/ 모두 / Mengandung Bayi Bos / Part 5 - Satu Atap Dengan Istri Pertama

공유

Part 5 - Satu Atap Dengan Istri Pertama

작가: Zidney Aghnia
last update 최신 업데이트: 2021-09-04 02:21:31

"Dia siapa, Sayang?"

"Duduklah. Aku akan memperkenalkannya."

Wanita dengan dress panjang rumahan dan modis itu kembali duduk setelah mengecup pipi Mas Gio. Aah, silakan saja. Aku tak akan cemburu sedikit pun.

"Perhatian, tolong dengarkan semuanya." Suara Mas Gio tampak berat dan jantan.

"Dia siapa, Kak? Pembantu baru, ya?" celetuk seorang gadis yang paling muda di antara yang lainnya.

Enak saja aku dibilang pembantu. Walaupun penampakanku memang terlihat jauh dari apa yang ditampakkan mereka. Setidaknya, jangan melihat orang dari penampilan. Lagi pula, aku tidak jelek-jelek amat, hanya kekurangan polesan cushion bermerk.

Hmm, sepertinya, aku harus menyiapkan kelapangan hati saat tinggal di sini.

"Semuanya, perkenalkan. Ini Marimar, istri keduaku."

"Apa? Dia siapa, Gio?" tanya wanita paruh baya dengan pakaian muslimah dan cantik.

"Ini ... istri kedua Gio, Ma," ucapnya memperjelas statusku. "Emm ... kenalkan, itu mamaku, itu Sari—istriku, Lisa—adikku, Kak Haris—Kakakku, dan di sampingnya, Kak Ayu—istri dari Kak Haris."

Mas Gio menunjuk satu persatu setiap orang yang ada di ruangan itu. Namun, mereka tidak menatapku dan hanya sibuk dengan urusannya masing-masing. Rasanya, aku seperti pecundang.

"Apa maksudmu, Mas?" Istri pertama Mas Gio menghampiri kemudian menghardik keras. "Jawab, Mas! Kenapa aku nggak tahu sama sekali? Ada apa ini sebenarnya?" Dia mengguncang lengan Mas Gio untuk meminta kejelasan.

Melihat Mas Gio tak menjawab, dia jalan mendekatiku.

"Hei, kamu pelakor! Pergi kamu dari sini! Aku tak sudi dimadu denganmu!" Wanita bernama Sari itu memandangku tak suka dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Maaf, saya bukan pelakor seperti yang kamu kira," ujarku dengan sopan.

"Kalau bukan, kenapa kamu bisa jadi istri kedua suami saya! Kamu pasti menggoda dia, 'kan? Atau kamu guna-guna suami saya biar mau sama kamu! Ngaku kamu!" Dia berbicara dengan nada emosi sambil menarik kerudung yang menutupi kepalaku.

"Aaargh ... bukan, Mbak. Sumpah! Saya nggak menggoda dia sama sekali."

"Kamu banyak alasan! Mana ada maling ngaku!" Mbak Sari mengangkat tangannya dan bersiap untuk memukulku. Aku cepat-cepat membuang muka dan menunduk untuk menghindarinya. Namun, setelah beberapa detik, aku tak merasakan apa pun yang menyentuh diriku. Dengan perlahan, aku kembali menoleh. Ternyata, Mas Gio menahan lengan Mbak Sari.

"Sudah, Sari. Dengarkan penjelasanku dulu. Ini semua salahku. Bukan salahnya."

Akhirnya, dia bisa membelaku dan mau mengakui kesalahannya.

"Sari, kemari sebentar," pinta mama Mas Gio untuk duduk di sampingnya.

"Gio, coba kamu jelaskan semuanya. Apa yang sebenarnya terjadi?" lanjut mamanya.

"Ehm. Begini ... Ma. Waktu ada acara kantor bulan lalu. Setelah acara, semuanya minum-minum dan hampir semuanya menginap di hotel. Malam itu, Gio mabuk berat, dan ...."

"Dan apa?!" Mbak Sari menyela.

"Tenang dulu, Sari," bujuk mama mertuaku pada Mbak Sari.

"Gio melakukan kesalahan di kamar hotel ... dan sekarang Rimar hamil karena Gio."

"Tunggu dulu, siapa dia dan kenapa dia bisa ada di sana sama kamu, Mas?"

"Dia, pegawai hotel yang sedang merapikan kamarku, Sari. Entah bagaimana aku bisa melakukan itu dengannya. Aku tidak ingat semua, kecuali wajahnya ini." Mas Gio melirikku.

"Jadi, waktu kamu nggak pulang. Kamu malah enak-enakan sama wanita tukang bersih-bersih ini? Keterlaluan kamu, Mas! Kamu sering marah-marah karena tiga tahun ini aku belum juga memberikan anak. Tapi, kamu malah menghasilkan anak dari wanita murahan ini!"

Dadaku bergemuruh hebat, lantas beristigfar. Rasanya aku ingin mencabik-cabik mulutnya yang tanpa saringan itu. Akan tetapi, di sini sedang banyak orang dan aku pasti akan kalah kelak.

