Kabanata 23 El Filibusterismo Buod

Isabella Dinda Prameswari — gadis berusia 23 tahun yang rela meninggalkan kampung halamannya di Bogor untuk bekerja sebagai office girl di sebuah hotel mewah Jakarta. Hidupnya penuh perjuangan setelah sang ayah meninggal, meninggalkan ibu dan dua adik kecil yang harus Dinda tanggung. Namun, takdir kejam menimpa Dinda. Dalam lelahnya menjalani sif malam, ia menjadi korban pria mabuk yang menyeretnya ke kamar hotel yang telah ia bersihkan dan merenggut kehormatannya. Pagi harinya, Dinda memutuskan untuk pergi dari kamar yang membawa luka untuknya dan meninggalkan pria yang merusak hidupnya itu sendirian dengan tanpa busana. Hidup Dinda berubah dalam semalam. Akankah ia bisa bangkit dari luka yang menghancurkan hidupnya? Atau justru, takdir akan membawanya ke jalan yang tak pernah ia bayangkan?

Ellara Veloz, seorang jurnalis muda, mengalami mimpi aneh yang terus berulang. Dalam mimpi itu, ia melihat sebuah rumah tua yang asing baginya. Di loteng rumah itu, tersembunyi sebuah peti misterius—dan di permukaannya, terdapat garis-garis samar yang membentuk rute menuju sesuatu yang tak diketahui. Terobsesi dengan mimpi tersebut, El mencoba menelusuri jejaknya. Namun, yang ia temukan justru lebih aneh dari yang dibayangkan—tidak ada satu pun catatan tentang desa dalam mimpinya, seolah-olah tempat itu tidak pernah ada dalam sejarah. Bersama sahabatnya, Julian Edward, El berangkat mencari desa itu. Perjalanan mereka dipenuhi keanehan: jalanan yang hanya terlihat di bawah cahaya tertentu, pemukiman yang sepi tanpa tanda kehidupan, dan bangunan tua yang tampaknya telah lama ditinggalkan. Namun, semakin jauh mereka melangkah, semakin banyak sosok asing yang mulai memburu mereka—seakan ada sesuatu dalam peti itu yang tidak boleh ditemukan. Apa sebenarnya rahasia di balik peti tersebut? Mengapa desa itu seakan terhapus dari dunia? Dan yang lebih mengerikan, apakah mereka benar-benar siap menghadapi jawabannya? Perjalanan ini bukan hanya tentang menemukan sesuatu yang hilang—tetapi mengungkap sesuatu yang seharusnya tetap terkubur selamanya.

Ambre Delval, 23 ans, brune aux yeux bleus, est fiancée à Adrien Morel par contrat. Leur mariage est une alliance stratégique entre deux grandes familles françaises. Mais Adrien, arrogant et violent psychologiquement, traite Ambre comme une simple pièce de son jeu de pouvoir. Prisonnière d’une vie qui n’est pas la sienne, Ambre se sent éteinte. Jusqu’au jour où elle croise Anthony Lemaire, 27 ans, discret milliardaire dont personne ne connaît le visage. Brillant, mystérieux, brun aux yeux verts, il dirige une des plus grandes entreprises au monde sous couverture, préférant l’ombre à la lumière. Leur rencontre n’était pas prévue. Leur attirance non plus. Et pourtant… cette deuxième chance pourrait tout changer, si Ambre ose défier les règles de son univers doré.

—Vete —ordené, orgullosa de que mi voz no sonara ni la mitad de temblorosa de lo que me sentía por dentro. —¿Eso es lo que realmente quieres, Keera? —preguntó en un susurro. Antes de que pudiera responder, tomó mi mano y la levantó lentamente, llevando mis dedos hasta su nariz. Los mismos dedos que habían estado dentro de mí hacía apenas unos minutos. Mi corazón golpeó con fuerza en mi pecho. No apartó los ojos de los míos mientras inhalaba el aroma de mi deseo, y luego llevó mis dedos a su boca, pasando su lengua por ellos y lamiéndolos con lentitud hasta dejarlos limpios. ⸻ Keera No deberían existir. Era imposible. Eran errores de la naturaleza. Eso fue lo primero que pensé de los hombres lobo. Y durante años creí tener razón, porque todos los que conocí no hicieron más que herirme. Especialmente él. Me sentí atraída hacia él desde el primer momento en que lo vi. Antes de darme cuenta de que me odiaba. No quería admitirlo, pero él fue quien reforzó mi odio hacia los hombres lobo. No tenía ninguna obligación de ayudarlos. Pero lo hice. Y vi cómo mi vida se desmoronaba. Crucé cada límite que alguna vez me impuse al involucrarme con él, hasta descubrir que era mi pareja destinada. ⸻ Grayson La odiaba antes incluso de conocerla en persona. Nuestra relación era prohibida. Los hombres lobo no podían emparejarse con humanos. Ni siquiera creía que fuera una posibilidad. Pero eso fue antes de ella. Descubrí que era mi alma gemela. Y en ese momento supe que no podía dejarla ir. No me importaba renunciar al título de Alfa si eso significaba estar con ella. Porque, le gustara o no, ella sentía lo mismo por mí.