"Bun!"
Fenti yang sedang memetik anggur di belakang rumah menatap heran pada anak semata wayangnya yang kini berjalan kearahnya dengan wajah tertekuk dan kedua tangan diangkat.
"Kenapa, nak?" Buru-buru ia menghampiri anaknya karena takut terluka.
"Kotor bun, jijik banget, tadi habis megang muka Caca yang belum dicuci," adu nya dengan wajah hampir menangis.
Beginilah Dafa, kalau diluar garang tapi kalau di rumah cengeng dan manja. Apalagi kalau sama Caca, bisa lebih manja ketimbang dengan sang bunda.
"Yaampun... bunda kira kenapa, yaudah dicuci sana, kok malah kesini."
"Bunda kok biasa aja sih," kata Dafa nanar.
"Terus gimana? lagian salah kamu sendiri Caca baru bangun udah dipegang-pegang mukanya."
"Bun tapi jijik loh, niatnya kan mau ngerjain."
"Yaudah tinggal dicuci, bunda mau lanjut metik anggur."
"Bunda gak mau marahin Caca gitu?" Tanya Dafa ketika sang bunda sudah membalikkan badan.
"Enggak, kan yang salah kamu."
Dafa berdecak dan berniat pulang untuk mencuci tangannya, tapi dia melihat Caca yang menyandar di tiang yang berada di belakangnya. Gadis itu terlihat asik makan anggur sembari menatapnya dengan tatapan mengejek.
"Cuma kayak gitu aja lapor."
Dafa melangkah melewatinya dan memutar bola mata jengah, " Ya gapapa, siapa tau bunda marahin kamu, kan asik tuh."
"Gak bakal, aku kan anak ceweknya bunda," kata Caca yang berjalan di belakang lelaki itu.
Dafa berdecih, "Sebenernya yang anaknya itu aku apa kamu sih?"
"Udah dibilangin, aku anak kandung kamu anak pungut."
Dafa bertambah kesal ketika mendengar jawaban gadis itu.
"Gak percaya? Tanya aja sama bunda," kata Caca.
Fenti yang baru pulang sehabis memetik anggur hanya bisa menatap keduanya sambil menggelengkan kepala. Sudah biasa baginya melihat kedua anak di depannya ini berdebat.
"Bun masa Caca bilang aku anak pungut," adu Dafa yang memang suka mengadu pada bundanya, maklum anak tunggal.
Fenti tersenyum, ia tau kalau Caca sedang mengerjai anaknya, ia pun bertanya dengan santai, " Loh emang bunda belum bilang ya?"
"Bilang apa?" Tanya Dafa dengan alis bertaut.
"Dulu, kamu bunda temukan di jembatan kayu yang dekat kebun mawar."
Dafa memutar bola matanya malas, sudah berulangkali sang bunda mengatakan hal tersebut, tapi ia tidak akan percaya karena wajah mereka ada kemiripan meski tidak terlalu mirip. Golongan darah mereka pun sama, bagaimana mungkin dia bukan anaknya, Dafa menipiskan bibirnya, kesal.
"Udah deh bun, gak usah aneh-aneh. Gak bakal percaya lagi aku."
"Kok gak percaya, kamu gak lihat ada anak perempuan bunda disini?"
"Itu anak perempuan bunda, kalau aku kan anak laki-laki bunda."
"Kalau gitu kalian nikah aja gimana?"
"Ukhukk..," Dafa menyemburkan air yang baru diminumnya, sedangkan Caca yang sedang memakan anggur menjadi menganga, mengakibatkan buah yang sudah ada di mulutnya menggelinding sebelum dikunyah.
Fenti tidak mengetahui bahwa perkataannya dapat mengagetkan sepasang sahabat itu, dirinya masih asik membersihkan anggur yang baru dipetik.
"Bunda jangan nambah aneh-aneh deh," kata Dafa setelah pulih dari keterkejutan, Caca hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun, dia masih cukup kaget.
Fenti membalikkan badan, menghadap sepasang sejoli tersebut.
"Emangnya apa yang aneh? Kalian ini walaupun masih muda tapi udah cukup umur, yang lebih muda dari kalian aja banyak yang udah nikah," kata Fenti tersenyum.
"Tapikan kita masih kuliah bun, baru semester 4 juga," balas Caca.
"Iya bun, nikah itu urusan belakangan," sahut Dafa.
"Padahal bunda nyuruh kalian nikah biar kalian gak pisah loh, kalau suatu saat kalian ketemu orang baru terus jatuh cinta, kalian pasti bakal lupa satu sama lain bakal kayak sekarang."
"Kan masih bisa komunikasi bun, emangnya pasangan kita udah pasti gak bakal ngasih ijin ketemu sahabat ya," kata Dafa.