"Tidak begitu, Sari. Ini kecelakaan dan murni karena kesalahanku. Aku benar-benar melakukannya secara tidak sadar. Lagi pula, mana aku tergoda dengan wanita seperti dia." 

"Terus kenapa kamu harus bawa dia ke sini, Mas?!"

"Sari, bagaimana pun aku harus bertanggung jawab atas perbuatanku. Tidak lama, kok."

"Tidak lama? Maksudnya?"

"Dia hanya akan tinggal di sini sampai dia melahirkan. Setelah itu, aku akan menceraikannya dan membiarkan dia membawa anaknya."

"Tetap saja, Mas—"

"Sari, tolong, ya? Aku lelah. Aku sedang tidak mau berdebat lagi! Dan tolong hargai keputusanku!"

Mbak Sari menatapku sinis. Kemudian, dia menghentakkan kaki dan pergi meninggalkan kami sambil mendengkus kesal. 

"Sariii ...? Sari ...?" panggil Mas Gio.

"Sudah, Gio. Biarkan dia sendiri dulu. Kalau dia sudah tenang, kamu bisa membicarakannya lagi nanti," ucap mamanya. "Lisa, masuk ke kamarmu! Dan Haris, pulanglah! Biarkan Gio mengurus rumah tangganya sendiri. Emm ... Gio. Nanti Mama mau bicara sama kamu."

Mas Gio hanya menjawab dengan anggukan sambil melonggarkan dasinya.

Setelah semua beranjak pergi, ruangan yang tadinya ramai menjadi sepi. Mas Gio masih berdiri mematung sedang memikirkan sesuatu.

Kakiku pegal sekali menunggu Mas Gio. Aku tidak tahu harus apa dan pergi ke mana? Atau ... di mana kamarku?

Setelah beberapa menit, akhirnya Mas Gio mengeluarkan suara.

"Oh,ya, kamarmu di sana." Mas Gio menunjuk salah satu kamar dan rupanya, kamarku persis di depan kamar yang dimasuki Mbak Sari tadi.

Tanpa menunggu lagi, aku langsung berjalan ke kamar itu sembari menarik satu koper dan satu travel bag yang kubawa dari rumah.

Dia tidak membantuku sama sekali. Padahal jelas, aku susah payah membawa barang-barang ini sejak keluar dari mobil tadi. Sampai-sampai aku kerepotan sendiri membawanya.

Sabar, Rimar. Pelan-pelan. Yaa ... pelan-pelan aku akan membuatnya mengemis cinta sampai dia memohon dan bertekuk lutut di hadapanku. Aku akan mengambil sedikit dari apa yang dia miliki sebagai jaminan masa depan anakku nanti. Baru setelah itu, aku akan melepaskannya.

Tunggu saja waktunya, Sergio Ibrahim!

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Mengandung Bayi Bos   Bab 49. Selesai

    “Saya menceraikanmu, Rimar.”“Sergio!” pekik Mama.Mas Gio menghela napas dalam-dalam, lalu diembuskannya dengan keras. Aku yang masih menunduk, melihat sepasang sepatu yang dipakainya melangkah menuju pintu. Mataku yang berurai air mata terus melirik mengikuti suara entakannya sampai aku tak melihat sosoknya lagi hanya dalam hitungan detik. Pintu pun kembali tertutup rapat. Dia pergi.“Huh, baguuus. Dari dulu, kek!” sindir Lisa sekonyong-konyong, tetapi aku tak menggubrisnya sama sekali.“Rimaar?”Panggilan Mama membuyarkan lamunanku.Aku segera berdiri sambil berusaha menyeka air mata dengan tanganku, kemudian menghampiri Mama yang sudah menantiku.“Iya, Ma,” jawabku sambil terisak. Suaraku pun berubah jadi serak.Aku duduk di kursi bulat di samping Mama. Beliau menarik tanganku lalu diusap-usapnya dengan lembut.“Rimar, kamu yakin sama keputus

  • Mengandung Bayi Bos   Bab 48. Gugatan Cerai Kedua

    “Sari, mulai saat ini kamu bukan istriku lagi. Aku akan melayangkan gugatan cerai ke pengadilan secepatnya.”Mbak Sari hanya memandang Mas Gio dengan tatapan kosong dan ekspresi datar. Mungkin, situasi seperti itu yang sudah lama diharapkan olehnya. Sementara itu, windu hanya berdiri tanpa pergerakan di tempatnya tersungkur tadi.“Te-terima kasih, Mas.” Mbak Sari menghapus kristal bening yang hampir menetes di sudut matanya.“Mulai sekarang aku tidak peduli lagi dengan urusanmu dan semua yang berkaitan tentang kamu.”“Mas?” Aku memanggilnya dengan lirih.“Ya?”“Tolong ceraikan aku juga!”Mas Gio mengerutkan dahi. “Rimar, saya menceraikan Sari bukan kamu,” katanya dengan tatapan mata menyalang.“Aku tahu. Makanya, sekarang juga aku minta Mas ceraikan aku.”“Tapi, kenapa?”“Aku gak bisa lagi hidup

