Home / Urban / SABDA: Putra Sang Jenderal / Penguntit Itu Adalah ...

Share

Penguntit Itu Adalah ...

Author: WN. Nirwan
last update Last Updated: 2025-06-23 21:00:20

Sarah sudah tiga kali berbelok ke kiri, namun sedan berwarna putih itu tetap berada di belakang mobil yang ia kendarai dalam jarak hanya terpaut kurang dari dua ratus meter.

Rimba menengok ke belakang, berusaha melihat, siapa sosok di balik kemudi sedan tersebut. Namun kaca depannya terlalu gelap. Apalagi, tampaknya sang pengemudi mengenakan topi dan kacamata hitam hingga semakin sulit dikenali.

Sarah melirik saat menyadari bahwa Rimba berusaha berbicara dengannya.

“Biar aku yang tangani.”

Sarah mengangguk. Ia pun membawa mobil melalui jalur trans yang akan membawa mereka ke pinggiran kota. Sebab, di sanalah Rimba bisa dengan leluasa ‘menangani’ penguntit tersebut.

Sesuai dugaan, sedan itu mengikuti Sarah dan Rimba hingga ke pinggiran kota. Sementara Sarah mengendarai mobil, Rimba menatap tajam ke luar, mencari tahu lokasi yang tepat untuk ‘menangani’ penguntit itu.

Akhirnya, Rimba menunjuk sebuah

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Undangan

    Widya mengambil cuti tiga hari setelah kepergian Bunda untuk selamanya. Selama tidak masuk kantor, ia melakukan apa yang ia bisa untuk membantu mereka yang ditinggalkan. Mengurus tahlilan hingga menyumbang waktu, tenaga dan uang demi keberlangsungan panti asuhan.Kepala panti asuhan yang baru, salah seorang pengasuh yang sebelumnya dibayar oleh Sarah dan Rimba untuk memberikan informasi yang mereka butuhkan, sangat berterima kasih pada Widya. Hingga saat Widya pamit hendak pulang ke kota tempatnya tinggal, segenap penghuni panti asuhan--termasuk puluhan anak-anak—melepasnya hingga di tepi jalan.Sarah yang menunggu di dalam mobil, menyaksikan dengan takjub.“Mereka sayang sekali padamu. Bagaimana kalau bertugas di kota ini saja agar bisa dekat mereka?” usul Sarah saat Widya memasuki mobil.“Justru aku harus menjauh sementara dari mereka. Aku tidak mau mereka jadi korban seperti Bunda,” balas Widya sambil mengenakan sabuk peng

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Pembunuhan Bunda

    Sesungguhnya, Sakti tidak menyangka bahwa apa yang ia lakukan semalam, bisa membawa dampak sebesar itu. Sakti hanya menumpahkan sumpah serapah karena terlalu marah, namun akhirnya membawa kematian bagi Bunda.Semalam, setelah meninggalkan rumah keluarga Rinto, Sakti menelepon Bunda dengan menggunakan ponsel lamanya. Ia hendak melakukan sesuatu, namun tak ingin meninggalkan jejak. Sehingga, menggunakan ponsel dengan nomor yang tidak diketahui oleh Bunda menjadi pilihannya.Pada awalnya, Bunda menjawab panggilan Sakti dengan perasaan bahagia dan haru. Maklum, semenjak Widya menikah dengan Rinto, Sakti tak pernah lagi menghubungi Bunda. Anak itu seperti lenyap begitu saja dari kehidupan Bunda.Tanya jawab di antara ibu dan anak asuh tersebut pada awalnya hanya mengenai apa yang Bunda bicarakan dengan Widya dan kawan-kawan. Pada awalnya, Bunda tidak membicarakan dengan jelas apa saja yang telah beliau katakan pada Widya. Wanita tua itu jelas tak ingin membuat Sakti

