Lucky: A Novel

On the day of the SAT exam, my girlfriend’s childhood friend, Benedict Casper, forgot his admission ticket at home. She insisted on retrieving it for him, but I begged her not to go. In the end, Benedict missed his final chance for taking the exam and, overwhelmed by despair, he jumped to his death. Years later, my girlfriend, Ella Simpson, and I graduated from Whitmore Institute of Technology, landed high-paying jobs, and built a picture-perfect marriage. But on the anniversary of Benedict’s death, she stabbed me repeatedly, her voice trembling with rage, “You killed him. If I’d gotten his admission ticket, he would’ve never jumped.” When I opened my eyes again, I was back on the day of the exams. Ella’s frantic voice rang in my ears, “I have to go back, Dominic. I need to get Benedict’s ticket!” This time, I smiled and said, “Go ahead. Be careful on the way.”

รวมเรื่องราวความรักหลากหลายแนวหลากหลายสไตล์มีครบรสรวมความสนุกไว้ในเรื่องเดียวกันเน้นเรื่องบนเตียงเป็นหลัก

"Ini perintah! aku ingin menikah denganmu karena suatu alasan, ini tidak melibatkan perasaan yang membuatmu berdebar-debar, kamu pikir kamu siapa?" ucap Ronald, terdengar serius dan memaksa sekaligus meremehkan. "Pernikahan tidak bisa disamakan dengan pekerjaan, Pak. Anda tidak bisa memerintah sesenaknya untuk alasan apapun agar orang menikah, apalagi anda tidak benar-benar mengenal saya" Nadin masih bisa protes. "Jadi kau tidak mau?" Ronald berdiri dan menghampiri Nadin. "Iya, Pak. lagi pula alasan apa yang membuat anda tiba-tiba ingin menikah dengan saya, Pak?" Tanya Nadin, meski ia sudah bisa membaca alasannya, ia hanya ingin mengulur waktu. "Karena aku ingin melihatmu menderita setiap hari di depan mataku" ucap Ronald tepat di hadapan Nadin, itu seperti sebilah pisau yang menggerogoti lehernya, rasanya Nadin ingin menangis mendengarnya, tapi tidak semudah itu membuang-buang air mata untuk orang yang sedang emosi. 'kejam sekali! Harus semenderita inikah, anak dari wanita yang berselingkuh?' ucapnya dalam hati, ia menelan ludahnya dengan kesal. "Maaf, Pak. Saya tidak bisa!" Ucap Nadin tegas, tak ingin diganggu gugat.

My sister and I are twins, and we both have kidney failure. After a long wait, we finally find two matching kidneys. The doctor is prepared to transplant one for me and one for her. However, she breaks down in tears in my fiancé's arms—she wants both kidneys for herself. When I object, my fiancé locks me up at home. He has my sister undergo surgery to have both kidneys transplanted. "You haven't been sick for as long as your sister has. She just wants to live like a normal person—how can you be so selfish? Can't you wait for the next matching kidney?" He doesn't know that I can't wait any longer, though. I'm going to die soon.

My husband’s family has a tradition of couples living apart together, and he can't publicly acknowledge our relationship until a son is born. He forces me to respect his family's traditions and tells me to raise our daughter alone. Six years after we got married, Andrew Sonovan inherits everything his late brother left behind, including his widow, Kasey Jordan. To satisfy his family's demands for him to carry on both lines, he sleeps with Kasey time and time again. Then, he holds me in his arms. "I can have a proper wedding with you once Kasey gets pregnant and carries on my brother's line. Hold on for a bit longer…" However, all I get is the news of him marrying Kasey. "Marry me, Kasey! I'll make you the happiest woman in the world!" I watch as Andrew gets on one knee in the glow of the flickering candlelight. He looks at Kasey lovingly as he proposes. Meanwhile, she rubs her baby bump, looking blissful. My daughter and I stand outside the room and witness their happiness. It's only then do I understand that I'm the only one who's been in the dark for the past six years.

To pursue the goblin prince Cole Hutch, I devoted five years of my life. However, on the very day I'm about to marry him, dressed in a wedding gown, I overhear a conversation between Cole and his friend. "Cole, are you really going to marry Lilian?" his friend asks doubtfully. A shadow flickers across Cole's eyes. "Of course. The Heroic Alliance has been eyeing our kingdom for a long time, and now that Shia is pregnant with my child, the alliance elders are displeased with me. Marrying Lilian is the perfect way to appease them." "Aren't you afraid Lilian will find out you've been seeing someone else and go after Shia?" The friend asks again. Cole replied, "She won't. She's madly in love with me. She'll keep the secret for my sake. She's gentle and easy to control. As long as I marry her, we can at least delay a war against our kingdom, and Shia will be safe." My entire world shatters at that moment. In my daze, I get ambushed and gravely wounded. And when I finally wake up from my unconsciousness, I remember everyone, except Cole. So, when the leader of the Heroic Alliance contacts me to ask me to return for an arranged marriage, I immediately book a portal back seven days later.

