Home / Fantasi / Esper Terakhir Yang Mewarisi Dunia / Chapter 4 - You Reap What You Sow

Share

Chapter 4 - You Reap What You Sow

Author: Rytíř
last update Last Updated: 2021-10-23 03:49:42

Sudah hampir tiga tahun Mansa menjalani kehidupan sebagai siswa SMP dengan identitas yang dipaksakan oleh sosial pada dirinya sebagai anak indigo. Meski begitu, Mansa cukup pandai beradaptasi dan menjaga diri untuk tidak terlalu menjadi sasaran bully.

Hingga pada satu kejadian kecil yang memicu rentetan masalah dalam kehidupannya, membuatnya tak lagi bisa menjalani kehidupan sebagai seorang anak SMP normal pada umumnya.

Suatu ketika, Mansa meminta izin untuk keluar dari kelas karena panggilan alam. Efektivitas dari sistem ekskresinya membuatnya tak kuasa berlama-lama mengikuti presentasi yang sedang berlangsung. Dia pun bergegas ke toilet untuk memenuhi hajatnya.

Tak lama setelah Mansa keluar dari kelas, Danu dan dua orang temannya mengikuti Mansa keluar sementara guru yang mengajar di kelas saat itu seperti tak peduli dengan mereka.

Ketika tiga orang siswa tersebut baru sampai di toilet, Mansa baru saja selesai menyetor jatah pengeluaran hariannya dan hendak bergegas kembali ke kelas. Namun di pintu toilet, dua orang teman Danu menyeret tangan Mansa dan memaksanya kembali masuk ke dalam.

“Tak usah buru-buru dulu. Barengan saja kita baliknya.”

Danu meletakkan tangannya di dada Mansa berusaha menahannya untuk tetap di toilet bersama mereka.

Tiga orang siswa tersebut membuka resleting dan memulai ritual biologis mereka di depan kloset yang terpasang di dinding. Anehnya, tak satupun dari mereka yang mengeluarkan apa yang seharusnya mereka keluarkan untuk ritual tersebut.

“Oh, tidak seperti biasanya kita kompakan begini,” celutuk Dodi yang berdiri paling kiri.

Sementara Eri yang berdiri di tengah ikut menyahut.

“Jangan bilang cuma gara-gara ini kencingmu tak juga bisa keluar, Dod.”

Merekapun tertawa dengan celoteh yang aneh bin receh tersebut. Lantas Danu menoleh ke belakang dan berkata,

“Kali saja si Mansa bisa membantu kita,” ujarnya.

Seketika itu dua orang yang lainnya juga berbalik ke arah Mansa dan menghadapkan keran biologis mereka ke arahnya.

Danu pun bergeser ke arah belakang Mansa dan berkata, “Sepertinya hari ini kami tak bisa kencing kalau pakai kloset.”

“Benar juga. Mungkin sudah bosan sepertinya,” sahut Eri yang juga ikut pindah ke sisi sebaliknya.

Sekarang tiga orang tersebut berdiri mengelilingi Mansa dengan tiga alat kelamin mereka diarahkan padanya. Mereka pun menghujani celana Mansa dari tiga sisi secara serentak sementara Mansa hanya berdiam diri saja tanpa ada keinginan untuk berbuat apa-apa.

“Aaah, memang si Mansa benar-benar ajaib seperti kata orang. Tiba-tiba saja kencingnya jadi lancar begini.”

“Makasih yaa,” ujar Danu sebelum menutup resletingnya.

Setelah berkata seperti itu, tubuh Danu terlihat sedikit bergetar lega seperti umumnya orang selesai kencing.

Mereka bertiga meniggalkan Mansa dan bergegas ke kelas. Tinggal Mansa seorang diri dengan kondisi celana yang sudah basah kuyub di segala sisi. Entah apa yang dipikirkannya, dia langsung saja melenggang masuk ke dalam kelas seolah tak terjadi apa-apa.

Sesampainya di kelas, dia berjalan lurus ke arah meja guru dan kemudian berbelok ke arah tempat duduknya yang ada di pojok paling belakang. Beberapa orang yang duduk di depan tentu menyadari keanehan pada Mansa.

Terutama si guru yang biasanya cuek sekarang tak bisa tidak terpancing perhatiannya karena aroma semerbak dari celana Mansa yang basah yang baru saja melintas di depannya.

Sedikit terdengar gaduh di kelas oleh reaksi siswa yang memperhatikan Mansa masuk.

“Eh, lihat! Celananya bisa basah begitu.”

“Hihi, mungkin dia ngompol.”

“Eww!!!”

“Lihat gayanya berjalan, bisa santai begitu ya.”

