Jing Yuan Statue

ความลับของฉันคือการเป็นดาวฝ่ายหญิงของแอปonly live jing 18+ แต่เป็นดาวดีๆก็ดีอยู่แล้ว ดันไปหลงดาวฝ่ายชายซะได้T⁠T รู้ตัวอีกทีก็ "ฉันชอบผลงานของคุณ เรามาคอลแลปกันไหมคะ?" "แน่ใจเหรอ?รู้ไหมว่าผมเป็นใคร"

Amara tak pernah menyangka bahwa niatnya membantu korban pembunuhan, justru menjadikannya sebagai tersangka! Yang lebih mengerikan adalah korban itu merupakan putra bangsawan Deuls Yuan, dan kini kakaknya Michael Deus menginginkan pembalasan dendam dengan menjadikan Amara tawanan pria itu. Sedangkan Michael sendiri dikenal sebagai CEO kejam. Mampukah Amara lepas dari jeratan Michael?

[Salfuego Girl's Series #1] Pamela Salmonte is the breadwinner of her family. Siya rin ang pangunahing provider, lalo na sa mga kapatid niyang nag-aaral at sa kanilang ina na may sakit. Swerte siyang nakapasok sa isang malaki at kilalang hotel, ang Salfuego Palace, kahit na hindi siya nakapagtapos ng kolehiyo. Siya ang tumutugon sa lahat ng pangangailangan ng pamilya, kahit na hindi niya mabili ang mga bagay na kailangan niya para sa sarili. Sa kabila ng mabigat na responsibilidad, may boyfriend siya, isang Japanese na si Albie Yuan Hiroshi. Masaya na siya kahit paano dahil sa pagkakaroon ng isang understanding na boyfriend na laging nasa tabi niya. Pero mali ang akala niya, dahil ang inaasahan niyang marespeto at gentleman ay kabaligtaran pala sa tunay na ugali nito. Nang malaman niya ang totoo, she breaks up with him right away. In the middle of her heartbreak, she crosses paths with the hotel owner, Drevin Onyx Salfuego. Habang nakakasama niya si Onyx, hindi inaasahan ni Pamela na mapapalagayan niya ito ng loob. Sa kabila ng mga sakit at pagtitiis niya sa pamilya, tila nakahanap siya ng totoong tahanan, sa mismong tabi ni Onyx. But she didn't know, being with Onyx would bring her even more heartaches.

Setelah menerima pekerjaan barunya sebagai asisten Presiden Grup Jing Sheng, ia pun bersiap melapor untuk pertama kalinya kepada sang atasan yang, sama seperti dirinya, juga baru saja menjabat. Ia belum sepenuhnya paham medan yang akan dihadapinya, namun tak disangka, tugas pertamanya justru datang dengan kejutan besar. "Pagi besok, batalkan semua jadwal rapat," ujar pria itu dengan nada tenang namun tak terbantahkan. "Jam sembilan, ikut aku ke kantor catatan sipil. Kita akan mengambil surat nikah." Hari pertamanya bekerja dan ia sudah harus menghadapi kenyataan bahwa sang presiden yang baru itu, dengan seenaknya, memaksanya untuk menikah. Tanpa perkenalan, tanpa proses pendekatan, hanya satu perintah yang tak memberikan ruang untuk pembangkangan. Haruskah ia melawan? Atau menuruti saja perintah pria yang bahkan belum sempat benar-benar ia kenal? Malam harinya, ketika rumah sudah senyap dan waktu tidur tiba, pria itu bersandar santai di ambang pintu kamar. Suaranya terdengar ringan, malas, namun ada nada menggoda yang tak bisa diabaikan. "Bu Ny. Presiden, aku mau matikan lampunya. Kau yakin ingin tidur meringkuk seperti bakpao kukus sambil memeluk pisau?" Perempuan itu menatap tajam sambil tetap memegangi senjata kecil yang ia bawa untuk berjaga-jaga. "Kalau begitu, kau bisa tidur di luar." "Tidak mungkin," sahut pria itu cepat. "Ini rumahku." "Siang tadi, kau sendiri yang mengalihkan hak kepemilikan rumah ini padaku. Jadi sekarang, ini rumahku," balasnya tenang, tapi tajam. Saling menantang di antara batas logika dan perasaan, keduanya berdiri di ujung ketegangan yang entah akan berakhir dengan perang atau... sesuatu yang jauh lebih membingungkan.