/ Urban / Mutiara Hati Yang Terabaikan / 3. Sulit menerima takdir

공유

3. Sulit menerima takdir

작가: mic.assekop
last update 최신 업데이트: 2024-09-29 19:16:49

Erika membaca lagi laporan hasil pemeriksaan yang ada di tangannya sambil menangis. Fisik dan raut wajahnya tampak melemah. Tapi dia punya jiwa yang kuat meskipun ujian yang amat berat semakin membuatnya tertekan. Dia tetap seperti biasanya menjadi seorang istri yang lemah lembut dan bersabar.

Erika menguatkan diri walaupun perkataannya begitu lirih, “Aku ikhlas menerima apa pun yang Tuhan berikan kepadaku. Aku ridho menerima penyakit ini. Aku yakin aku bisa menjalaninya karena Tuhan tidak mungkin memberikan cobaan yang tidak disanggupi hamba-Nya.”

Biasanya suaminya selalu tersentuh hati ketika dia bicara seperti demikian. Namun sekarang suasana hati suaminya begitu kacau sehingga apa pun yang dia katakan terasa tak berguna. Omongan Erika seperti angin lalu.

Sebaliknya, Raden malah membentaknya. “Ini bukan cobaan, tapi siksaan!”

Erika terhenyak dan putih matanya sedikit melebar. “Kak Raden, kau tidak boleh bicara seperti itu. Astaghfirullah.”

Raden ampai meracau, “Tuhan sedang menurunkan siksaan pada kita. Itulah kenapa aku katakan pada mu semua doa yang kau panjatkan tidak ada gunanya. Toh sampai sekarang kita masih belum juga punya anak. Jadi apalah arti ibadah yang selama ini kita lakukan kalau Tuhan tidak memberikan anugerah pada kita berupa anak keturunan? Apa manfaat dari kebaikan yang kita lakukan selama ini kalau pada akhirnya kita malah mendapat siksaan semata?”

Mendengar kalimat yang bisa saja mengarah pada kekufuran, Erika marah. Dia memang tidak bisa tenang kalau sudah membicarakan perkara agama.

“Kak Raden, berhenti bicara seperti itu! Istighfar! Saat ini kita hanya sedang diuji. Bukan disiksa. Kita telah belajar banyak tentang ilmu rumah tangga di kajian. Kau tahu sendiri setiap orang punya masalah masing-masing, setiap orang punya ujiannya masing-masing, dan ujian yang kita terima adalah ditunda untuk sementara waktu punya keturunan. Kau mesti husnuzhon dan berpikir positif. Dan percayalah bahwa kita akan bisa melalui ujian dari Allah dengan baik sehingga kita mencapai apa yang kita inginkan selama ini, yakni menjadi dua hamba Allah yang bertakwa, menjadi suami dan istri yang sama-sama menjadikan rumah tangga sebagai jalan menuju surga. Apa kau lupa dengan alasan dan tujuan kenapa kita menikah? Kak Raden, kita menikah karena Allah. Ingat itu.”

PLAK!

Refleks, Raden menampar Erika secara mengejutkan.

Erika Langsung terjerembab di lantai sambil memegangi pipi kirinya yang merah. Untuk kali pertama dia ditampar oleh suaminya. Baru kali ini dia diperlakukan sangat tidak pantas.

Panik dan pusing, Raden tidak tahu lagi mesti berbuat apa. Kata cerai sudah berada di ujung lidah. Tapi begitu melihat Erika tampak menderita, muncul rasa tak tega.

Mungkin belum saatnya.

Erika menutupi wajahnya, bangkit, lalu bergegas menuju kamar tidur.

Sementara Raden tidak peduli seberapa terpukulnya wanita malang itu. Dulu dia bahkan sangat khawatir walaupun Erika cuma kena sariawan. Sekarang Raden acuh tak acuh. Penyakit yang Erika derita membuat rasa kasihan di hati kian pupus.