Guru itu berdiri dengan tampang serius menatap ke arah Mansa sementara Mansa langsung duduk dengan ekspresi cuek persis sama dengan gaya cuek yang selama ini diperlihatkan oleh guru tersebut.

Seakan mengejek, sikap aneh Mansa menarik perhatian semua murid yang ada di kelas. Mereka yang duduk di dekatnya terlihat menutupi hidung karena tak tahan dengan baunya. Mansa santai saja duduk di belakang begitu tidak peduli dengan semua itu. Pikirnya, dari pada apes sendirian kenapa tidak dinikmati saja bersama-sama.

Melihat Mansa yang seolah tak peduli seperti itu membuat guru geram dan menegurnya dengan sedikit membentak.

“Sudah sebesar ini kamu masih saja pipis di celana, Mansa?!” tanya guru tersebut.

“Oh?!” sahut Mansa singkat.

Dia pun berjalan ke arah guru tersebut dan memperlihatkan padanya bahwa celananya basah di segala sisi.

Nampak semua orang menutup hidung begitu tercium bau pesing yang menyengat ketika Mansa lewat. Begitu juga dengan guru tersebut ketika Mansa sudah sampai di depan mejanya. 

“Kira-kira, apa Bapak bisa membayangkan bagaimana caranya aku bisa kencing dan membuat celana ini basah di segala sisi?”

Mansa sama sekali tidak ada niat untuk menceritakan apa yang terjadi. “Apa aku harus kembali duduk? Atau aku langsung saja pulang ke rumah, Pak?”

Tentu pertanyaan Mansa membuat guru tersebut kesulitan berkata-kata. Guru itu terdiam. Mansa langsung saja balik ke bangkunya. Dia mengambil tas dan pergi meninggalkan kelas.

Sesampainya di dekat pintu Mansa berhenti sejenak dan menoleh ke arah Danu dan teman-temannya.

“Apa kalian tidak mau ikutan juga? “Harusnya kalian kencingi saja celana kalian sendiri. Bukannya malah kencing di celana orang.”

Setelah Mansa keluar, Danu dan dua orang temannya tersebut habis dimaki-maki oleh guru. Cukup lama guru tersebut menceramahi mereka sampai-sampai kelompok yang seharusnya melakukan presentasi kehilangan kesempatannya.

Sebenarnya guru tersebut adalah orang yang sangat realistis dan pragmatis. Dia sama sekali tidak berharap tiga orang tersebut bakalan berubah hanya karena dibentak seperti itu. Tapi tetap saja guru tersebut sudah kadung emosi dan tak bisa lagi menahan amarahnya.

Kebetulan dia juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah sehingga dia bisa secara langsung memberikan skorsing pada Danu dan dua orang lainnya itu selama tiga minggu. Setelah kena marah, Danu dan dua orang temannya langsung diusir keluar dari kelas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Esper Terakhir Yang Mewarisi Dunia   Chapter 169 - Tak Ada Habisnya

    Dia pun menjawab panggilan itu dengan raut wajah yang nampak tegang. “Tumben, ada perlu apa Pak Jenderal menelepon saya?” tanyanya berlagak bersikap tenang. << Mike, apa kau ada hubungannya dengan kejadian di Majalengka? >> Pertanyaan yang to do point itu sukses membuat Mike terdiam. [ Aku tak tahu apa motifmu, tapi apa yang telah kau perbuat ini benar-benar serius. Kau akan membuat negera ini kacau ] “Apa maksud Bapak berbicara seperti itu?” tanya Mike dengan ekspresi wajah yang semakin suram dengan wajah yang mulai pucat. Bagaimana dia tidak pucat, tiba-tiba saja seorang jenderal meneleponnya dan sekonyong-konyong bicara soal keamanan negara. [ Aku tak tahu apakah kau sudah menyadarinya atau belum.

  • Esper Terakhir Yang Mewarisi Dunia   Chapter 168 - Dan Semuanya Usai

    Mike masih diam saja, tak menanggapi pertanyaan kedua pria asing itu. Namun Mike cukup sadar bahwa pria berkaca mata itu tak begitu memerlukan jawaban darinya. Dari reaksinya, jelas terlihat kalau dia sudah bisa membacanya sejauh itu.“Aku cukup mengerti jika kau memilih diam soal ini, karena dia adalah orang yang paling dicari saat ini,” lanjut pria berkaca mata itu.“Aku tak tahu apakah ini juga ada hubungannya denganmu, tapi dari informasi yang kami dapatkan, dalam waktu dekat mereka akan kembali melakukan pergerakan di Eropa. Awalnya aku tak begitu mengerti karena dari kabar, katanya mereka akan berburu serigala di sana,” jelasnya.Mendengar cerita itu, reaksi Mike nampak berubah dan pria itu menangkap perubahan itu dengan cermat.Laki-laki itu nampak tersenyum karena deduksinya seperti mencapai titik temunya.&nb

  • Esper Terakhir Yang Mewarisi Dunia   Chapter 167 - Oh!

