Suamiku Pura-Pura Mati, Bos Besar Malah Mengejarku
Lima tahun saling mencintai, tiga tahun menikah, Intan Pangestu mengira dirinya akan hidup bersama dengan Peter Tanata hingga menua nanti.
Bahkan saat mendengar kabar kecelakaan pesawat Peter, dia masih percaya kalau maut pun tak akan mampu memisahkan mereka. Mereka itu sehidup semati.
Sampai akhirnya, dirinya tahu kalau Peter tidak mati. Peter hanya pergi menjadi suami orang lain, bahkan menjadi mesin pembuat anak.
Intan pun tegas mengubur cintanya, mengakhiri drama konyol itu dan menerima perjodohan keluarga.
Di Kota Medana, kabar bahwa putra sulung Keluarga Luwel yang berwibawa menikahi seorang janda langsung jadi bahan gunjingan.
Bahkan Intan sendiri sempat mengira, Rico Luwel menikahinya karena alasan penyakit tersembunyi, makanya pernikahan pun terasa begitu terburu-buru.
Keluarga Luwel sudah memberinya apa yang dirinya butuhkan, jadi dia juga harus menjaga kehormatan Riko.
Dengan lapang hati, Intan berkata, “Kalau kamu nggak bisa… kita bisa mengadopsi saja. Aku bisa pura-pura hamil, lalu umumkan pada orang-orang kalau itu anak kandung kita.”
Namun, Riko malah memeluk pinggangnya dan menjawab, “Bilang saja kalau mau, untuk apa harus berputar-putar begitu, Nyonya Luwel?”
Di lingkaran pertemanan Riko, banyak yang diam-diam mencibir, kok putra keluarga kaya raya mau-mau saja jadi budak cinta?
Riko tak peduli sama sekali. Dia bahkan tersenyum meremehkan, “Memangnya salah kalau jadi budak cinta? Pada akhirnya, aku sudah dapat apa yang aku mau!”
Mereka menertawakannya, bilang sudah jadi budak cinta malah masih bangga. Padahal, mereka tidak tahu, betapa pahitnya cinta dalam diam dan betapa sulitnya akhirnya bisa mendapatkannya!