Jonas Benneton memandangi angka di mesin lift yang berubah seiring lantai yang dilalui hingga berhenti di angka 12 dan berbunyi, "TING." Dia segera keluar dan mencari pintu nomor 1212, Harry Thompson mengatakan bahwa wanita yang telah dia bayar senilai 20 ribu USD itu telah siap menunggu di dalam kamar tersebut.
Ada perasaan euforia yang menyerbu dirinya dan itu menyenangkan. Tanda clear warna hijau di mesin sensor kartu pengunci pintu muncul. Jonas pun segera menekan gagang pintu lalu masuk dan lekas menutupnya kembali. Sepasang mata berwarna turquois itu menyapu ruangan berpencahayaan remang-remang di hadapannya. Dan dia menemukan sosok yang diinginkan olehnya.
Alas sepatu fantofel yang dikenakan Jonas mengetuk-ngetuk lantai kayu dan menimbulkan ketegangan yang menggantung di dalam sana. Dada pria itu naik turun dengan cepat karena jantungnya memompa lebih deras dan berdegup kencang. Jemarinya meraih dagu wanita cantik yang mengenakan lingerie maroon tanpa bra dengan belahan paha gaun yang tinggi itu.
"Good evening, Missy!" ucap suara maskulin bariton yang sedikit serak itu kepada Audrey.
"Good evening, Sir!" jawab Audrey yang terdengar seperti mencicit panik. Jemari tangan hangat itu menelusuri garis wajahnya hingga bermuara ke bibir Audrey dan mengusap-usapnya perlahan. Jantung wanita itu serasa ingin melompat dari rongga dadanya karena tindakan kecil dari pria misterius teman kencan buta malam ini.
"So sexy ... hmm ... bagaimana aku memanggilmu, Nona?" Jonas duduk di samping Audrey dan melepas sepatu beserta kaos kakinya.
Dalam kegelapan yang menyelimuti dirinya, Audrey menjawab, "Panggil saja aku ... Honey, kita telah sepakat untuk tidak saling mengenal secara personal, bukan?"
Jonas menarik pergelangan tangan Audrey agar bangkit lalu membimbing tangan perempuan itu untuk melucuti kancing kemeja putihnya. Dia pun berkata, "Ohh ... good, kalau begitu aku akan menjadi partnermu dalam permainan menyenangkan malam ini. Panggil aku Bunny, seperti rima honey-bunny-sweety. Aku akan memperlakukanmu dengan cara yang manis, Honey ... hmm ... kuharap kamu juga bisa begitu kepadaku, okay?"
Senyum geli tersungging di bibir Audrey, kliennya agak lucu dan menarik. Dia yakin pria itu masih muda mungkin berusia sekitar tiga puluhan. Perlahan dia menyusurkan telapak tangannya di dada dan abdomen partnernya. Kencang, berlekuk-lekuk ototnya seperti dipahat di gym dengan latihan keras.
"Tubuhmu begitu indah, Bunny. Aku membayangkanmu seperti sosok Ironman, gagah dan mempesona!" rayu Audrey berusaha membuat mereka berdua nyaman satu sama lain. Gesper sabuk dan resleting pria itu dia lucuti hingga kain mahal yang membungkus tungkai panjang berotot padat dan berbulu lebat itu luruh ke lantai.
"Ohh ya? Senang mendengarnya, Honey. Sepertinya partnerku kali ini memang istimewa, aku menyukaimu!" balas Jonas seraya menarik punggung Audrey agar duduk berhadapan di pangkuan pahanya.
Telunjuk Jonas mengait tali setipis spagetti yang menahan lingerie yang dikenakan Audrey. Suara terkesiap meluncur tanpa sengaja dari bibir perempuan itu ketika suhu dingin ruangan ber-AC menyapa pucuk bulatan kembar miliknya.
"Damn, you're so beautiful, Honey!" Sepasang mata Jonas berbinar penuh kekaguman memandangi temuannya baru saja.
Audrey tertawa pelan mendengar pujian pria misterius tersebut. Tentu saja, tubuh seorang model brand pakaian dalam ternama tak mungkin bercela, pastinya sangat mempesona mata kaum Adam. Hanya saja baru kali ini dia mengizinkan pria selain suaminya untuk menyentuh tubuhnya.