I was pregnant. On my way to deliver documents to Tristan Goldberg, a flash flood struck. Desperate, I dialed his number, praying he’d answer. After a few rings, the call connected. But instead of Tristan, a woman’s voice answered. "Tristan, whose number is this? Do you want to answer it?" There was a brief pause, and then Tristan’s voice, cold and indifferent, cut through. "It’s just my maid. Ignore it. Hang up." And just like that, the call disconnected. Staring at the torrent rising around me, my pulse quickened. I texted him, begging for him to send a rescue team. Minutes passed as the waters climbed to my waist, churning and relentless. Then, a message from Tristan finally appeared. Tristan: [What kind of ridiculous story are you making up now?] Tristan: [Emily, do you think you're eighteen, playing these childish games? I want that document in my hands within thirty minutes, or we're getting divorced.] A surge of terror shot through me as I looked up, catching sight of a heavy branch snapping loose and crashing down. In an instant, everything went dark.

รวมเรื่องสั้นแนวอีโรติคหลากหลายแนวมีครบรสทั้งสนุกและสุขจะเน้นเรื่องบนเตียงเป็นหลัก

Nala mempunyai dua pilihan dari Papa yang akan menentukan hidupnya. Pertama, menikahi lelaki 33 tahun yang Papa pilihkan. Kedua, pergi dari rumah tanpa membawa apapun dan dihapus dari daftar hak waris. Tentu Nala tidak bisa memilih salah satu dari dua pilihan tersebut. Karena mana mungkin Nala menikahi Om-Om sedang dia saja baru lulus SMA. Dan bagaimana bisa Nala meninggalkan rumah, kehidupan mewah dan uang-uang yang selalu memanjakannya sejak kecil? Bisakah Nala tidak menikah dengan Om-Om puluhan Papa tapi tetap diam di rumah? Dan apa yang kiranya akan Nala lakukan untuk menghindari perjodohan itu?

"Anak saya baru berusia enam belas tahun, dan dia hamil! Saya minta pertanggungjawaban nak Diaz!"  Seorang lelaki berumur kisaran empat puluh tahun terduduk dengan wajah kusut dan tatapan penuh luka juga kecewa. Karena anak gadisnya yang selama ini dia jaga telah terenggut kesuciannya oleh kakak kelas di sekolahnya. "Anak saya menghamili putri, Anda?" Ibu dari Diaz tersenyum smrik dengan tatapan meremehkan. Dia tidak akan menyangkal, sebelumnya Diaz memang sudah mengakui kesalahannya yang menodai seorang gadis demi taruhan bersama teman-temannya. Ibu Diaz menatap gadis muda yang terduduk dengan kedua tangan gemetar, saling mengait dan bertumpu di paha. wajahnya kusut dengan mata sembab. Penampilannya begitu sederhana, memakai kaus pendek dengan bawahan rok selutut. Rambutnya sebahu yang tergerai semrawut, namun tidak mengurangi aura cantik dan manisnya.  "Baik, kami akan bertanggung jawab!" Ibu Diaz mengambil sebuah amplop dari dalam tas yang sudah dia siapkan.  "Amplop ini berisi uang dengan jumlah yang tidak sedikit. Saya memberikannya secara cuma-cuma, terserah kalian akan gunakan untuk biaya menggugurkan kandungan atau untuk melahirkan anak itu! Yang jelas, Diaz tidak akan menikahi anak Anda!" tegas Ibu Diaz. "A--apa?  Bagaimana mungkin Anda tega melakukan ini? Bagaimana pun benih yang anak saya kandung adalah cucu, Anda!"  "Hey, Orang Miskin! Kamu pikir saya tidak tahu? Kalian menuntut tanggung jawab agar anak saya menikahi dia demi keuntungan kan? Jangan mimpi bisa hidup enak karena menjebak orang kaya untuk menikahi anakmu! Sekarang pergi!" usir wanita itu dengan wajah garang dia bahkan menyuruh seorang satpam untuk menyeret si gadis dan bapaknya keluar rumah.  "Pergi!" titah satpam dengan mendorong mereka sampai terjatuh di pelataran rumah.  "Bapak? Ba--pak, kenapa, Pak?" Gadis itu menangis histeris ketika melihat bapaknya tiba-tiba sesak napas lalu tak sadarkan diri.  "Bapaaak!"