  • Mengandung Bayi Bos   Bab 47. Gugatan Cerai

    “Mas?”“Pak Sergio?”Dokter Arin menatap Mas Gio, kemudian menatap bergantian lelaki yang datang bersama Mbak Sari.“Ada apa ini?!” Mas Gio menghampiri Mbak Sari dan menarik tangannya: memaksa untuk bangun dari perbaringan. Dengan berat hati, Mbak Sari mengikuti paksaan Mas Gio.“Maaf, kalau ini Pak Sergio, lalu Anda siapa?!” tanya Dokter Arin menyelisik pria tak dikenal yang ia sangka Mas Gio.Kedua mata Mas Gio dan Dokter Arin menyiratkan kilatan amarah. Lantas, Dokter Arin meletakkan dengan kasar alat yang tadi dipegangnya ke nampan tempat peralatan medisnya.“Sari, jelaskan apa yang kamu lakukan!” Mbak Sari tetap bergeming meskipun Mas Gio mengguncang-guncang tubuhnya.Karena Mbak Sari tetap diam, akhirnya lelaki yang tengah berpakaian kasual tersebut bertanya pada Dokter Arin. Dokter pun menjelaskan kalau Mbak Sari sedang melakukan operasi kecil untuk melepas KB Implan.

  • Mengandung Bayi Bos   Part 46. Memergoki Mbak Sari

    Tiba-tiba, aku merasakan getaran dari ponsel yang kutaruh di saku celana. Siapa yang meneleponku di waktu Subuh? Segera kutarik ponsel dari saku, ternyata Mas Gio yang menelepon.“Halo, assalamau’alaikum, Mas.”“Halo, dengan Nyonya Sergio?”Nyonya? Siapa ini? Lalu, ke mana Mas Gio? Siapa yang mengambil ponselnya?“Iya, benar. Ini siapa?”“Saya dari M2 Club Malam mau mengabari kalau Tuan Sergio pingsan.”“Pingsan? Terus ada siapa di sana, Mas? Teman atau seseorang yang menemaninya?”“Tidak ada, Nyonya. Tadi Tuan hanya datang sendiri dan minum banyak sampai akhirnya pingsan.”“Baik, tolong jaga dia, ya, Mas. Saya segera ke sana. Terima kasih.”Setelah menutup sambungan telepon, aku segera melipat mukena dan bergegas pergi ke Club M2. Aku tidak tahu di mana lokasinya dan harus ke arah mana kalau pergi dengan angkutan umum. Sebaiknya, a

  • Mengandung Bayi Bos   Part 45. Diskotik

    Dalam perjalanan ke rumah sakit itu, Mas Gio menghubungi Mbak Sari. Ia hanya menceritakan bahwa papanya diciduk polisi, tetapi tidak menceritakan detail kejadian yang terjadi.“Kamu kenal Pak Akala?” tanya Mas Gio sambil menyetir. Kulihat peluh berembun di sekitar dahi sampai membasahi rambutnya yang menutupi. Matanya terlihat berat seperti menahan kantuk. Dia pasti sangat kelelahan, belum satu masalah selesai sudah datang masalah baru.“Hah? Ti-tidak,” ucapku berbohong.“Terus, kenapa dia sampai membuatmu jadi korban?” Benar juga, dia pasti penasaran kenapa sampai Pak Akala membuatku menderita. Padahal, di rumah itu ada beberapa orang ART yang bisa saja dia jadikan korban. Namun, saat itu jelas sekali kalau dia sedang menunggu seseorang, yang tidak lain adalah aku.“Hmm, sebenarnya ....” Tekadku maju-mundur untuk menjelaskan pada Mas Gio. Apa lebih baik aku menceritakan semuanya saja?“He

  • Mengandung Bayi Bos   Part 44. Korban Perasaan

    Baru saja akan berbelok ke arah pintu masuk, ada dua orang berpakaian serba hitam seperti lelaki sebelumnya, mereka berusaha mengadangku. Sial! Dari mana munculnya kedua orang itu? Mana tubuhnya besar-besar semua, lebih besar dibanding pria yang menodongkan pistol ke arahku.Aku berpikir keras ke mana lagi harus berlari? Aku tidak tahu banyak mengenai rumah besar itu. Ah, benar. Pintu belakang! Baru saja aku membalikkan badan, Pak Akala dan pengikutnya sudah berada di belakangku. Sementara itu, para ART histeris dan berusaha berteriak karena mengkhawatirkanku.Tidak! Hal yang kutakutkan akan segera terjadi, saat itu juga aku berada di antara mereka yang terus berjalan semakin dekat. Bahkan, aku tidak bisa mencari celah untuk bisa melarikan diri dari keempat pria itu. Satu hal yang lebih kucemaskan bukanlah diriku, melainkan calon anakku.Saat napasku terengah-engah, irama jantungku kembali berdegup kencang. Tetesan keringat pun menyapu kening dan mengaliri pelip

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status