"Aku milikmu malam ini, Sir!" jawab Audrey pelan, dia merasa kliennya sungkan untuk menyentuhnya karena hanya terdiam saja selama beberapa puluh detik.
"Ohh yeah, pasti. Sebaiknya aku mulai saja, Honey!" jawab Jonas sebelum dia membenamkan mulutnya ke pucuk bulatan penuh di hadapannya.
Audrey melenguh seraya melengkungkan tulang punggungnya. Setahun lamanya dia tak terjamah oleh siapa pun. Cara Jonas menyapukan lidah lembutnya membuatnya gila dan mendambakan sesuatu yang lebih lagi.
Aroma manis vanilla dan rosemary disusul bergamot segar menguar dari kulit sehalus sutra pilihan itu. Jonas merasa akal sehatnya melayang entah ke mana, hanya ada hasrat yang merajai jiwa raganya. Miliknya menegang dan sangat keras menyiksa di balik celana boxernya.
Ketika telapak tangannya menyusup ke dalam kain satin berwarna maroon yang licin itu, dia menemukan gstring tipis di bagian pribadi wanita bayarannya. "Honey, coba berdiri sebentar!" pinta Jonas, dia menarik turun lingerie itu hingga teronggok di lantai.
Air liur serasa ingin menetes saja saat dia memandangi sosok Audrey yang hanya terbalut gstring tipis warna hitam. Kulit mulus wanita itu berwarna kecoklatan dan bukan pucat. Jonas merasa bahwa partnernya yang misterius bukan sekadar wanita penghibur biasa, ada yang berbeda yang membuatnya penasaran. Sayang ini kencan buta tanpa boleh menanyakan identitas pasangannya.
"Apa bisa kamu melepas sendiri gstring itu? Aku menunggumu di ranjang, berbaringlah setelah ini!" pinta Jonas dengan devilish smirk di wajah tampannya. Rasanya dia seperti sedang menikmati pertunjukan striptease tanpa musik ketika Audrey melepaskan sisa penutup tubuh terakhirnya.
Dengan langkah maju ke depan, Audrey mengulurkan tangannya untuk menggapai tempat tidur. Namun, di luar perkiraannya justru Jonas menyambar tangannya lalu membanting tubuh Audrey hingga jatuh terlentang di atas ranjang. Detik selanjutnya dia tak sanggup menahan diri untuk tidak mendesah karena perlakuan Jonas.
Sentuhan yakin yang tak meluputkan setiap titik sensitifnya membuat Audrey melayang-layang dalam kenikmatan surga dunia. Partner permainan ranjangnya memang sangat ahli memperlakukan wanita.
"Aku akan memasukimu sekarang, Honey. Kuharap kau suka menu utama yang kuberikan!" bisik Jonas sembari menyapukan lidahnya di lekuk-lekuk daun telinga Audrey.
"Please ... aakh!" ucap Audrey dengan dada yang naik turun cepat dan napas tak beraturan.
Jonas meraba lipatan lembut yang sudah sangat basah itu dengan jemari tangannya. Dia membuka lebar tungkai indah wanita di bawah tubuhnya itu. Miliknya sudah keras dan siap bertarung hingga akhir.
"Aaarghh!" pekik Audrey saat benda besar memanjang itu menerobos miliknya yang sempit. Tubuhnya berayun ritmis bersama dorongan dari badan kekar Jonas.
"Apa kau suka, Honey?" tanya Jonas sembari mendesis penuh kenikmatan. Dia telah berpuasa selama enam bulan karena Isabella MacConnor. Sensasi penyatuan raga pertamanya terasa dahsyat dan memukul telak seluruh panca inderanya.
Audrey menggigit bibir bawahnya karena ingin menjerit-jerit setiap kali hunjaman dalam itu diterimanya. Pria misterius itu sangat jantan dan berstamina.
"Yeahh ... aku suka!" jawab Audrey jujur.
"Baiklah, aku akan memberikannya semalaman untukmu. Tentu saja dengan lembut dan hati-hati agar kita sama-sama bisa menikmatinya, Honey. Ughh ... sempit sekali!" ujar Jonas sesekali memejamkan matanya saat mengayun dan mendorong maju.
