Share

Sebuah Perangkap

Author: AL Doank
last update Last Updated: 2025-06-11 22:09:18

Hutan timur diliputi kabut tebal, embun menggantung di pucuk dedaunan, dan tanah basah menyerap setiap jejak kaki. Di antara lebatnya pepohonan dan semak belukar, Yu Zhen melangkah dengan kehati-hatian seorang pemburu. Di punggungnya, sebilah pedang warisan sesepuh sekte tersembunyi dalam sarung kayu tua. Tubuhnya tinggi dan ramping, dengan sorot mata setajam elang. Rambut hitamnya terikat longgar ke belakang, menyisakan beberapa helai yang menempel di kening karena peluh.

Sejak kaburnya ia dari reruntuhan sekte Gunung Kelam, Yu Zhen tidak pernah benar-benar berhenti. Ia berpindah dari satu lembah ke lembah lain, menghindari perhatian dan menyusun siasat balas dendam. Tapi pagi itu, ia merasa sesuatu berbeda. Udara berbau logam, hawa di sekitarnya menekan, dan langkah kuda samar-samar terdengar dari utara.

"Mereka menemukanku... lebih cepat dari yang kuduga," gumamnya, menggenggam erat gagang pedangnya.

Di kejauhan, suara nyaring peluit membelah kesunyian. Seekor burung hitam beterban
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PEWARIS BAYANGAN TERAKHIR    Dua Pembunuh Bayangan

    Yu Zhen menggenggam mustika itu erat, napasnya masih memburu. Ia mengangguk perlahan. "Aku mengerti." Dalam sekejap, kabut putih itu lenyap, dan ia kembali berada di dalam gua yang sama. Seolah semua itu hanyalah mimpi, namun mustika di tangannya menjadi bukti nyata. Selama dua hari berikutnya, pemuda berparas tampan itu melanjutkan perjalanannya dengan penuh kehati-hatian. Ia mempelajari kekuatan mustika itu dan mulai mengatur strategi untuk perjalanan panjang menuju Gunung Huashan. Namun, pada hari ketiga setelah kejadian di gua terlarang itu, bahaya kembali menghampiri. Bahaya yang lebih mengerikan dibanding di dalam gua.Ketika Yu Zhen tengah melewati sebuah jalan setapak di pinggir sungai, dua bayangan berkelebat cepat dari balik pepohonan. Gerakan mereka nyaris tak bersuara, namun pewaris tahta sah Dinasti Han itu segera menyadarinya. Ia melompat mundur, mencabut tombaknya dan bersiaga.Dua sosok berjubah hitam muncul, berdiri sejajar dengan tubuh tegap dan kepala tertunduk.

  • PEWARIS BAYANGAN TERAKHIR    Batu Mustika

    Zhao Jian menatap Li Shimin dengan tajam. Bola matanya membulat sempurna. "Apa kau ingin jabatanku dicabut?" Li Shimin menundukkan kepala, diam tak berani membalas. "Kalau berita tentang pembantaian itu sampai ke telinga Kaisar, aku akan dianggap gagal menjaga stabilitas wilayah. Aku bisa dicopot, bahkan dihukum mati," lanjut Zhao Jian, suaranya pelan namun mengandung bahaya. "Kita selesaikan ini sendiri. Jangan ada laporan." Namun, senyum tipis perlahan muncul di wajahnya. Senyum yang tidak menyiratkan kekalahan, melainkan rencana baru yang telah terbit dalam pikirannya. "Aku masih punya kartu yang belum aku mainkan," gumamnya, lalu melirik ke arah dua sosok yang berdiri di sudut ruangan, terbungkus jubah hitam dari kepala hingga kaki. Mata mereka bagai jurang hitam yang mengintai dalam diam. "Hei, kalian berdua. Waktunya kalian turun tangan." Dua pendekar aliran hitam itu melangkah maju. Mereka adalah saudara kembar, dikenal sebagai Bayangan Kembar Neraka. Namanya: Hei Mo dan

