Share

Menyerah.

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2023-10-12 16:18:31

"Nafisah.... Nafisah.... " Mas Aska mengejarku sampai di parkiran.

"Apa lagi?" kembali aku menepis tangannya yang mnecekal lenganku.

"Kamu jangan emosi kayak gitu! Aku cuma menemaninya makan saja. Tadi aku.... "

Aku mengambil kue yang aku taruh di atas jok motorku dan aku serahkan pada Mas Aska. "Temani dia makan sekalian ini buat hidangan penutup."

Mas Aska terdiam, pandangannya tertuju pada kotak putih yang ada di tangannya.

"Maaf aku....."

"Lupa? Lupakan saja semuanya," Aku memotong kalimatnya.

Dari jauh kulihat Vania berlari mendatangi kami. Segera aku memundurkan motorku. "Minggir!" Aku mendorong Mas Aska yang berdiri di depan motor ku.

"Tinggalkan motornya, biar nanti aku ambil. Kamu Pulang sama aku saja!" katanya sambil memegangi stir motorku dengan satu tangan.

Aku tak menjawab, aku sudah sangat malas berbicara dengannya. Apalagi melihat wanita itu sudah semakin dekat.

"Nafisah, biar aku jelasin," ucap Vania dengan wajah melas yang membuatku muak.

"Aku sangat membencimu, jadi menjauhlah! Menjauhlah dariku jika tidak ingin ada bekas lima jariku di wajah cantikmu itu." Vania langsung mundur mendengar ucapan sarkasku.

Ya, inilah aku, berani dan sedikit bar-bar karena aku tak sudi ditindas. Aku bukan wanita lemah yang hanya bisa menangis jika disakiti. Satu kali kamu memukul akan kubalas sama bahkan lebih jika bisa.

"Naf...." Lagi-lagi Mas Aska membentakku karena wanita itu.

Kesabaranku habis sudah. Aku rebut kotak kue dari tangannya lalu ku lempar ke arah wanita itu.

Brukkkk..... Wanita itu terhuyung dan jatuh terduduk.

"Akh..... " teriak Vania.

"Astaga.... Nafisah!" sentak Mas Aska panik dan hendak melangkah menuju wanita itu.

"Bantu dia bangun! Besok kamu akan menerima surat dari pengadilan!" ujarku penuh amarah, seketika tubuh Mas Aska membatu.

Tatapan matanya menatapku tajam, mungkin dia tidak menyangka aku akan mengancamnya dengan perceraian. Tak gentar aku pun balas menatapnya tak kalah tajam.

Tanpa berbicara lagi, Mas Aska langsung masuk kedalam mobil dan pergi lebih dulu. Sebelum pergi Kulirik Vania yang masih terduduk sambil menatapku penuh amarah. Tak kuhiraukan, aku pun menyalakan motor maticku dan berlalu dari tempat itu.

****

Sesampainya di rumah Mas Aska sudah menunggu di ruang tamu. Wajahnya sudah memerah dengan rahang yang mengeras.

"Duduk!" perintahnya dengan suara keras.

Aku menurut, duduk di sofa yang berbeda. Kurasa aku harus menjaga jarak. Saat ini dia sangat marah, entah apa yang akan dia lakukan padaku.

"Apa maksud kamu tadi?"

"Apa kamu gak salah Mas?" tanyaku balik. "Aku ingatkan kamu ya, Mas, di sini kamu yang ketahuan selingkuh. Harusnya aku yang marah-marah sama kamu."

"Aku tidak selingkuh," bantahnya. "Aku hanya kasihan sama dia. Kamu kan tahu dia di sini itu sendirian. Di juga belum hafal kota ini."

Alasan yang sama dan aku sudah muak mendengarnya. "Oh iya...." Aku menatapnya seolah terkejut dengan kalimatnya. "Seingatku Mama pernah cerita dulu dia kuliah di kota ini? Sudah lupa?"

"Nafisa mengertilah, kalian sama-sama wanita harusnya kamu bisa lebih merasa kasihan ketimbang aku." Mas Aska menjabak rambutnya sendiri, se-frustasi itu kah kamu Mas karena tidak ingin berpisah dengan wanita itu.