Tidak tenang berada di rumah, lantas Raden pergi ke luar guna menenangkan diri. Siang hari itu dia duduk berjam-jam di pinggiran pelataran Plaza Benteng Kuto Besak. Mengingat-ingat apa yang pernah dia lakukan bersama Erika dan merenungi kebaikan apa yang dia perbuat supaya Tuhan mengasihi dia.

Sambil memandangi derasnya aliran Sungai Musi yang mengalir ke hilir, dia menekuri buruknya takdir.

Takdir?

Oh, saking kecewanya Raden sama Tuhan, dia bahkan nyaris tidak lagi percaya pada takdir.

‘Apa yang harus aku lakukan?’ batinnya sambil menghembuskan asap rokok.

‘Apa segala hal yang aku lakukan lantas sia-sia?’

‘Apa Tuhan memang tidak sayang terhadapku?’

'Ah, aku benar-benar kecewa terhadap keadaan.'

Selama lebih dari tiga tahun lamanya dia telah berupaya untuk menjadi manusia baik dan menjalankan segenap perintah walaupun tidak terlampau maksimal. Tapi di saat dia memang benar-benar menggantungkan nasibnya pada Tuhan supaya dikarunia anak, Tuhan malah menelantarkan. Sungguh mengecewakan.

Lebih dari empat jam dia duduk sendirian tanpa melakukan apa pun. Dia tidak peduli dengan suasana ramai di sekitarnya. Badannya memang berada di sini, tapi pikirannya sudah ke mana-mana.

Cerai?

Kembali seperti dulu?

Mulai kehidupan yang baru?

Entahlah.

Sejak pertama kali bertemu Erika malam hari itu dekat taman di Sekanak, jujur dia sudah jatuh hati pada Erika. Dia begitu kagum melihat keanggunan wanita yang mengenakan pakaian syar’i yang sangat tertutup.

Dan lebih dari itu. Rupanya Erika punya kepribadian yang mulia. Taat pada suami. Baik pada orang tua. Pintar memasak. Yang pasti benar-benar menjadi istri yang berdasarkan ajaran agama.

Seharusnya Raden bersyukur telah dikaruniakan istri seperti Erika.

Namun, semua cinta dan kebahagiaan tersebut lantas sirna lantaran satu hal : Erika tidak bisa punya anak.

Raden bisa menerima apa pun kekurangan Erika karena dia pun sadar tentang betapa banyaknya kekurangan pada dirinya. Dia sadar diri betapa buruknya masa lalunya sehingga dia tidak pernah memandang dirinya siapa.

Hanya saja, untuk perkara tidak bisa punya anak jelas perkara berbeda. Raden sangat menginginkan punya putra dan putri yang bisa menjadi penerusnya kelak. Sayang, Erika tidak bisa memenuhi apa yang dia harapkan.

Di waktu bersamaan, lebih tepatnya di dalam kamar, Erika masih duduk di atas sajadah. Air matanya tak henti mengalir dari tadi. Ketika suaminya mengeluh soal takdir buruk dan ujian yang dianggap sebagai siksaan, Erika malah bersujud dan berserah diri pada Tuhannya.

Dia memang sedih saat tahu bahwa dia rupanya mengidap suatu penyakit yang mematikan. Dia memang sedih, tapi dia bisa menerima semua apa yang Tuhan berikan padanya. Jika suaminya nyaris mengingkari takdir, Erika malah tetap percaya pada takdir, dan yakin bahwa sakit dan penderitaan yang dia alami memang ujian kehidupan dan keimanan dari Tuhan.

Ketika suaminya marah, kecewa, mengeluh, dan bahkan sampai menyesali sesuatu yang telah terjadi, sebaliknya, Erika tetap menjadi hamba sabar dan tetap percaya pada Tuhan. Erika tidak mengeluh apalagi sampai mengutuk dan menyalahkan Tuhan.