  • PEWARIS BAYANGAN TERAKHIR    Penyisiran

    Meski penduduk desa sudah memberi tahu arah kepergian Yi Zhen, tapi Zhao Jian tidak begitu saja percaya. Ia langsung mengerahkan 20 ribu prajurit untuk menyisir sekeliling desa hingga radius 30 kilometer. Menurutnya, pembantaian terhadap prajurit dinasti Ming adalah kejahatan berat, dan harus ditemukan siapa pelakunya. Siapapun pemuda yang berparas tampan, harus dibawa untuk ditunjukkan kepada penduduk desa agar ditunjuk siapa pelakunya.Lima hari telah berlalu sejak kejadian di desa itu. Yu Zhen, yang tengah beristirahat di pinggir hutan sembari memanggang seekor ayam hutan hasil buruannya, duduk dengan tenang menikmati aroma daging yang mulai kecokelatan. Sore itu begitu damai, seolah dunia lupa bahwa ia kini adalah seorang buronan Dinasti Ming.Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Belum juga ia menyantap daging ayam hutan yang tak lama lagi matang, suara derap kaki kuda dan bentakan prajurit perlahan terdengar dari balik pepohonan. Yu Zhen menoleh santai, lalu kembali membalik

  • PEWARIS BAYANGAN TERAKHIR    Buronan

    Liang Hu mendesis kesakitan. napasnya tersengal-sengal, selayaknya manusia yang mengalami sakaratul maut. Tak ada harapan baginya untuk hidup lebih lama. Yu Zhen tertawa pelan begitu berada di dekat tubuh Liang Hu yang tergeletak tak berdaya. "Kau kira bisa kabur begitu saja setelah mengorbankan anak buahmu?" ucapnya, kemudian mencabut tombak pendek pemberian Mu Bai. Bersamaan dengan tercabutnya tombak dari punggung Liang Hu, nyawa pemimpin prajurit tersebut pun melayang. Helaan napas panjang meluncur deras dari bibir Yu Zhen. Bukan hembusan napas lega, melainkan beban berat yang harus dia pikul ke depannya. Pembunuhan yang dilakukannya terhadap prajurit dinasti Ming Kali Ini hanyalah pembuka dari rentetan kejadian yang akan dialaminya dalam membangkitkan kembali dinasti Han. Namun, satu hal saat ini yang harus dilakukannya ialah, memastikan kejadian pembantaian terhadap prajurit dinasti Ming tidak tersebar keluar desa. Cukup hanya warga desa saja yang tahu, sebab jika berita

  • PEWARIS BAYANGAN TERAKHIR    Pajak Tinggi

    Flash Back Satu hari sebelum kepergian Yu Zhen, Mu Bai memanggilnya untuk berbicara secara khusus. Kala itu, embun pagi masih menggantung di dedaunan, dan suara gemericik air dari sungai kecil di dekat gubuk mereka menambah kesyahduan suasana."Pangeran, ada satu hal penting yang belum kusampaikan padamu," kata Mu Bai sambil menyerahkan sebuah pedang yang terbungkus kain biru. Mata Yu Zhen membelalak saat Mu Bai membuka kain itu, menampakkan sebuah pedang panjang dengan ukiran naga kembar di bagian gagangnya.Yu Zhen menatap pedang di tangan Mu Bai. Ingatannya melayang jauh ke masa di saat ayahnya masih menjadi penguasa dinasti Han."Ini pedang milik ayah," bisik Yu Zhen, hatinya berdebar kencang.Mu Bai mengangguk. "Benar, Pangeran. 13 tahun lalu pedang ini dititipkan oleh Song Rui kepadaku, agar kelak kuberikan padamu di waktu yang tepat. Pedang ini adalah lambang sah pewaris Dinasti Han. Jika kau menunjukkan pedang ini kepada orang-orang yang nanti dikumpulkan Song Rui, mereka aka

  • PEWARIS BAYANGAN TERAKHIR    Permintaan sang Ayah

    Yu Zhen menerima gulungan surat itu dengan kedua tangan. Hatinya berdebar, rasa penasaran dan kegelisahan bercampur aduk dalam dadanya. Dengan hati-hati, ia membuka gulungan yang kertasnya sudah mulai menguning itu. Aroma khas kertas tua menyentuh inderanya, seolah membangkitkan kenangan yang selama ini terkubur dalam kegelapan.Tulisan tangan itu indah dan tegas, meski beberapa bagian sudah memudar. Namun Yu Zhen tetap bisa membacanya dengan jelas."Anakku, Yu Zhen ...""Jika kau membaca surat ini, maka itu berarti ayah dan ibumu telah tiada. Mungkin saat ini kau berada dalam pelarian, jauh dari istana, dan hidup dalam bayang-bayang musuh yang mengincarmu."Yu Zhen menghela napas panjang, matanya mulai berkaca-kaca. Ia melanjutkan membaca dengan gemetar."Kau mungkin belum mengerti sepenuhnya, tetapi dengarkanlah baik-baik. Dinasti Han bukanlah sekadar kerajaan. Ia adalah lambang perjuangan rakyat, warisan leluhur, dan benteng terakhir bagi mereka yang tertindas. Leluhur kita membang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status