"Kasihan.. kasihan... kasihan.... itu saja alasannya. Apa Kamu tidak bisa mengarang alasan lain yang lebih masuk akal?" kesal aku membantah ucapannya dengan nada meninggi.

Mas Aska melotot. "Beraninya kamu......membantah omonganku......." bentaknya dengan wajah geram sambil mengangkat tangannya hendak memukulku.

Reflek aku menutupi wajahku dengan kedua telapak tangan. Rasa takut menjalar di dadaku. Seumur hidup tak pernah sekalipun almarhum ayah atau ibu memukulku. Rasa sesak mulai merambati dadaku, tak kusangka Mas Aska akan setega ini.

Sampai beberapa detik tak aku rasakan tepukan atau pun pukulan ditangan juga di anggota tubuhku yang lain. Kuberanikan diri menurunkan tanganku lalu mengangkat wajahku, menatap pria yang sudah kutemani selama delapan tahun ini.

Matanya melotot tajam padaku dan tangannya pun masih terangkat di udara hendak memukulku. Tanpa bisa kucegah kaca-kaca yang sejak tadi menghalangi pandanganku pun akhirnya pecah. Begitu derasnya sampai membasahi wajahku sepenuhnya.

Sakit..... sakit sekali hatiku. Rasanya seperti disayat pisau dan siram cuka. Melihatnya pria yang sudah mengucap janji suci atas nama Alloh kini mengangkat tangannya kepadaku.

"Lupakah Mas, akan janjimu pada Mas Zamar yang kau jabat tangannya dihari pernikahan kita? Kini demi wanita itu kamu hendak melanggar janjimu sendiri."

Semakin lama semakin deras saja lelehan bening itu hingga membuatku terisak. Meski dia tak sempat memukulku tapi melihatnya mengangkat tangannya hatiku sudah sangat sakit.

Ia telah lupa pada janjinya pada Mas Zamar untuk tidak sekalipun bersikap kasar apalagi memukulku. Namun kali ini dia mengangkat tangannya padaku demi wanita itu, mantan kekasihnya dulu.

Bukannya memeluk dan meminta maaf atau sekedar menenangkanku, Mas Aska malah membuang muka.

"Hari ini karena wanita itu, kamu mengangkat tanganmu dan aku tidak akan pernah melupakannya," desisku.

"Bukan karena dia tapi karena sikapmu yang kurang ajar," kilahnya tetap membela wanita itu.

Ya Alloh..... nyesek rasanya mendengar dia terus membela wanita itu.

"Sikapku yang bagaimana, Mas? Cemburu karena kamu lebih perhatian dengan mantan kekasihmu itu? Atau aku yang marah karena kamu rela pulang malam demi menemani putra wanita itu belajar? Kenapa kamu begitu perhatian padanya? Apa yang kurang dariku sampai Mas lebih perhatian padanya?" tanyaku dengan bibir yang bergetar.

"Kamu memintaku jadi istri yang mandiri, aku lakukan. Sekalipun kamu tidak pernah mengantarku belanja. Kamu juga tidak mau membantuku mengerjakan pekerjaan rumah. Tapi demi wanita itu, kamu melakukan segalanya," teriakku kesal. Lama-lama aku jadi tidak bisa bersabar.

"Aku hanya membantunya!" ucapnya dengan suara frustasi dan masih tak ingin menatapku, tak mau melihat wajahku yang penuh air mata karena ulahnya sendiri.

"Tak sudi melihatku menangis tapi tersentuh ketika wanita itu memelas," sindirku lalu menutup mata sebentar dan menarik nafas panjang, "Kali ini aku tidak akan memintamu memilih," ujarku menatapnya yang ternyata sudah berdiri membelakangiku.

Cinta adalah perasaan yang tidak bisa di paksakan. Jika sejak awal hatinya bukan untukku kenapa aku harus takut kehilangan? Sekuat apapun aku bertahan pada akhirnya aku juga akan kalah karena yang dia cintai bukan aku melainkan mantan kekasihnya itu. Lalu untuk apa aku bertahan jika hanya akan melukai diri sendiri?

