Indah sangat bersyukur karena acara itu bukan merupakan resepsi besar-besaran. Karena untuk melangsungkan akad nikah saja seluruh keluarga Subianto sudah menghabiskan hampir seharian penuh. Badan Indah pegal dan matanya luar biasa ngantuk karena kurang tidur. Perasaannya usai acara pernikahan itu amat berbeda dengan yang dirasakannya dulu. Indah tidak bersemangat. Pernikahan itu lebih kurang hanya sebuah kepalsuan. Pria tampan dengan setelah putih di sebelahnya pun palsu. Suami palsu, keluarga palsu. Indah duduk lesu menatap tamu yang masih lalu lalang. Menjelang sore, Arsya mempersilakannya untuk berganti pakaian, mandi dan beristirahat lebih dulu.
“Kamu kelihatan capek dan ngantuk. Abang masih mau ngobrol sama Ayah. Mumpung Alif masih tidur,” pinta Arsya seakan membaca pikiran Indah yang memang selalu merasa tidak enak karena dianggap bersenang-senang ketika bayinya merengek.
“Malam ini tidurnya ….” Indah berdiri meluruskan kain yang ia kenakan.
“Malam ini harus tidur di kamar yang s