Audrey memekik dan terisak-isak saat menggapai puncak serta meluapkan cairan kenikmatannya dengan deras di bawah kungkungan badan kekar Jonas. Namun, itu baru yang pertama.
Sepanjang malam hingga nyaris fajar menyingsing, pasangan kencan buta itu tak henti-hentinya bergumul panas di atas ranjang. Jonas tak sungkan meminta berbagai posisi kepada Audrey, dia merasa nyaman dan mulai terbiasa dengan kehadiran wanita itu sebagai pemuas hasratnya.
Dari balik penutup matanya, Audrey sama sekali tidak melihat seperti apa rupa Jonas. Dia hanya bisa puas merasakan sentuhan pria itu yang membuat jiwanya serasa hidup kembali setelah setahun penuh derita dan dicekam kekuatiran setiap saat.
Mereka berhenti bergumul di atas ranjang setelah sama-sama kehabisan tenaga dan hanya bisa terlelap saling memeluk. Sementara di atas langit Texas, sang surya mulai memancarkan sinarnya menggantikan gelap malam.
Skylar dan Shine yang telah siap untuk naik ke panggung pertunjukan talent show sekolah dasar siang itu masih menantikan kehadiran sosok ayah mereka."Apa dad terjebak kemacetan lalu lintas?" tanya Skylar ke saudari kembarnya.Shine menghela napas melihat mata biru Skylar yang berkaca-kaca. Dia menghibur kembarannya itu seraya berkata, "Entahlah, kita berdoa saja agar dad bisa segera tiba!" Pembawa acara talent show mengumumkan pertunjukan tari balet berpasangan bertema Swan Lake Dance. Kedua putri kembar Jonas-Audrey mulai naik ke pentas di balik tirai hitam yang masih menutup panggung. Musik rekaman orkestra mengalun merdu seiring tirai yang terangkat ke atas.Tepuk tangan riuh dari para penonton yang sebagian besar adalah orang tua siswa-siswi SD tersebut membahana di auditorium. Sekilas Skylar dan Shine menatap ke bangku penonton, mereka pun tersenyum ceria karena sang ayah tercinta duduk di baris terdepan membawa handicam bersebelahan dengan mommy serta kedua kakak laki-laki mer
Delapan tahun kemudian."Daddy, besok adalah hari pertunjukan balet kami di sekolah. Apa Daddy bisa datang untuk melihat kami menari?" seru Skylar sambil memperagakan gaya tari balet yang telah dia latih bersama Shine sebulan terakhir ini."Wow, tentu saja, Baby Girl! Daddy bangga kepada kalian!" jawab Jonas sembari merangkul bahu kedua putri kembarnya sepulang kantor. Audrey tahu suaminya pasti lelah setelah seharian bekerja lalu berkata kepada gadis-gadis ciliknya, "Sky, Shine, biarkan daddy kalian mandi sebentar ya. Kita bertemu di ruang makan pukul 19.30, okay?" "Okay, Mommy!" sahut Skylar dan Shine serempak lalu mereka berlari-lari riang ke ruang keluarga untuk menonton serial kartun Nickelodeon favorit mereka. Kedua kakak laki-laki mereka sedang berada di kamar Shawn yang sulung untuk merakit miniatur kota Houston. Permainan lego edisi spesial limited edition itu dibelikan Jonas sebagai hadiah untuk Shawn dan Anthony yang meraih ranking satu di kelas masing-masing. Kedua putr
Jonas tak mampu menghilangkan seringai konyol dari wajah tampannya sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya di Woodlands. Istrinya berusaha untuk mengabaikan hal itu, tapi tak bisa. Audrey akhirnya tertawa seraya berkata, "Hubby, nanti otot wajahmu kram karena terlalu banyak tersenyum lebar seperti itu.""Ohh ... aku sangat gembira. Mungkin pria paling bahagia di planet ini!" jawab Jonas terkekeh. Audrey pun tahu alasannya, suaminya itu sangat mendambakan kehadiran anak perempuan. Dan dia baru saja mendapat berita sepasang anak kembar di rahim istrinya. Sekalipun belum pasti jenis kelaminnya, tetapi jikalau benar itu perempuan tentu saja Jonas semakin senang."Okay, aku ingin bertanya kepadamu. Seandainya anak ini perempuan dua-duanya, akan diberi nama siapa, Hubby?" tanya Audrey iseng."Aku sudah memiliki nama panggilan yang cocok untuk mereka berdua. Skylar dan Shine!" jawab Jonas dengan yakin."Nama yang cantik dan bermakna! Hanya Anthony yang memiliki inisial A. Nanti dia sedih ka
