Di dalam toilet.Leah akhirnya berhasil menemukan alasan untuk meninggalkan sisi Anwar. Saat berdiri di depan cermin rias, senyuman di wajahnya langsung menghilang. Dia sudah bersusah payah mendekati Anwar, tetapi pada akhirnya malah dijodohkan dengan seorang anak angkat. Mengingat mereka sudah meremehkannya, ekspresinya langsung menjadi muram.Saat Leah baru saja hendak melampiaskan kekesalannya, Verica masuk ke dalam dan langsung mengunci pintunya. "Kenapa? Berlari ke sini di depan umum, kelihatan nggak sopan.""Apa aku masih nggak cukup memalukan? Anak angkat saja mau dijodohkan denganku," kata Leah yang tidak berpura-pura menjadi wanita yang lembut dan anggun lagi saat melihat sekeliling kosong.Verica tersenyum dan berkata, "Pak Anwar bawa pulang anak angkat ini entah dari mana dan para tetua dari Keluarga Karim juga diam saja, berarti mereka sudah tahu sejak awal. Lagi pula, coba kamu perhatikan lagi baik-baik, wajah anak itu mirip dengan Pak Anwar, 'kan?"Begitu mendengar perkat
Dengan statusnya, Leah memang adalah calon yang paling memungkinkan untuk menjadi Nyonya Ketiga Keluarga Karim berikutnya. Sayangnya, perhitungan Janice dan Jason ternyata memeleset.Saat Janice sedang melamun, Ivy tiba-tiba menghampirinya dan menariknya pergi. "Ibu, ada apa?""Cepat ikut aku," jawab Ivy sambil buru-buru menarik Janice keluar dari aula pesta dengan panik.Setelah akhirnya berhenti di lobi hotel, Ivy memberi isyarat mata melirik ke arah area istirahat. "Kamu lihat itu?"Saat mengikuti arah pandangan Ivy, Janice melihat seorang wanita paruh baya mengenakan gaun hijau dengan hiasan manik-manik dan duduk di sofa sambil minum teh dengan anggun. Wajah wanita itu hampir tidak terlihat tua dari kejauhan, malahan tubuh dan kulitnya terlihat sangat terawat. Jika tidak sengaja mengamati wajahnya, orang-orang pasti akan mengira wanita itu masih muda. "Siapa dia?"Ivy melihat ke sekelilingnya, lalu berkata dengan makna ambigu, "Dia itu ibunya Yosep. Kamu mengerti maksudku, 'kan?"J
Janice tidak begitu mengerti maksud dari beberapa kalimat yang dikatakan Jason tadi.Sampai akhirnya, terdengar Anwar kembali berbicara. "Aku perkenalkan pada kalian, ini angkatku, Yosep."Begitu Anwar selesai mengatakan itu, seorang pria yang tinggi dan tegap masuk dari pintu samping. Setelan abu-abu yang dikenakannya membuatnya terlihat begitu gagah dan berwibawa.Saat melihat wajah pria itu, mata Janice langsung membelalak karena kaget. Wajah pria itu tampan dan familier. Dia pernah melihat foto-foto Anwar saat masih muda di kamar tidur Anwar. Pria di hadapannya ini sangat mirip dengan Anwar saat masih muda, terutama sepasang matanya itu yang sangat identik.Mendengar kata anak angkat, Janice teringat dengan beberapa hal yang pernah dikatakan Rensia padanya. Anwar juga pernah berjanji akan menjadikan Rensia sebagai putri Keluarga Karim dan menikah dengan mewah agar Rensia membantu menyingkirkannya. Namun, langkah awal adalah menjadikan Rensia sebagai anak angkat terlebih dahulu. Yan
Zachary memanggil Ivy.Saat itu, Ivy mengenakan gaun hitam yang longgar karena sedang hamil. Ekspresinya terlihat kurang mencolok, tetapi lebih lembut. Ditambah dengan senyumannya yang malu-malu dan penuh kebahagiaan, sehingga seluruh dirinya terlihat bersinar dan membuat para nyonya iri padanya.Perkataan Zachary langsung menarik kembali perhatian semua orang yang sebelumnya tertuju pada Leah.Setelah itu, Zachary menunjuk ke arah Janice. "Janice, naiklah."Janice menganggukkan kepala. Namun, saat hendak melangkah, dia baru menyadari tangan Amanda masih diletakkan di pundaknya. Dia pun menepis tangan Amanda dan berkata dengan pelan, "Bu Amanda, tolong minggir sebentar."Wajah Amanda langsung menjadi pucat, lalu perlahan-lahan menurunkan tangannya.Janice naik ke atas panggung dan memberi hormat pada para tamu di bawah panggung, lalu menerima mikrofon. "Semuanya, terima kasih. Pertama, aku ingin menjelaskan sesuatu lebih dulu, kehidupanku di Keluarga Karim sangat baik."Dia berpikir se
Janice terus mengamati jalan acara dengan cemas, takut ada sesuatu yang terjadi. Namun, hingga giliran perhiasan kenangan dilelang, semuanya tampak normal.Janice mengira semuanya sudah berakhir dengan tenang. Tak disangka, detik berikutnya Leah justru naik ke atas panggung.Dia tampil layaknya seorang desainer perhiasan, membahas cincin naga hasil desain Janice dengan penuh percaya diri, bahkan membuat beberapa analogi yang memukau. Para tamu penting di bawah panggung pun tampak puas.Sebelum ini, tidak ada satu orang pun yang memberi tahu Janice akan ada sesi seperti ini. Dia pun menoleh ke arah rekan-rekannya, tetapi mereka juga terlihat bingung. Seketika, satu nama terlintas di benaknya, Amanda.Benar saja, Amanda berdiri di sisi panggung, mengangguk puas. Jadi, Amanda memang sudah tahu sejak awal.Leah tampil sangat menonjol. Nama desainer pun sengaja tidak ditampilkan di layar. Sehingga banyak tamu yang tidak terlalu mengenal dunia perhiasan mulai beranggapan bahwa desainer cinci
"Yang paling penting, untuk menunjukkan bahwa hubungan kalian bersih dari pihak ketiga, selama setahun lebih ini jangan harap bisa pacaran dengan serius."Ucapan Chelsea memang benar. Saat dulu mereka bertunangan, yang tahu pun hanya sedikit. Kalau situasinya menjadi rumit, semua urusan akan ikut rumit. Inilah tujuan sebenarnya dari ibu dan anak Keluarga Azhara itu.Namun, Janice masih belum mengerti satu hal. Kenapa mereka ingin mengaitkan dirinya dengan Landon?Saat dia masih memikirkannya, Landon tiba-tiba tertawa pelan dan ekspresinya sulit ditebak. Janice pun bingung. "Ada apa?""Nggak apa-apa. Ayo masuk. Pak Jason pasti masih harus menyambut tamu," sahut Landon sambil menepuk bahu Jason, seolah-olah menyiratkan sesuatu.Janice merasa aneh, tetapi belum sempat bertanya lebih lanjut, Jason sudah menariknya pergi. "Jangan dengarkan ocehannya.""Ocehan apa?" Janice masih bingung.Namun, saat mereka masuk ke ruang utama, Janice langsung paham kenapa Landon tertawa tadi.Saat ini, Anwa