    Sementara itu, di halaman rumah terdengar suara Acil dan ‘Aini. Mereka nampak kebingungan sekaligus ngeri dengan kondisi di tempat itu.“Apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini?” gumam Acil, menutupi mulutnya seperti sedang berusaha menahan diri agar tidak muntah.Wajah mereka nampak pucat. Mereka pun semakin tercengang begitu berdiri di pintu masuk rumah. Pada detik itu, Acil tak lagi kuasa menahan diri dan memuntahkan semua isi perutnya. Sementara ‘Aini masih nampak berdiri melongo di pintu masuk itu.Hingga tiba-tiba Mike sadar dan bangkit. Tanpa sepenuhnya sadar dengan kondisinya, dia membiarkan kain itu terlepas dari badannya.“Hey, Mike!” seru Mansa kaget, berusaha mengingatkan.Namun ‘Aini sudah terlanjur melihatnya. Dia berteriak dan sesaat kemudian pingsan, kaget karena ti

  • Esper Terakhir Yang Mewarisi Dunia   Chapter 166 - Di Bawah Terang Bulan

    Suara burung gagak itu menarik perhatian dua orang asing yang masih sibuk di perkarangan halaman. Mereka menyaksikan burung gagak berapi itu terus terbang menuju sedikit celah di bagian puncak dari kelopak bunga raksasa yang tidak sepenuhnya menutup itu.“Did you see that, mate?” tanya pria yang berkaca mata.“Apa mungkin itu Ki Bejo? Aku tak menyangka kalau dia juga chimera, tapi bentuk apa itu? Burung Phoenix?” balas pria yang berambut afro itu dengan berbahasa inggris.“Dasar bodoh, mana ada chimera model phoenix,” balas temannya.“Tapi entahlah, aku juga tak tahu apa itu. Sebaiknya kita coba periksa ke dalam,” seru pria berkaca mata itu, bergegas berlari ke dalam rumah.Begitu mereka masuk ke dalam rumah, ruangan tengah itu sudah begitu sesak oleh

  • Esper Terakhir Yang Mewarisi Dunia   Chapter 165 - Amanah Atas Dua Dunia

    Ki Bejo nampak menoleh ke sana ke mari, mencari di mana kerisnya berada. Dia tak tahu bahwa pria itu sebelumnya telah menendang keris itu dan saat ini berada di bawah kulkas tak jauh dari tempatnya bersimpuh. Namun entah bagaimana, Ki Bejo seperti menyadari keberadaan keris itu. Dia pun mulai meraba-raba ke bawah kulkas itu, berusaha meraihnya dengan jari-jarinya. Pria itu menyeret kaki Mansa ketika dia hendak menghampiri Ki Bejo di bagian dapur. Musa langsung datang mencoba menolongnya. Namun pria itu hanya berteriak, melepaskan tekanan energi yang cukup besar. Tekanan energi yang dilepaskannya itu mendorong Musa cukup jauh dan membuat sebagian besar tubuhnya terurai. Setelah itu pria tersebut kembali berjalan menghampiri Ki Bejo. Begitu sampai, diapun menginjak tangannya hingga patah. “Sayang sekali, sepertinya tanganmu tak bisa menjangkau keris itu,” ujarnya nampak menatap d

  • Esper Terakhir Yang Mewarisi Dunia   Chapter 164 - Mansa Dan Ksatria Gagak

    Mansa yang mulai menyadari keunikan tubuh dari pria misterius itu langsung menyerangnya dari belakang dengan tenaga espernya. Serangan itu mengenai bahunya, dan membuat bagian itu pecah seperti kembali ke bentuk api.Pria itu memang nampak kesakitan, namun dia segera menyerang Mike yang ada di dekatnya dan mengabaikan Mansa. Tubuhnya kembali memadat, dan mulai menghantam Mike ke lantai.Mulut Mike yang sudah seperti kepala serigala itu menganga seperti mencoba menerkam pria itu. Namun dia langsung memukul kepalanya begitu brutal.Sementara itu, Mansa diam saja melihat Mike menjadi bulan-bulanan. Ternyata serangan yang terakhir itu telah menguras staminanya. Meski dia masih bisa berdiri dan pandangannya belum benar-benar kabur, namun dia sudah mulai kesulitan mengumpulkan aura espernya.“Diam kau!” ujar pria itu terus memukuli mulut Mike yang terus saja meronta.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status