Share

Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif
Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif
Author: Esther

Bab 1

Author: Esther
"Em ...."

Ciuman pria itu bertubi tubi menghujani tubuh Liana, dia seperti perahu yang terombang ambing di lautan, mengambang dan akhirnya tenggelam mengikuti irama ombak.

Entah sudah berapa lama, angin dan hujan akhirnya telah berhenti. Liana meringkuk dalam pelukan hangat pria itu dan tertidur lelap ....

Keesokan paginya, saat Liana membalikkan badan, jari-jarinya merasakan sentuhan asing, tangannya menyentuh sesuatu yang hangat dan sentuhan asing itu mengejutkannya. Dia perlahan membuka matanya dan wajah tampan terpantul di pupil matanya.

"Hah? Bos?" Liana tertegun sejenak, kemudian teringat rentetan kilas balik kejadian gila tadi malam. Matanya langsung membelalak dan dia langsung terduduk tegak. Tetapi, karena gerakannya yang terlalu keras, suatu bagian ditubuhnya terasa sangat sakit dan rasa sakit itu langsung membuatnya berkeringat dingin.

Dia seperti boneka bongkar pasang, yang di bongkar dan dipasang kembali. Setiap dia bergerak, sekujur tubuhnya terasa sakit.

Namun, pada saat ini, pemandangan di dalam tenda yang luas, selimut yang berantakan dan Yohan yang telanjang dengan selimut tipis yang menutupi pinggangnya membuatnya terkejut melebihi keterkejutannya akan rasa sakit di tubuhnya. Sepasang kaki panjang saling tumpang tindih dan goresan halus terlihat samar-samar di sisi punggungnya.

"Hah!" Liana yang duduk di sana seolah disambar petir. Saat itu, dia merasa dunia telah runtuh.

Jadi, kemarin malam itu bukan mimpi?

Dia, seorang pegawai magang yang baru bergabung dengan perusahaan setengah bulan ... tidur dengan bosnya!

Saat Liana dalam keadaan bingung, Yohan menggerakkan tangannya seperti akan bangun.

Liana yang terkejut, ketakutan setengah mati, dia buru-buru mengenakan pakaiannya dan langsung kabur dari sana. Dia bahkan tidak memperhatikan untaian gelang manik-manik miliknya yang tertinggal di samping bantal ....

Di luar masih gelap, api unggun sisa tadi malam juga sudah padam dan hanya menyisakan asap abu-abu yang menguap ke langit. Puluhan tenda berdiri dengan tenang di sekelilingnya. Liana berjalan melewati rerumputan dengan bertelanjang kaki dan dengan cepat masuk ke dalam tenda berwarna merah muda.

Helena yang terbangun, berbalik dan menatap Liana yang baru saja berbaring di dalam tenda.

Liana terkejut sampai berhenti bernapas.

Namun, Helena hanya menatapnya dan memejamkan mata kembali sambil bertanya dengan santai, "Dari mana kamu pagi-pagi buta begini?"

"Aku ...." Jantung Liana serasa mau copot dan dia segera berpikir cepat, "Aku baru kembali dari toilet."

Helena tidak bertanya lagi dan tak lama kemudian terdengar suara napas berat.

Liana diam-diam menghela napas lega, tetapi jantungnya masih berdebar kencang. Dia menatap atap tenda, matanya sakit dan bengkak, dia tidak menutup matanya sampai suasana di luar menjadi terang. Hampir semua orang terbangun, tetapi Liana masih tetap berada di dalam tenda.

Tawa rekan-rekannya terdengar dari luar. Tetapi, Liana malah menggulung dirinya di dalam selimut dan hanya kepalanya yang terlihat, tatapannya juga tampak linglung.

Helena membuka retsleting tenda dan menunduk di depan pintu tenda. Dia bertanya pada Liana, "Liana, ayo bangun! Ayo sarapan, setelah itu kita akan pergi mendaki."

Ini adalah perkemahan tim yang diselenggarakan oleh perusahaan. Ada puluhan orang dalam satu tim dan mereka akan tinggal di pegunungan yang indah selama tiga sampai lima hari. Kemarin adalah hari pertama mereka, semua orang kelelahan setelah perjalanan jauh dan mendirikan tenda. Setelah itu, mereka minum-minum di malam harinya. Pada awalnya, Liana menolak untuk minum, tetapi dia anak baru di perusahaan, jadi dia harus minum beberapa gelas agar bisa berbaur dengan rekan-rekannya.

Tidak disangka, beberapa gelas minuman ini telah menyebabkan suatu masalah. Dia juga tidak tahu bagaimana itu terjadi. Dia mabuk dan masuk ke dalam tenda yang salah dan secara tidak sengaja tidur dengan Yohan.

Memikirkan hal ini, kepala Liana mulai sakit lagi.

"Liana? Liana?" Helena berteriak beberapa kali tapi tidak ada jawaban. Akhirnya dia melepas sepatunya dan berjalan masuk, "Liana, kamu kenapa?"

Liana mendengus, dia ingin menangis dan suaranya teredam, "Aku nggak apa-apa."

Helena mengulurkan tangan dan menyentuh kepalanya, "Astaga, kamu demam?"

"Aku nggak apa-apa." Liana menggigit bibirnya, menahan untuk tidak meneteskan air mata dan berkata dengan suara pelan, "Aku akan istirahat sebentar. Kalian pergilah mendaki dan nggak perlu mengkhawatirkanku."

