita pas berangkat kerja. Kesimpulannya, tempat paling sering dipakai itu adalah internet: portal serial, situs fanfic, platform self-publish, dan layanan komik digital. Tapi jangan remehkan penerbit tradisional dan majalah — mereka masih penting untuk branding dan distribusi fisik. Kalau kamu penulis pemula, fokus ke platform daring dulu buat bangun pembaca; pengalaman itu sering jadi tiket masuk ke jalur yang lebih besar. Itulah yang sering kulihat dan rasakan sendiri saat mengikuti ratusan cerita tiap bulan.

Seberapa Panjang Cerita Fiktif Adalah Ideal Untuk Novella?

3 Answers2025-09-13 04:45:51
Selalu ada sensasi puas saat sebuah cerita terasa cukup panjang untuk bernapas, tapi tidak kebanyakan yang bikin ngantuk, dan itu yang kucari saat memikirkan panjang ideal untuk novella. Buatku, novella paling pas biasanya berkisar antara 17.000 sampai 40.000 kata — angka ini mengizinkan karakter untuk berkembang, konflik untuk matang, dan tema untuk dijelajahi tanpa perlu subplot berlapis-lapis. Aku ingat malam-malam ketika membaca 'Animal Farm' atau 'The Old Man and the Sea', bagaimana setiap bab terasa padat tapi tak pernah terasa tergesa: itulah kekuatan bentuk ini. Novella bagus menuntut kerapatan; setiap adegan harus punya tujuan karena ruangnya terbatas. Dalam praktik menulis, aku sering menetapkan tujuan konflik utama dan satu atau dua subtema kecil. Struktur tiga babak masih bekerja, tapi lebih ramping: pengenalan yang efisien, tengah yang intens, dan akhir yang memuaskan atau menggigit. Untuk pembaca yang suka tempo cepat tapi tetap mau kedalaman emosional, panjang itu terasa pas. Di sisi produksi, novella juga menarik karena fleksibel — cocok buat terbit indie, publikasi majalah, atau sebagai jembatan antara cerpen dan novel panjang. Aku sering menyarankan menulis sampai cerita merasa selesai, lalu cek: apakah masih ada adegan yang nggak memperkaya inti? Kalau iya, buang; kalau tidak, mungkin panjangnya sudah ideal.

Kapan Cerita Fiktif Adalah Cocok Diangkat Jadi Serial TV?

3 Answers2025-09-13 15:33:41
Aku selalu tertarik pada cerita yang terasa seperti dunia hidup — itu tanda pertama buatku bahwa sebuah fiksi pantas diangkat jadi serial TV. Cerita seperti itu punya lapisan karakter yang bisa dieksplor setiap episode: konflik batin, hubungan yang berubah, dan latar yang punya aturan sendiri. Kalau sebuah novel atau game cuma bergantung pada twist satu kali tanpa pengembangan lebih lanjut, rasanya bakal cepat habis ketika diperpanjang jadi serial. Sebaliknya, karya yang membiarkan pertanyaan-pertanyaan kecil menggantung (siapa dia sebenarnya, apa dampak keputusan itu, sejarah kota itu) memberi penulis acara bahan untuk 8–12 episode per musim. Kedua, struktur naratif harus adaptif. Aku sering menilai apakah alur utama bisa dipecah menjadi arc-arc lebih kecil yang masing-masing punya puncak emosi. Contohnya, adaptasi 'Game of Thrones' sukses awalnya karena tiap buku punya banyak subplot yang bisa dibagi ke episode-episode berdurasi panjang. Visual dan tonal juga penting: ada cerita yang indah dibaca tapi sulit diwujudkan secara visual tanpa anggaran besar, sementara beberapa cerita sederhana secara visual justru bisa jadi sangat kuat di layar. Terakhir, ada unsur komunitas dan relevansi. Jika cerita sudah punya basis pembaca yang kuat atau tema-tema yang resonan dengan waktu sekarang — misalnya isu identitas, teknologi, atau trauma kolektif — peluang besar bahwa serialnya akan dapat perhatian dan diskusi yang hidup. Kalau semua elemen ini terpenuhi, aku biasanya antusias melihat adaptasi itu lahir, karena rasanya ada bahan kaya untuk dieksplorasi musim demi musim.

Siapa Penulis Terkenal Ketika Cerita Fiktif Adalah Tema Utama?

3 Answers2025-09-13 02:07:36
Ada begitu banyak nama yang muncul ketika orang bicara soal fiksi—dan bagi saya, beberapa penulis itu terasa seperti teman lama yang selalu punya cerita baru untuk diceritakan. Charles Dickens misalnya, selalu berhasil membuatku tertawa sekaligus terharu; plotnya padat, karakternya hidup, dan komentar sosialnya masih relevan meskipun ditulis berabad-abad lalu. Lalu ada Jane Austen yang gayanya halus tapi pedas; cara dia menggambarkan hubungan antar manusia dengan ironi membuat setiap pembacaan terasa seperti obrolan hangat di ruang tamu. Dari Rusia, Dostoyevsky dan Tolstoy masuk daftar karena intensitas psikologisnya—mereka mengajak kita menyelam ke genangan pikiran karakter sampai berkaca pada diri sendiri. Aku juga selalu kembali ke Virginia Woolf untuk eksperimen narasinya, atau Franz Kafka ketika ingin merasakan kecemasan absurd yang anehnya menenangkan. Dan tentu saja, Gabriel García Márquez membawa warna lain lewat magis realisme; 'One Hundred Years of Solitude' terasa seperti napas panjang sejarah dan mimpi yang bercampur. Semua nama ini terkenal bukan cuma karena plot yang kuat, tapi karena cara mereka mengubah bahasa jadi pengalaman—membuat pembaca merasa hidup di dalam cerita, bukan hanya melihatnya dari luar. Itu yang selalu membuatku jatuh cinta lagi dan lagi.
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status