Dalam doanya wanita itu berkata, "Ya Allah, aku menerima takdir baik dan buruk dari Mu. Dan aku minta pada Mu, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang sabar dan berserah diri pada Mu. Dan berikanlah aku kekuatan dan pertolongan dari setiap ujian yang Engkau berikan. Dan untuk suamiku, berikanlah dia hidayah. Terakhir, tak hentinya hamba yang lemah ini selalu meminta agar kelak diberikan keturunan. Allahumma. aamiin."

***

Sore hari menjelang maghrib, Raden balik ke rumah. Saat ini semua anggota keluarga telah pulang. Tidak bisa berlama-lama. Akhirnya dia mengumpulkan semua keluarganya dan menjelaskannya.

Di ruang keluarga, dia mengaparkan lembaran laporan tentang penyakit Erika. Kemudian dia mengawasi ayah, ibu, dan adiknya lalu berkata, “Kalian harus tahu.”

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Mutiara Hati Yang Terabaikan   65. Siapa wanita dimaksud?

    Mayoritas atau bahkan semua pria ingin punya istri cantik dan fisiknya bagus. Dan Dennis tidak mungkin bisa membohongi dirinya bahwa dia mau punya istri yang enak dipandang. “Istri yang cantik bisa buat pria betah di rumah. Dan kalau pria sudah merasa puas, ketika berada di luar rumah, dia tidak akan berani macam-macam, dia tidak akan melirik wanita lain.” Canda Dennis dan tidak mau terlalu serius ketika menjawab pertanyaan Erika. “Memang tidak ada jaminan bahwa pria akan pasti selamat ketika berada di luar. Tapi setidaknya begitu dia mendapatkan istri yang cantik dan bikin betah di rumah, peluang untuk berzina di luar akan jauh lebih berkurang.” Jawaban dari Dennis lebih diplomatis dan memang dari dirinya sendiri. Dan tentu saja jawaban tersebut sebenarnya mewakili dari sekian banyak pria di dunia ini. Mendengar jawaban tersebut, Erika cuma bisa menahan senyum kemudian menanggapi. “Tapi cantik itu

  • Mutiara Hati Yang Terabaikan   64. Ide Erika

    Raden bisa membaur dengan baik bersama warga sekitar. Lebih dari itu, pencapaian bagi dirinya sendiri tentu saja dia telah berhasil mengubah hidupnya kembali pada jalan yang benar. Meski dia masih menjadi buronan dari bos besar narkoba, namun setidaknya dia berhasil keluar dari kubangan lumpur maksiat yang telah menyeretnya pada banyak perkara dosa. Ketika malam hari dan sedang sendiri di beranda rumah milik temannya, Raden lantas teringat dengan sosok yang lebih dari tiga tahun ini menemani hidupnya. Dia teringat dengan Erika, istri yang selama ini selalu peduli padanya. Dia membatin, “Erika, maafkan aku karena selama ini aku kerap menyusahkan dan menyakiti mu. Maafkan aku.’ Mulai detik ini Raden berjanji akan menemui istrinya lagi. Dia mengakui bahwa dirinya memang salah besar karena telah menyiakan orang yang sangat baik pada dirinya. Dia menyesal telah membohongi istrinya dan bahkan berniat ingin menceraikan pula.

  • Mutiara Hati Yang Terabaikan   63. Mengubah cara pandang

    Pokok kesembilan adalah bersabar dalam mengemban ilmu dan mengamalkannya. Raden berkata, “Seseorang tidak akan meraih ilmu kecuali dengan kesabaran. Baik sabar dalam menuntut ilmu, mengamalkan, maupun menyampaikannya.” Para ulama bersabar dalam menahan lapar, sedikit tidur, dan berjalan kaki ribuan kilo meter dalam proses belajar. Selanjutnya Raden masuk pada pokok kesepuluh, yakni berpegang teguh pada adab-adab ilmu. “Ibnu Qayyim berkata : Adabnya seseorang adalah kunci kebahagiaan dan kesuksesannya. Dan tidak beradab merupakan kunci kehancuran dan kebinasaannya.” “Seorang ulama berkata : Dengan adab engkau akan memahami ilmu.” “Ibnu Sirin berkata : Dahulu mereka mempelajari adab layaknya mereka mempelajari ilmu.” Bahkan dari para salaf mendahulukan untuk mempelajari adab sebelum mempelajari ilmu. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk mempelajari adab

