Namun Angga tahu bahwa seks dengan Nana adalah yang terbaik ketika dia bisa membawanya keluar batas dan membuat wanita itu tak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Sambil mengikat dasi di leher wanita itu, Angga justru malah meraih payudaranya. Membelainya dengan cara yang lembut, memanjakannya dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dia kehendaki tetapi masih bisa wanita itu nikmati. “Kau benar-benar murid yang mesum, Nana. Berani memintaku padahal kau sedang dihukum.”Buku-buku jari Nana memutih ketika Angga terus membelainya tiada hendi. Tubuhnya mulai dipenuhi dengan keringat dari balik seragam yang dia kenakan, setiap detik dan menit yang mereka lewati bersama terasa semakin panas. Angga menjepit puncak payudaranya dengan mudah dari balik branya tanpa keinginan untuk melepaskannya, cara pria itu mematik gairahnya membuat Nana dibuat melayang. Terlebih ketika si pemuda menggigit telinganya.Angga membenamkan wajahnya di rambut Nana dan menyelipkan penisnya diantara paha Nana y
Nana mengerang, tatkala Angga memukuknya dengan tongkat kayu yang ada di tangannya. Sejujurnya dia suka sekali melakukan hal yang tidak senonoh dan tidak ada yang bisa memahami hasratnya yang cenderung agak masokis selain Angga. “Pukul aku lebih keras lagi, Pak Guru.”PLAKPLAKPLAKPantat Nana seketika berubah warna menjadi warna merah. Pria itu memberikan apa yang Nana inginkan dengan sukarela. Setelahnya, pria itu menjauh dari Nana dan meletakan tongkat yang beberapa saat lalu dia gunakan untuk memukul wanita itu.Pemuda itu menatap pantat Nana yang memerah dan tubuhnya gemetar karena nafsu dan rasa bangga. Dia mengagumi kanvas sempurna yang dia ciptakan. Dia menglurkan tangan, sekadar membelai celah basah Nana. Angga menjilat bibirnya begitu merasakan sensasi panas yang licin. “Kau siap menerima hukuman lagi?”Nana melepaskan kacamata yang dia kenakan di samping, seringainya melebar ketika pikirannya telah dipenuhi dengan fantasi kotor tentang apa yang akan dilakukan oleh Angga te
Seorang perawat pria membuka pintu klinik ketika Angga mengetuk pintu masuknya lantaran tempat itu sudah diberi label ‘tutup’ dari dalam. Begitu melihat sosok Angga, pria itu tersenyum simpul. “Halo, hendak bertemu dengan Bu Nana?” tanyanya ramah.Sambil menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal, Angga mengangguk. “Ya, Bu Nana memintaku datang,” katanya.Setelah Angga terjun ke dalam bisnis pemuas nafsu wanita. Nana adalah salah satu pelanggannya yang paling sering menggunakannya. Nyaris setara dengan Agna dan Tia. Angga sudah tidak lagi terkejut melihat seberapa sering banyaknya uang masuk dari wanita itu untuk menyewanya meskipun ditengah gempuran pekerjaannya. Barangkali pertemuannya dengan Angga sudah terbilang bagian dari hiburan di sela kesibukan? Entahlah Angga tidak mau berasumsi.Si perawat yang sudah tahu hubungan macam apa yang terjalin antara dirinya dan sang dokter wanita hanya tertawa riang. Pria itu kemudian menuntun Angga masuk ke dalam. “Kau pasti sangat hebat, samp
“Maaf,” gumam Angga. “Aku tidak bisa menahannya.”Otot-ototnya menegang untuk mengatasi hentakan yang tak henti-hentinya. Kedua matanya terpaku pada ekspresi wajah yang Tia buat. Namun begitu wanita itu terkikik, Angga merasakan kelegaan luar biasa menyerbu dalam dirinya.“Oh tidak apa-apa.” Sambil terengah, Tia kembali melihat ke bawah dimana bagian bawah tubuhnya menyatu dengan milik si pemuda. Dia terpacu untuk kembali menungganginya dengan lebih cepat. Dan melihat bagaimana bagian itu keluar masuk dalam vaginanya, membuat Tia kian bergairah. “Oh yess!” Dia berteriak tatkala tiba-tiba saja milik Angga berhasil menggesek G-spot-nya. Suara pantat Tia yang menampar pangkuan Angga memenuhi ruangan di ikuti oleh erangan keduanya.Kedua mata Angga membelalak ketika, dinding bagian dalam wanita itu mengepal di sekitar batangnya sebagai respon rangsangan yang tidak ada hentinya. Penisnya berkedut dan berdenyut di dalam diri Tia dalam setiap benturan yang tercipta. “Astaga, Tia … kau bisa m
Tia lantas berdiri dari posisinya dan kemudian menyeringai dengan cara yang seduktif kepada Angga. “Duduk disitu dan lihat aku,” perintahnya pada si pemuda.Senyum Angga melebar ketika wanita itu memberinya perintah, jelas menikmati kepercayaan diri Tia yang dinamis. Dia duduk dengan tenang di tepi ranjang, merentangkan kedua kakinya dengan cara menggoda sambil menatap Tia dengan tatapan penuh kekaguman.“Tentu saja, tunjukan padaku apa yang ingin kau perlihatkan, Tia.” Suara si pemuda merendah dan serak, penuh dengan antisipasi. “Siapa tahu aku akan ikut bergabung jika kau menampilkan sesuatu yang menarik,” tambahnya lagi seraya mengedipkan mata menjelaskan bahwa pemuda itu mengharapkan sebuah penampilan yang erotis.“Kalau begitu, jangan lakukan apapun dan lihat lah saja,” sahutnya.Tia berbalik perlahan, lalu dia membungkukan tubuhnya sedikit kedepan. Menampilkan seluruh lekuk tubuhnya yang menggoda tepat di depan muka si pemuda yang kedua matanya dipenuhi dengan gairah. Kedua tang
Pelan tapi pasti pria itu menarik ke atas kaos yang dia kenakan. Menampakan pemandangan dadanya yang bidang dan berotot. Dia sedikit mendorong tubuhnya agak ke depan sehingga bagian celananya yang menyembul tepat berada di depan mulut Tia.Kedua mata Tia berkedip cepat mendapati aksi tak senonoh yang pria itu tampilkan di atasnya. Bahkan saat dia mengangkangi wajahnya seperti ini, membuat wanita itu tidak tanpa sadar menjilat bibir bawahnya. Kedua tangannya masih terikat dengan sabuk sang pria. Sehingga tidak ada pilihan bagi wanita itu untuk menarik turun celana Angga menggunakan mulutnya.Angga bersiul rendah, memberi apresiasi betapa ahlinya Tia melucuti celananya hanya dengan menggunakan mulut dan giginya. Dan hanya dengan waktu singkat Tia berhasil melepaskan penis Angga yang berdenyut di dalam celananya. Kedua mata wanita itu langsung melebar menyaksikan seberapa mengesannya benda itu. Panjang, dengan batang yang tebal dan berurat telah berkilauan dengan cairan pre-cum. Angga ta