Jika bukan diriku sendiri ayng melindungi hatiku siapa lagi? Cukup sudah sampai sini batasku.

"Jika aku memilihnya tidak mungkin aku menikahimu," ucap Mas Aska berbalik menatapku.

"Kalau begitu jangan menemuinya lagi, bisa?" Lagi-lagi Mas Aska terdiam dan kembali membuang muka. "Mulai detik ini aku tak lagi berharap padamu, Mas. Temui dia sesukamu dan terima konsekuensinya. Aku menyerah."

🌸🌸🌸

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   Extra part.

    [Kha, Nafisah mengalami kontraksi. Sepertinya akan melahirkan. Sekarang kami dalam perjalanan menuju ke rumah sakit Harapan Bunda. Kamu cepatlah menyusul.]Pesan dari Sezha yang seketika membuat Shaka panik. Dengan tangan gemetaran dia membereskan buku-bukunya. "Karena saya ada keperluan, tolong kalian kerjakan tugas harian halaman selanjutnya."Segera dia berlari keluar kelas setelah mengucapkan salam. Ruang guru yang ditujunya. Meminta tolong pada piket untuk menggantikan dirinya tiga jam ke depan. "Ada apa?" Geri yang baru masuk ruang guru langsung mengerutkan keningnya. Ada yang tak biasa dengan rekan kerjanya yang satu ini. "Istriku akan melahirkan," jawab Shaka tanpa menoleh ke lawan bicaranya. Yang nnya sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam ransel miliknya. "Katanya masih seminggu lagi, kok jadi sekarang. Dokter gak kompeten," gerutu Shaka sambil bergumam. Geri yang berdiri tak jauh darinya hanya mengulas senyum tipis, seolah melihat dirinya sendiri setahun yang lalu.

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    Kabar bahagia tidak hanya datang dari keluarga kecil Shaka dan Nafisah. Dari luar pulau pun terdengar kabar yang tak kalah menggembirakan. Kabar dari dua sejoli yang terikat karena keterpaksaan. Arsya dan Kirana sudah mendaftarkan pernikahan mereka ke KUA setempat. Ternyata dalam hitungan bulan cinta itu akhirnya tumbuh di hati keduanya. Pernikahan yang terjadi karena keterpaksaan itu pun kini sudah sah di mata hukum dan agama. "Kehamilan Nafisah benar-benar membawa banyak keberkahan. Banyak berita bahagia setelah hadirnya calon anakmu itu, Kha." komentar Zamar sesat setelah Shaka memberitahu tentang keadaan perkebunan yang semakin baik juga tentang hubungan Arsya dengan Kirana. "Alhamdulillah, Mas benar. Banyak hal baik setelah kehadirannya. Aku benar-benar bersyukur atas anugrah yang Alloh berikan." Shaka pun tak henti-hentinya mengucap syukur atas anugrah yang tidak pernah ia sangka akan diberikan dalam waktu secepat ini. Saat menikahi Nafisah, pria itu tak pernah berani walau

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    "Kayaknya kamu hamil deh, Naf." Seorang wanita cantik dengan hijab hijau toska berjalan masuk dengan seorang anak kecil di sebelahnya. "Mbak Sezha." Nafisah sedikit kaget melihat kakak iparnya yang tiba-tiba muncul. "Pintu gerbangnya gak dikunci. Nutupnya juga gak bener, jadi kami bisa langsung masuk." Sezha langsung menjelaskan tanpa ditanya. "Tapi aku sudah menguncinya kok," sahut Aydan dengan menepuk dadanya. "Terima kasih Aydan." Shaka mengacungkan dua jempolnya. "Sepertinya istri kamu itu hamil, Ka." Ujar Sezha mengulangi ucapannya tadi. "Beneran, Mbak" tanya Shaka dengan mata berbinar. "Dilihat dari tanda-tandanya sih gitu." Wanita berkulit putih bersih itu meletakkan tasnya diatas meja. Setelahnya memanggil Qiara yang sejak tadi memegangi tangan Bundanya. "Main sama Kak Aydan, ya. Bunda gak papa, sayang...." bujuk Sezha pada gadis kecil yang menampilkan raut wajah sedih. "Tadi Bunda muntah-muntah," jawab Qiara. Mata gadis kecil itu sudah mengembun. Nafisah mengurai s

