Final Destination 7

"You were promised to me, Alessia, not even death can change that." Alessia Capone was born a mafia princess, powerful last name, perfect future and zero control. At just fourteen, her parents sold her into a blood-soaked engagement with Rino Lombardi, the cold, dangerous heir of Italy’s most feared criminal empire. He was obsessed from the moment he saw her. She hated him before he even spoke. To escape that fate, she ran straight into the arms of another man. A man who turned out to be worse than her worst nightmare. Now, decades later, Rino Lombardi is back. Widowed. Ruthless. More powerful than ever. And still maddeningly obsessed with the one woman who got away. He made a vow to himself. If he can’t have her willingly, he’ll burn the world until she begs to come home. But Alessia is no longer the young girl he once knew. She’s a queen in her own right. She’ll never kneel, never submit, not even to the devil she once escaped. ...Or will she? Because the man she swore to hate may be the only one she’s ever truly belonged to. And this time, he’s not asking.

If it was my sister being bullied, Mom and Dad would have believed her right away and fought for her without a second thought. However, it did not matter anymore. In my next life, I would pick parents who really cared about me.

Pitong taon na silang kasal, ngunit laging malamig ang pakikitungo ni Eduardo, Monteverde kay Luna Santos. Ngunit si Luna ay palagi paring nakangiti, dahil sa mahal na mahal niya ito. Naniniwala rin siya na darating ang araw, mapapainit niya ang puso nito. Ngunit ang kanyang inaantay na pag-ibig ng lalaki ay napunta sa ibang babae, at ang kanyang pakikitungo sa babaeng ito ay mabuti. Nanatili pa rin siyang determinado sa kanilang kasal. Hanggang sa kaarawan niya, lumipad siya ng libo-libong milya patungo sa ibang bansa para makasama ang lalaki at ang kanyang anak na babae, ngunit dinala nito ang kanilang anak, para samahan ang babaeng iyon, iniwan siyang mag-isa sa walang laman na silid. Tuluyan ng sumuko si Luna matapos niyang makita na ang kanyang anak na babae ay gustong palitan siya ng ibang babae bilang ina. Hindi na siya nag dam-dam pa, nag-iwan siya ng sulat sa sobre para sa kasunduan ng diborsyo, isinuko niya ang kustodiya, at umalis ng may estilo. Mula noon, hindi na niya muli itong pinansin at hinihintay na mailabas ang sertipiko ng diborsyo. Itinuring niya ang kanyang pag-alis sa kanyang pamilya bilang isang pagkakataon para bumalik sa kanyang karera. Siya, na dating hinahamak ng lahat, ay madaling makakuha ng kayamanan na umaabot sa daan-daang bilyon. Ngunit sa kanyang mahabang paghihintay, ay ang hindi lamang pagdating ng sertipiko ng diborsyo, kundi ang lalaking ayaw mang-uwi noon ay mas madalas ng umuwi ngayon, at mas lalong nagiging malapit ito sa kanya. Nang malaman niyang gusto na niyang makipaghiwalay, ang karaniwang tahimik at malamig na lalaki ay sinunggaban siya at sinabi, “Diborsyo? Imposible.”

Quando eu estava sendo despedaçada viva, usei minhas últimas forças para ligar para o meu irmão. No instante em que minha consciência quase se apagava, ele atendeu o telefone, mas sua voz estava cheia de impaciência: — De novo? O que foi agora? — Mano… me salva… Antes que eu terminasse a frase, ele me interrompeu friamente: — Você arranja problema todo dia? No fim do mês é a festa de formatura da Marina. Se você não aparecer, eu mesmo te mato! E desligou sem hesitar. A dor me consumiu até eu fechar os olhos para sempre. As lágrimas ainda escorriam pelo canto do meu rosto. Mano, você não precisa me matar. Eu já estou morta.

Arturo Abruzzi tore the world apart to find the woman that he loved, who mysteriously disappeared without a trace. Feeling empty without her. Cold. Numb. Hollow. Feeling like he was better off dead. Better off six feet under the ground. And there were times when he would provoke his assassin to pull the trigger. Wishing that his suffering would be put to an end. Asking God to drag him straight to hell. After all, hell was the resting place for criminals like him, wasn't it? The final destination for Mafia men? But years later, fate caused their paths to collide again. To cross again. Except this time, she was married to someone else...

"Your Highness." "Lady Eiren." Di bawah langit malam yang kelam, tanpa sedikit pun memunculkan cahayanya sang bintang apalagi cahaya sang rembulan. Di tengah-tengah taman yang banyak ditanami bunga eglantine yang merumpun, … juga di antara hujan taburan kelopak bunga pohon plum yang jatuh meluruh. Beserta di sekitar beterbangannya bola-bola cahaya api, dilengkapi dengan kepakkan sayap kecil ratusan kupu-kupu merah muda. Mereka berdua, sepasang anak muda berlawanan jenis, yang masing-masing darinya sedang mencium harumnya setangkai bunga keramat pun, … saling berhadapan satu sama lain, dengan ekspresi muka yang tampak begitu serius. "Daripada Tunangan saya, …." "Daripada Tunanganku, …." Berbicara bersamaan sekaligus bergerak secara bersamaan pula, mereka … lekas melanjutkan ucapan yang sempat terjeda dengan menggunakan suara yang lantang, seraya mengasongkan tangkai bunga yang tengah dipegang sendiri untuk cepat-cepat diberikan kepada sang lawan bicara. "… Saya akan memilih Anda!" Sang pemberi bunga yang melambangkan cinta mati, yaitu bunga mawar hitam, … Lady dari kediaman Marquess Eiren, Darissa. "… Aku akan memilihmu!" Juga sang pemberi bunga yang melambangkan banyak kebebasan, yaitu bunga bakung laba-laba merah, … pangeran kedua kerajaan Aethelred, Lancient. "MARI/AYO KITA MENIKAH!" Sudah memutuskan untuk bekerja sama di kesempatan kedua ini, … dalam membalaskan dendam mereka.