Helena merasa khawatir, jadi dia mengambil dua obat demam dan membantu Liana meminum obat itu sebelum pergi mendaki bersama semua orang.

Saat mendengar keadaan di luar sudah sepi, Liana baru mulai menangis karena sudah tidak bisa menahannya.

Tubuhnya terasa sangat tidak nyaman. Jejak kenikmatan tadi malam masih tersisa. Entah itu karena napasnya yang terlalu cepat, tetapi setiap kali dia menarik atau membuang napas, dia mencium bau Yohan. Ditambah lagi dengan keadaannya yang sedang demam, Liana merasa seperti bebek panggang. Dia merasa sangat tidak nyaman hingga dia ingin mati.

....

Di saat yang sama, tim pendakian sudah berkumpul di kaki gunung.

Saat Yohan keluar dari mobil, mata gadis-gadis langsung tertuju padanya.

"Wow, Pak Yohan ganteng banget!"

"Biasanya cuma bisa lihat Pak Yohan pakai setelan jas, nggak disangka dia ganteng banget kalau pakai pakaian kasual!"

"Kakak-kakak, air liur kalian sudah hampir menetes."

"Hahaha, hari ini aku beruntung karena bisa melihat hal indah yang mungkin mustahil untuk dilihat."

Yohan berdiri di sana, auranya terpancar. Mata gelap di bawah kacamata hitam melihat ke arah kerumunan dan bertanya dengan suara dingin, "Apa kalian semua tidur nyenyak tadi malam?"

Semua orang serempak menjawab, "Ya."

Yohan mengerutkan kening, sedikit memiringkan kepalanya dan memberi isyarat kepada asistennya Hasan Hakaman.

Hasan mengerti isyarat tersebut dan berkata dengan serius, "Apa ada yang memasuki tenda Pak Yohan tadi malam?"

Semua orang saling memandang dan menggelengkan kepala.

Mereka semua itu adalah karyawannya, meski ada beberapa tim asisten yang menginginkan bos, tetapi mereka tidak berani bercanda tentang karier mereka. Memasuki tenda bos? Siapa yang berani melakukannya?

Melihat tidak ada yang mengakuinya, alis Yohan semakin menegang. Dia mengangkat satu tangan dengan gelang yang dirangkai dengan manik-manik giok putih tergantung di jarinya, "Punya siapa ini?"

Semua orang masih menggelengkan kepala, berkata kalau mereka belum pernah melihat gelang itu sebelumnya.

"Kalau ada yang tahu punya siapa gelang ini, tolong beri tahu aku." Yohan berkata dengan sungguh-sungguh, kemudian menambahkan di akhir, "Akan aku beri hadiah."

"Selain itu ...." Setelah jeda, dia menambahkan, "Bonus akhir tahun akan berlipat ganda."

Begitu dia selesai bicara, semua orang langsung jadi heboh.

"Dobel?"

"Tahun lalu, aku dapat bonus akhir tahun 200 juta. Kalau dobel? Itu berarti 400 juta? Wow, keren banget!"

"Punya siapa gelang itu?"

"Kelihatannya seperti barang biasa, tapi apa itu sangat berharga?"

"Helena, apa kamu tahu?"

"Ha?" Helena tiba-tiba tersadar, ekspresinya sedikit misterius, "Aku nggak tahu ...."

"Oke, sekarang kita mulai absen dulu." Hasan mulai menyebutkan nama mereka.

Saat sampai pada nama 'Liana', tidak ada jawaban sama sekali.

"Dimana Liana?" tanya Hasan.

Helena berdiri dan berkata, "Liana sakit, dia ada di dalam tenda."

"Sakit?" Hasan agak bimbang dan menatap Yohan.

Yohan sedang duduk di dalam mobil hitam, memainkan untaian manik-manik di tangannya, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.

Hasan tidak berani mengganggunya, setelah selesai mengabsen dia berkata, "Kalau begitu ayo berangkat."

Hasan menutup buku catatannya, berjalan ke arah mobil dan berkata, "Pak Yohan, apa Anda mau pergi bersama dengan mereka?"

Yohan tampak murung dan sepertinya tidak terlalu tertarik. Dia terus menatap untaian manik-manik di tangannya. Setelah diam beberapa saat, dia berkata, "Aku nggak ikut. Kamu bisa memimpin tim."

"Baik, Pak Yohan."

"Helena, kamu lihat apa?" Widia menarik Helena, "Ayo cepat naik. Ada bonus untuk sepuluh pendaki pertama."

"Ya." Helena mengangguk, tetapi dia masih menoleh melihat ke belakang.

Dia melihat sebuah mobil hitam melaju di jalan pegunungan yang hijau dan berkelok-kelok menuju ke lokasi perkemahan.

Helena tiba-tiba berbalik dan berkata kepada Hasan, "Asisten Hasan, aku khawatir pada Liana, aku nggak akan ikut naik. Aku akan kembali dan menjaga Liana."

"Oke."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Lisa Versus
hhhbhhnnnjjnnjjnnkkkmnk
goodnovel comment avatar
irwan mardianto
lanjutkan thor ceritanya.............
goodnovel comment avatar
Suriani
mantaaapp lanjut ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 960

    Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 959

    ....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 958

    "Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 957

    Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 956

    Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka

  • Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif   Bab 955

    Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status