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    "Hidup tak selamanya tentang kebahagiaan. Namun terkadang hidup itu tentang menghadapi masalah dengan senyuman dan semangat. Hidup tidak akan lebih baik tanpa masalah tapi akan lebih bijak setelah mengalami banyak ujian."Hari terus bergulir tanpa terasa sudah lima bulan berlalu setelah kembali Shaka dan Nafisah ke Jakarta. Hari-hari mereka lalui selayaknya pasangan pada umumnya. Kadang bermesraan tak jarnah juga berdebat yang diakhiri dengan pengakuan salah dari Shaka. Seminggu sekali Aska akan menjemput Qiara untuk menginap di apartemen laki-laki itu dan satu bulan sekali berkunjung ke rumah kakek dan neneknya yang ada di luar kota. Namun tentu saja mengikuti jadwal kegiatan Qiara yang semakin besar semakin padat dengan Olimpiade dan eskul sekolahnya. "Ya Alloh.... Kak Shaka, kan sudah dibilangin kalah habis mandi handuknya jangan ditaruh di kasur. Tuh.... ada jemuran kecil di balkon," omel Nafisah begitu masuk kamar. Wanita itu baru saja dari kamar putrinya, memastikan gadis kec

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸🌸

    Sudah di putuskan, Shaka dan Nafisah akan kembali ke Jakarta segera setelah kepulangan Arsya bersama Kirana. Tak mau menunggu lama satu haribsetalah kepulangan Arsya, suami Nafisah itu pun segera pamit. Sebelum pergi Shaka menyerahkan segala urusan perkebunan kembali pada Arsya. Tak lupa Shaka juga menceritakan tentang tawaran keluarga Gracia yang bersedia menanggung segala kerugian atas perbuatan Gracia dan Hartama yang sengaja berniat merusak citra baik hasil perkebunan milik mereka. "Aku sudah melaporkannya dan wanita itu sudah beberapa kali dipanggil ke kantor polisi namun masih sebagai saksi. Untuk kelanjutannya terserah kamu," ujar Shaka di malam sebelum keberangkatannya. "Silahkan, kamu putuskan sendiri apa yang menurutmu baik untuk perkebunan ini. Mulai hari perkebunan ini sepenuhnya tanggung jawabmu dan aku tidak akan ikut campur lagi. Tapi, jika boleh aku memberi saran, jangan pernah membukakan pintu untuk kucing yang pernah mencuri ikan di rumahmu." Tak bisa di pungkiri

  • Mantanku Datang setelah Suamiku Kembali pada Mantannya   🌸🌸🌸

    Kak Shaka berdiri membelakangi pintu dengan tatapan mengarah keluar jendela. Pelan aku mendekatinya. Kulihat rahangnya mengeras dengan otot-otot leher menonjol, ekspresi marah yang jarang sekali kulihat. "Mereka sudah pergi," beritahuku namun sampai beberapa menit tak mendapat respon darinya. Mungkin Kak Shaka merasa kesal padaku. Kurasa dia merasa aku membela Gracia. "Gracia meminta maaf. Dia menyesal sudah membuat kekacauan dan merugikan banyak pihak. Katanya dia akan menggangu rugi semuanya." Kusampaikan pesan dari Gracia. Sempat tak percaya namun itulah kebenarannya. Wanita sombong itu benar-benar meminta maaf. Entah tikus atau tidak, yang pasti dia tidak mau keluarga besarnya ikut menanggung hasil perbuatannya. Aku beralih ke sofa tak jauh dari jendela. Dari posisiku saat ini terlihat jelas ekspresi wajah Kak Shaka. Wajahnya memerah dengan dada naik turun. "Semua yang terjadi tentu tak bisa dikembalikan seperti sedia kala. Tapi dengan marah dan menyimpan dendam juga tak bisa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status