  • Mutiara Hati Yang Terabaikan   62. Ceramah pertama

    Meski Raden merasa berat menerima permintaan tersebut, namun karena terus didesak, akhirnya dia pun menerimanya. Dia berusaha menguatkan diri dan menumbuhkan kepercayaandiri. “Insya Allah, semoga Allah mudahkan.” Pak Syarif sontak mengucapkan kata syukur. “Alhamdulilah.” Karena Raden tidak tahu kapan dia akan pergi dari kampung ini, maka dia bilang pada Pak Syarif supaya jadwal mengajar dia dipercepat saja. Mungkin bisa jadi tiga hari lagi, atau satu pekan lagi dia mesti meninggalkan kampung ini.*** Keesokan paginya. Tepatnya pada hari Minggu di masjid. Lebih dari lima puluh jamaah pria dan wanita dari berbagai kalangan usia telah hadir di sana. Pak Syarif sebagai salah satu ketua di kampung tersebut telah meminta kepada masyarakat sekitar untuk menghadiri sebuah kajian. Maka sebagian masyarakat pun berbondong-bondong untuk pergi. Dan baiknya Pak Syarif, dia mengeluarkan uang sekitar satu juta untuk membeli k

  • Mutiara Hati Yang Terabaikan   61. Ditawari menjadi penceramah

    Keberadaan Raden di sana telah membuat suasana baru dalam beribadah dan itulah yang semestinya terjadi. Tidak ada maksud apa pun sebelumnya dari Raden untuk mencari perhatian atau pun dengan sengaja ingin menata ulang sesuatu yang telah lama terjadi. Pastinya ini adalah kehendak dari Yang Maha Kuasa. Setidaknya dengan ini dia telah melakukan sesuatu yang benar dan sesuai dengan tuntunan. Lebih dari itu, setelah terpuruk karena ditimpa masalah yang amat berat, kini dia kembali mendapatkan ketenangan dan juga hidayah untuk kembali pada jalur yang benar. “Aku cuma menyampaikan kebenaran,” tuturnya pada semua orang di sana. Mayoritas orang-orang di masjid tersebut bersyukur atas kehadiran Raden yang telah meluruskan apa yang selama ini bengkok. Pasalnya urusan agama bukanlah sesuatu yang dianggap enteng, jika ada suatu kebenaran yang datang, entah itu dari siapa berasal, maka sudah barang tentu semestinya diterima.

  • Mutiara Hati Yang Terabaikan   60. Diskusi agama

    Kemudian Raden membuat analogi sederhana. Ada orang tua yang mewariskan sebuah rumah pada anaknya dan berpesan pada anaknya tersebut untuk tetap menjaga rumah itu tanpa melakukan perubahan apa pun sama sekali. Orang tua itu melarang anaknya melakukan perubahan sedikit pun. Cukup tinggal dan menjaganya saja. Tidak lebih dari itu. Namun, karena anaknya mereka sok pintar dari orang tuanya dan punya pemikiran lebih baik, akhirnya dia pun mengubah warna cat rumah, membongkar, mengganti pajangan, merombak isi di dalamnya, sehingga rumah tersebut sangat berbeda dari pada sebelumnya. “Kalian sebagai orang tua suka dengan anak yang suka berinovasi seperti itu?” tanya Raden. Mereka semua serempak menggeleng. Tidak ada satu pun dari mereka yang setuju. Seperti itu juga dalam beragama. Nabi telah mewariskan sesuatu yang sempurna pada umatnya. Ketika kita menerima segalanya, lantas apa hak kita untuk mengub

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status