Waktu mengalir begitu deras dari hari ke hari berikutnya, Jonas masih saja memuja istrinya bagaikan titisan dewi cinta. Perubahan tubuh Audrey yang lebih menebal di beberapa tempat tidak menyurutkan perasaan cinta suaminya setelah mengarungi kehidupan bersama dengan terpaan badai problematika yang wajar terjadi dalam berumah tangga.Godaan wanita-wanita yang silau akan harta ke suaminya tak terhitung banyaknya. Audrey berusaha memaklumi hal itu setiap kali dia diminta Jonas mendampinginya ke pesta kalangan atas. Para wanita berlomba-lomba mencari perhatian Jonas dan juga mengajak berdansa. Seperti malam ini ketika mereka menghadiri pesta anniversary pasangan MacConnor senior. Orang tua Isabella telah berhasil melalui 30 tahun pernikahan dengan setia satu sama lain. Pesta dansa megah diselenggarakan di ballroom Hotel Royal Triumph Houston. "Jonas, kuharap kau bisa menemaniku berdansa sekali saja!" ujar Kathrine MacLewis seraya menaruh tangannya di lekuk lengan suami Audrey."Ehm ...
Setahun telah berlalu semenjak bulan madu pasangan Benneton ke Eropa. Seorang putra kecil telah hadir lagi di keluarga Jonas dan Audrey. Sementara Shawn telah berusia hampir dua tahun. Kini keluarga kecil itu telah memiliki dua orang anak yang usianya tak terpaut jauh."Audrey, sepertinya aku harus menanyakan kepada dokter kandungan tentang cara mendapatkan anak perempuan. Bisa jadi aku terlalu perkasa jadi kedua keturunanku laki-laki semua!" ujar Jonas sambil menimang-nimang putra keduanya di kamar tidur usai disusui oleh Audrey."Ohh ... ayolah, masa kau sudah memikirkan tentang anak ketiga, Jonas! Aku ingin jeda hamil dan melahirkan setidaknya dua tahun, kumohon!" rengek Audrey nyaris menangis. Dia merasa tubuhnya terlalu lelah dengan aktivitas merawat newborn.Maka Jonas pun membaringkan Anthony Clark Benneton yang telah tertidur pulas di tempat tidur bayi. Kemudian dia duduk di tepi ranjang merangkul bahu Audrey. "Maafkan aku kalau terlalu antusias memiliki banyak anak, Darling.
Perjalanan bulan madu Jonas dan Audrey ke Swiss dan Italia dilalui dengan banyak kenangan manis. Mereka kembali ke Texas setelah seminggu lamanya berada di benua biru itu dan hari selanjutnya Jonas mulai bekerja normal di kantor seperti sedia kala. Audrey di rumah mengurus Shawn sekaligus beristirahat pasca liburan panjang yang cukup melelahkan. Dia menyadari bahwa jadwal menstruasinya terlambat dari tanggal yang seharusnya. Nampaknya dengan segala aktivitas ranjang yang dia jalani bersama Jonas setiap hari tanpa absen, kehamilan kedua terasa nyata di depan mata. "TING TONG." Pelayan rumah Audrey bergegas membukakan pintu untuk tamu yang berkunjung siang itu. Namun, ternyata bukan tamu melainkan seorang tukang pos yang mengirimkan sepucuk surat. "Hello, Miss. Ada surat untuk Nyonya Audrey Newman. Apakah benar tempat tinggalnya di sini?" ujar tukang pos berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengulurkan sepucuk surat beramplop putih yang tidak terlalu tebal dengan tulisan tangan."O