500 Hundred Days Of Summer

After failing the mission, the System gave me one final chance, and to succeed, I had to give birth to a child. The System promised that if the baby were born safely, it would reveal the truth to my target and give me one last glimmer of hope. However, six months into my pregnancy, just when things seemed stable, I was dragged onto an operating table in the middle of the night by my husband and family. My husband stopped the anesthesiologist from giving me any pain relief. “Let her feel the pain,” he said coldly. “We need to keep the kidneys as fresh as possible.” My parents instructed the doctor to draw my blood. “She’s the same blood type as our precious girl. Let’s take some for backup.” Even my childhood friend, the boy who had always been by my side, was the one to slice open my abdomen.  They wanted my kidneys to save my sister, who was dying from kidney failure. No one believed I was pregnant. No matter how much I begged, they went ahead with the operation, tearing me open. The baby couldn’t survive, and I died on that operating table. However, as my soul began to fade away, something strange happened. Those who had murdered me—my husband, my parents, my so-called friend—they all lost their minds.

Di tempat Katrina berasal terdapat empat jenis manusia: Penyihir, Pemburu, Secondary, dan kaum Murni yang telah sepakat hidup damai selama ratusan tahun lamanya. Namun tanpa diduga, Katrina yang darah campuran malah mengalami suatu hal yang mustahil, ia memperoleh Sihir di hari ulang tahunnya. Kekuatan baru itu melahirkan pengkhianatan yang membuat Katrina mendapat pelajaran pahit bahwa perburuan Penyihir ialah seniscaya hukum alam, sekalipun dunia sudah berubah. Katrina harus mengumpulkan keberanian untuk menggali masa lalu dan melewati labirin penuh curiga untuk mengetahui asal muasal sihirnya... sekalipun ia dipermainkan sosok misterius dari bayang-bayang.

Semua alur telah hancur. Aku yang terjebak baru menyadarinya sekarang—tak ada pilihan selain bertahan atau menyerang? Lady of Mechanics Setengah tubuhnya berisi baja yang tak bisa berkarat. Kaki? Tangan? Tak ada bedanya. Bahkan mata yang buta dapat di kembalikan fungsinya. Dia bisa menjadi ancaman terbesar di kekaisaran Rýiat jika dia mau. Tapi dari pada menghancurkannya, dia memilih untuk menggenggamnya erat. Menyaksikan seluruh persimpangan sebelum menuju kehancuran. Story by W e

Rindu itu apa? Sungguh, bila Seila harus ditanyakan soal itu, dia tak akan pernah bisa menjawab. Rindu terlalu rumit untuknya, hingga dia harus mengingat kembali apa yang telah terjadi belakangan ini. Peristiwa dia hampir diperkosa menjadi awal pertemuan dia bersama Aksara. Kejadian ditinggalkan ke luar negeri menjadi akhir untuk kebersamaan mereka. Tidak ada yang tahu. Benar, tidak ada yang tahu. Ini takdir. Takdir yang membuat Seila mendapat kebahagiaan lalu terperosok jatuh dan sulit untuk bangkit. Berusaha melupakan tetapi tidak bisa melupakan. Bagaimana ia melewati masa-masa sulit itu? Apa bisa dia hidup dengan tenang?

"Mereka bilang A, tetapi kenyataannya B." Alenia: Gue hidup di bawah aturan Papa. Katanya, ini semua demi karir dan reputasi gue agar selalu cerah di masa yang akan datang. Akan tetapi, apa yang gue lewati sehari-hari justru terasa buruk untuk gue. Gue beraktivitas atas arahan cowok gue. Katanya, ini semua demi hubungan yang sehat dan langgeng. Akan tetapi, gue justru merasa teracuni dengan segala aturan yang dia buat untuk mengekang gue. Gue bekerja untuk menyenangkan orang, tetapi nggak satu pun dari mereka bisa menyenangkan gue. Padahal, gue amat butuh setidaknya hiburan kecil yang bisa bantu gue tidur sedikit lebih nyenyak dari biasanya. Gue ingin libur sehari aja dari peliknya dunia gue.

Terus menerus dihina karena dirinya seorang black blood, membuat kemarahan Anastazja memuncak. Seolah sesuatu dalam dirinya meledak dan memintanya untuk mencari tahu kebenaran dari black blood itu sendiri. Kebenaran yang membawanya pada kenyataan memilukan. Batu sandungan terbesar dalam hidupnya adalah ketika ia jatuh cinta dengan Helio. Keturunan dari musuh abadi klan Alastor. Anastazja paham, bahwa memelihara cintanya sama dengan mati. Namun, meski harus berkali-kali melanggar peraturan klan, ia tetap akan menyimpan rasa itu dalam hatinya.

3 tahun lalu Hyun Ji kehilangan pria itu. Meninggalkan dirinya berada dalam kegelapan seorang diri. Melewati hari-hari tanpa tujuan, berharap Tuhan segera mengambil nyawanya. Hingga suatu hari, pria itu kembali. Menawarkan Hyun Ji kehidupan yang baru. Kehidupan yang penuh dengan warna & cinta. Sebuah kehidupan yang diimpikannya dimasa lalu. Hanya saja semua sudah terlambat. Hyun Ji tak ingin kembali. Kecuali takdir yang bermain disana.

Lucy yang kini berusia 7 tahun hidup berdua dengan Esmelth miliknya. Mereka berdua tinggal di pinggir Hutan Lugia agar jauh dari pusat keramaian. Lucien benar-benar tidak ingin Lucy terluka karena ulah manusia lainnya.Lucien terlihat memang memanjakan Lucy, tetapi semua itu memanglah keinginannya. Memanjakan masternya sendiri bukanlah hal sulit untuknya, terlebih lagi kini ia akhirnya memiliki master meski seorang anak kecil yang tidak bisa memakai sihir, tetapi diberkahi mana yang berlimpah.

Abimanyu Abraham, usia 20 tahun, berawakan tinggi kurus dan tidak terlalu tampan. Seorang pemuda yang hidup serba berkecukupan di tengah kota Jakarta yang sudah berteknologi super maju ini. Walaupun Bima orang kaya, namun kehidupannya di luar sana seperti gelandangan yang terus di caci maki karena satu alasan. Namun satu kejadian membuatnya berubah 180° dari yang biasanya tak banyak bicara dan introvert kini jadi lebih ceria serta terlihat lebih fresh.

The night my parents were kidnapped, my brother—who happened to be a police officer—chose to go bungee jumping with the fake heiress. I didn't stop him. Instead, I called the police and began preparing the ransom. In my previous life, my brother had forgone the outing to rescue our parents. As a result, the rope snapped during her jump, sending her plummeting into the abyss. Her body was never recovered. He never spoke a word about it afterward. On my birthday, he drugged me and dragged me to that very cliff. "You orchestrated the kidnapping! You'd go this far for their attention? You're nothing but a monster! Lillian is dead. You don't deserve to live either!" When I opened my eyes again, I found myself back on the night my parents were kidnapped. This time, my brother didn't rush to their rescue. Instead, he ran to the fake heiress. But in the end, he regretted it so much that he nearly lost his mind.