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Melepas Bunda

    Kematian tragis Bunda membuat Widya dan kawan-kawan terpaksa kembali ke panti asuhan. Sebagai polisi, Widya dan Rinto sadar bahwa mereka kemungkinan dapat dijadikan saksi dalam penyelidikan kasus menimpa Bunda. Sebab, mereka termasuk orang-orang terakhir yang bertemu dengan Bunda sebelum kepala panti asuhan itu meninggal dunia.“Tidak ada tanda-tanda paksaan mau pun kekerasan yang ditemukan. Jika pihak keluarga dan kerabat mengizinkan, maka akan dilakukan otopsi untuk memastikan penyebab kematian,” kata Rinto pada Sarah dan Rimba setelah dimintai keterangan oleh kepolisian setempat.“Jadi, kepala panti—maksudku, Bunda memang melakukan tindak bunuh diri?” simpul Sarah.Rinto tidak menyahut. Ia menoleh pada Widya yang tengah dimintai keterangan.Informasi dari Widya digali lebih dalam karena dia adalah salah seorang yang paling mengenal Bunda. Sehingga, saat tiga orang lainnya sudah selesai diwawancarai, Widya masih memberikan

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Saat Rimba Berbicara

    Pada pukul sebelas malam, Rinto, Widya, Sarah dan Rimba memutuskan untuk beristirahat sebelum keluar dari hotel keesokan harinya. Rimba melenggang keluar kamar untuk memberi kesempatan pada para wanita beristirahat. Namun Rinto tak bergeming dari tempatnya duduk.Sikap polisi tersebut tentu saja membuat tiga orang lainnya memandang heran. Dari ambang pintu, Rimba mengisyaratkan agar Rinto ikut dengannya menuju ke kamar sebelah.Sedangkan Sarah bertanya pada Rinto, “kami mau tidur. Kenapa belum ke kamar sebelah?”Di luar dugaan, Rinto justru balas menatap keheranan.“Sudah jelas, bukan? Malam ini, aku akan tidur di kamar ini dengan Widya. Kami ‘kan suami istri.”Sarah membelalak mendengar jawaban yang tidak punya malu itu, sementara Widya hanya menampakkan wajah bingung.“Bukannya kalian berdua dalam proses perceraian? Jadi sebaiknya tidur di kamar terpisah,” tukas Sarah.“Kau saja yang t

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Perhitungan

    Tujuh puluh dua panggilan dan dua puluh tujuh pesan dari Sakti, diabaikan oleh Widya. Ada apa sebenarnya? Mengapa Widya menolak berkomunikasi dengan Sakti?“Aargh!”Sakti merutuk, memukul kemudi mobil. Setelah mengunjungi rumah Widya, ternyata rumah itu kosong. Lampu yang menyala hanya lampu di depan dan di belakang. Tidak ada tanda-tanda kehadiran penghuninya sama sekali.Jangan-jangan, Widya sengaja menolak bertemu dengan Sakti lagi, sehingga menghindar dari janji makan malam bersama? Kalau benar, lantas di mana Widya saat ini? Apakah dia bersembunyi di rumah keluarga Rinto?Sakti mendengus. Tidak ada salahnya mencari Widya di rumah perebut adik kesayangannya itu. Barangkali, Widya memang berada di sana.Sakti bergerak menuju ke rumah keluarga Rinto. Dalam perjalanan, ia tetap berusaha menghubungi Widya. Berharap wanita yang paling dicintainya itu mau menjawab panggilannya.Saat tiba di rumah keluarga Rinto, rumah itu tampak le

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Sidik Jari Ketujuh dan Harapan yang Pupus

    Menjelang malam, Rinto memutuskan untuk menginap di sebuah penginapan kecil. Rencananya, mereka akan melanjutkan perjalanan lagi saat subuh menjelang.Hanya dua kamar yang tersedia, sehingga mereka harus berbagi ruang. Usai makan malam, pasangan polisi dan penyelidik itu berkumpul di salah satu kamar untuk membahas perkembangan terbaru kasus yang diduga melibatkan Sakti tersebut.“Aku meminta temanku untuk memeriksa ruangan tempatku menyimpan barang-barang Widya empat hari yang lalu. Ruangan itu sebenarnya bekas kamarku dan adikku saat masih kecil dan selalu terkunci. Jadi, yang bisa masuk ke situ hanya penghuni rumah dan orang-orang yang diberi akses ke sana,” ujar Rinto membuka pembahasan.Selain Rinto sendiri, penghuni rumah tersebut adalah kedua orang tuanya dan adik laki-lakinya. Sementara di dalam ruangan tersebut, ditemukan sidik jari yang dimiliki oleh lebih dari empat orang.Melalui pemeriksaan di daun dan perabotan masa kecil Rinto d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status