"Hmm. Jumlah pasukan mereka hampir dua kali lipat, dari pasukkan kerajaan Marapat..!' bathin Elang terkejut. Padahal tadi dia melihat di wilayah perbatasan Shaba dan Pangkah. Jika ada sekitar puluhan ribu lebih pasukkan tlatah Palapa. Dengan demikian berarti total pasukkan Tlatah Palapa, yang telah masuk dan berada di Tlatah Kalpataru sebenarnya berjumlah 20 ribu pasukkan lebih..! Gila..! Ya, 20 ribu pasukkan adalah jumlah yang sangat besar di masa itu. Karena memang jumlah penduduk di masa itu, tentulah tak sepadat masa sesudahnya. Elang juga melihat beberapa orang tokoh, yang tampak berada di barisan depan pasukkan itu. Diantara orang yang dikenali oleh Elang, adalah Ki Ranuwulung dan Ki Sardujagat. Slaph..! Elang kembali melesat menuju ke kotaraja Marapat. Untuk memberi tahukan hasil pantauannya, pada sang Raja dan para Panglima perang kerajaan Marapat. Taph..! Elang mendarat di depan gerbang istana, dan dia langsung di persilahkan masuk oleh pengawal istana. "Salam Paduka
"Kyaarrghsk..!" Ki Naga Merah kembali keluarkan pekikkannya, saat mereka telah tiba di atas istana Marapat. "Tetaplah berjaga di atas istana ini Ki Naga Merah. Nyi Naga Biru..!" ucap Elang pada Ki Naga Merah, seraya berseru memanggil Nyi Naga Biru keluar dari cincin Naga Asmaranya. Blaashp..! "Kyaarghsk..!!" muncul Nyi Naga Biru, yang langsung melayang berputar di atas istana itu bersama Ki Naga Merah. "Nyi Naga Biru, temani Ki Naga Merah berjaga di atas istana Marapat ini..!" seru Elang. "Kyaarghks..!" pekik nyaring Nyi Naga Biru terdengar, seolah mengerti perintah tuannya itu. Slaph..! Elang melesat turun ke halaman istana Marapat. Taph..! Elang mendarat ringan di halaman istana, yang saat itu dijaga oleh ratusan prajurit Marapat. Sementara ribuan prajurit lainnya telah berjaga di perbatasan Kotaraja Marapat. "Hei..! Ahh..! Rupanya Pendekar Penembus Batas datang..!!" seorang prajurit berteriak kaget, saat melihat sebuah sosok mendarat. Namun wajahnya berubah tersenyum gem
Hingga akhirnya hanya tersisa Begawan Sempani, yang sedang bertarung sengit dengan Ki Ranuwulung. Dan ada juga Nyi Kedasih, yang nampak tengah di atas angin melawan Nyi Sekarwati. Surapati hentikan serangannya, dia merasa sudah cukup membantai para pendekar Tlatah Kalpataru. Kini dia hanya menonton saja pertarungan Ki Ranuwulung dan Begawan Sempani, yang nampak cukup imbang itu. Sementara terhadap Kedasih dia masih ada rasa rikuh. Karena biar bagaimanapun juga, dia pernah melewati saat-saat kebersamaan, dengan wanita matang yang masih jelita itu. Sementara Panglima Bagus Tuah dan Panglima Bayang Mentari terus memimpin pasukkan Tlatah Palapa. Pasukan Tlatah Palapa kini telah turun semua ke daratan, dan tengah menggempur pasukkan kerajaan Marapat yang kewalahan. Datangnya pasukkan bantuan 2500 prajurit yang dipimpin Senopati Walanda. Ternyata tak berarti banyak, untuk menghadang laju gempuran bergelombang pasukkan Tlatah Palapa. "Mundurr..!! Kembali masuk ke kotaraja..!!" teriak
"Hiaahh..!" Byaarshk..! Scraatzsh..!! Surapati pun berseru keras, saat melihat datangnya serangan dari Bogananta. Aji 'Rajawali Bentur Bumi' segera diterapkannya. Kedua tangannya langsung membentuk cakar, yang seketika telah diselubungi gumpalan kobaran api hitam pekat. Dia kerahkan 55% powernya yang tersisa saat itu. Akibat energinya yang terkuras, dalam pertarungannya melawan Resi Narayaka. Dan ... Khraa - Blaarrghks..!!! Benturan dahsyat kedua pukulan terjadi. Udara sekitar kembali meledak pecah, menebarkan gelombang hempasan hawa pukulan ke segala arah. Spyaarsshk..!! Weersshk..!! Asap hitam pekat mengepul, di sekeliling area benturan dua pukulan dahsyat itu. "Huughs..! Cuhh..!" kembali mulut Surapati mengalirkan darah, akibat getaran keras energi dalam dadanya. Segera diludahkannya darah yang menggumpal di tenggorokkannya itu. Lalu dia pun langsung bersila dalam posisi melayang. Mengatur nafas dan olah hawa murni dalam dirinya. "Haarghks..!" Wushhh..! Bogananta langsun
"Cukup..! Aku tak punya banyak waktu, untuk meladenimu Kakek Tua..! Kita langsung saja ke pamungkas kita..!" tantang Surapati angkuh. Walau dalam hati Surapati mengakui, jika power kakek tua ini lebih tinggi setingkat. Bila dibandingkan dengan Ki Naga Bumi, yang dihadapinya di perbatasan wilayah Pangkah tempo hari. Karenanya dia siap mengerahkan 4/5 powernya, untuk menghantam Resi Narayaka dengan pukulan terakhirnya. "Baik..!" sahut Resi Narayaka setuju. Karena dia merasa akan rugi sendiri, jika terus melayani pertarungan jurus dengan Surapati. Staminanya tentu saja akan cepat terkuras, mengingat usianya yang jauh di atas lawannya, yang tampak belum ada separuh baya itu. "Hupsh..!" Byaarshk..! Resi Narayaka ledakkan energi puncaknya, aji pamungkas 'Pusaran Samudera Langit' siap diterapkannya. Spyarrrsshk..!! Weershk..! Cahaya biru terang seketika menyelubungi sosoknya bagai balon raksasa. Ombak laut di sekitar sosoknya juga langsung ambyar, tersapu gelombang melingkar yang men
"Kalian semua terus lanjutkan penyerangan sesuai rencana..! Biarlah si Kakek Tua ini jadi bagianku..!" seru lantang Surapati. 'Demi Hyang Widhi Yang Agung..! Power orang ini begitu mengerikkan dan diluar akal..! Dia bagaikan telah mencapai energi keheningan 200 tahun lebih..! Namun aura heningnya begitu gelap dan pekat..! Sepertinya Kalpataru benar-benar akan berduka kali ini..!' seru bathin Resi Narayaka terkejut ngeri. "Siapakah kau orang muda..?! Jangan bersembunyi dibalik wajah yang bukan milikmu..!" seru Resi Narayaka, dia melihat Surapati yang memakai wajah orang lain. "Hahahaa..! Untuk orang yang akan mati sepertimu, baiklah akan kutarik aji 'Malih Rupa'ku..!" Blasshhp..! Surapati terbahak, lalu nampaklah asap putih pekat menyelubungi sosoknya. Dan saat asap putih pekat itu memudar, nampaklah Surapati dalam sosok sebenarnya. Sementara kapal-kapal terus melaju cepat, meninggalkan dua sosok yang berdiri melayang di atas permukaan laut itu. "Awass..!! Kapal-kapal musuh masu