Kalah menjadi abu. Menang menjadi arang. Ini adalah kisah tentang pertikaian sengit di antara para putri yang ikut serta di dalam perebutan mahkota Putri Purba. Tujuh bersaudara yang sedari kecil hidup bersama-sama dengan bahagia, … mulai menjalani hubungan persaudaraan yang kacau nan berantakan, … dikala mahkota yang didamba-damba telah jatuh ke tangan putri yang bahkan sama sekali tak mengharapkan takhta kerajaannya sedari awal. Akankah takhta kembali beralih kepada orang yang sudah seharusnya menerimanya sedari awal? Ataukah sang putri yang dijatuhi bingkaian hiasan kepala terbuat dari logam mulia, lengkap dengan intan dan juga permata itulah, … yang pada akhirnya akan tetap menjadi pemimpin kerajaan? "Apa kau ingin tahu, kesalahan terbesar apa yang pernah dibuat olehku di sepanjang hidupku ini?" Sang putri tertua kerajaan ini, si Putri Mahkota yang bahkan tak dapat menggapai gelaran mahkotanya lagi, Putri Purbararang, … bertanya dengan wajah yang pahit terhadap sang putri baik hati, yang saat ini tengah berdiri berhadapan dengannya diluar sel penjara. "Kesalahan terbesarku adalah, pernah membuat hatiku yang sudah hancur ini, untuk menyayangimu dengan segenap hati …." Dia berucap lirih semacam itu, diiringi dengan lelehan air mata. "… Purbasari." Air mata keputusasaan yang akan senantiasa ia dapatkan, dikala berhasil dikalahkan oleh adik kandungnya sendiri, Putri Purbasari, lagi dan lagi.

Dunianya serasa berantakan dalam semalam, Ayunira Larasti diceraikan sekaligus dijual oleh mantan suaminya, sebagai alat penebus hutang terhadap teman lamanya yang merupakan seorang konglomerat ternama. Kaget dan juga belum bisa menerima kalau ia harus mau dinikahi oleh konglomerat itu, yakni Kenan Adijaya, sebagai ganti rugi hutang yang dipinjam berpuluh-puluh juta oleh mantan suaminya tersebut, Ayunira berakhir membenci sang suami baru. Akankah cinta hinggap kembali di lembaran hidupnya yang baru? Atau, Ayunira akan berusaha bersabar tinggal bersama Kenan, sembari menanti hari terbebasnya ia begitu hutang mantan suaminya lunas?

Putri sulung Duke Yoargi, Qilistaria La Yoargi, yang memiliki penampilan terkutuk ini, … begitu dibenci oleh semua orang. Mereka mengejeknya, mereka menghinanya, mereka merendahkannya, dan mereka pula tak menginginkannya. Qilistaria benar-benar tak disukai, apalagi diterima. Terutama, selepas sang Duke Yoargi, ayahnya, mengadakan sebuah sayembara untuk membiarkan orang membawanya pergi dari kediamannya tersebut, sebagai apa pun yang dikehendaki, … semacam istri, selir, budak, atau bahkan sekadar perempuan rendahan pemuas nafsu. Akan tetapi, pertanyaannya, … apakah ada, yang akan mau menerima monster seperti Qilistaria? Semuanya berpikir, bahwa orang gila sekali pun, … tak akan pernah mau mendekati sang putri terkutuk tersebut. Apalagi ini, sampai mau menjadikan perempuan mengerikan sepertinya sebagai seorang istri. Namun, …. ————— "Istri, apakah kamu tahu? Cinta sejati yang selama ini kamu cari-cari itu, bukanlah cinta dari sepasang kekasih yang saling mencintai apa adanya, … bukan pula cinta sepasang kekasih yang tak memandang ras, agama, suku, beserta status." "Kalau begitu, apa cinta sejati yang selama ini kucari sampai kelelahan ini, Suamiku?" "Nah, soal itu, … cinta sejati itu adalah, …." —————

Baru saja masa nifasnya usai, Winda Baskoro menggendong bayinya ke Dinas Kependudukan untuk mengurus kartu keluarga. "Pak, nama anakku Alex Harto." Petugas itu mengetik beberapa kali pada keyboard, tetapi dahinya makin berkerut. "Di kartu keluarga Tama Harto, sudah tercatat seorang anak bernama Alex Harto." Winda tertegun, mengira dirinya salah dengar. "Nggak mungkin, anak kami baru genap sebulan!" Belum selesai bicara, ponsel di sakunya bergetar. Saat dia membuka layar, terlihat foto dari asisten Tama, Sania Marsudi. Dalam foto itu, Tama merangkul pinggang Sania dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menggendong bocah laki-laki sekitar lima atau enam tahun. Ketiganya berdiri di depan gerbang TK, tersenyum begitu cerah hingga menyilaukan mata. Di papan nama yang tergantung di dada bocah itu, tertera jelas namanya, Alex Harto.