"Mungkin kalian bisa ketemu, tapi gak bakal seperti sekarang," jawab Fenti akhirnya.
***
Dafa dan Caca sedang bermain basket, mereka tidak terlalu fokus karena memikirkan perkataan Fenti tadi."Ca bolanya jangan dipeluk gitu dong," protes Dafa saat Caca memeluk bola basket dengan erat dan membawanya lari.
"Gak mau, kalo aku lepas pasti langsung kamu rebut," jawab Caca cemberut.
"Lah, gimana sih? Namanya juga lagi one by one Caca..., ya pasti rebutan lah," ucap Dafa gemas dengan tingkah sahabatnya.
"Jangan dong! Sekali-kali biarin aku menang , kamu kan udah sering," kata Caca dengan muka merajuk.
"Kamu kan pinter basketnya, biasanya juga kamu yang menang." Dafa mencoba mengambil bola di pelukan Caca, tanpa sengaja tangannya menyentuh dada Caca. Sontak saja pupil kedua orang itu melebar, Dafa segera menarik tangganya.
"Dafa!" Kata Caca penuh penekanan, dengan mata mendelik dan pipi merah, malu sekaligus kesal.
"Gak sengaja Ca! B--beneran gak sengaja. Maaf," kata Dafa panik. Sungguh, dia tidak sengaja menyentuh gunung kembar milik sahabatnya.
"Udahlah aku mau pulang!" Teriak Caca masih menahan malu.
"Iya udah aku juga mau pulang." Dafa segera mengambil hp nya dan memejamkan mata sesaat, juga menarik nafas dalam-dalam.
"Aku beneran gak sengaja Ca, maaf," katanya sambil menggigit bibir, tidak tau harus bertindak seperti apa.
"Jangan diomongin lagi, aku mau pulang," jawab Caca cepat kemudian berlari pulang tanpa menatapnya lagi.
Dio berjalan tergesa bersama mantan calon besannya, yaitu Hansa dan Hesti.Setelah bertanya pada resepsionis, mereka langsung menuju ruangan dimana Dafa dan yang lain berada.Kriet ....Orang yang didalam seketika menoleh.Dio langsung mendekati anaknya. Pergelangan tangan Dafa yang tadi sempat tergores pisau kini sudah diperban, juga beberapa luka goresan lain sudah diobati. Disebelahnya ada Caca yang dahi dan tangannya yang sempat terluka tadi telah diobati."Maafin Ayah," ucap Dio dengan nada penyesalan.Dafa diam, rasanya dia masih kesal dengan laki-laki yang selama ini menjadi penutannya."Ayah lagi ngomong tuh lho, kok nggak dijawab sih," omel Caca membuat Dafa menjawab dengan malas-malasan."Iya.""Perjodohannya batal sesuai keinginan kamu," kata Dio lagi.Gara yang duduk disebelah Kiara menyimak semua omongan Dio dengan perasaan tak menentu. Senang karena akhirnya gadis pujaannya batal dijodohkan, bi
Tin ... tin ....Perempuan dengan kaos putih dipadukan rok span dan flat shoes yang hendak berlari menyeberang jalan segera menghindar, namun sayangnya terlambat. Meski tidak tertabrak, namun tubuhnya tetap terserempet mobil a*anza yang hendak melintas."Aww ...!" Pekik Caca."Woy! Hati-hati dong kalau nyeberang, gue nggak siap masuk penjara tau," ketus supir mobil yang ternyata seorang perempuan muda.Walau tubuhnya lecet-lecet dan sakit, perlahan Caca berdiri dan meminta maaf hingga pengendara tersebut kembali melajukan mobilnya menjauh.Sebenarnya jarak antara kafe dan rumahnya tidak terlalu jauh, namun entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Caca berlari sudah cukup lama tapi tidak sampai juga.Dia terus berlari dengan tertatih-tatih, tanpa memperdulikan jidat dan tangan yang sempat tergores batu dan mengeluarkan darah.Sekitar 10 menit barulah perempuan itu sampai, dia segera menuju kamar Dafa."Daf!" Serunya sa
Hari ini Dafa kembali mengurung diri di dalam kamar. Berkali-kali Fenti memanggilnya namun tidak ada sahutan, wanita itu jelas khawatir dan berpikiran yang tidak-tidak. Bagaimana kalau anaknya nekat melakukan hal buruk?"Udahlah, Bun, biarin aja. Nanti juga keluar sendiri," ucap Dio yang jengah dengan sikap anaknya yang menurutnya sangat pembangkang dan gampang marah."Ini udah sore dan Dafa belum keluar juga, tapi kamu tenang-tenang aja!" Bentak Fenti yang tersulut emosi.Suaminya ini kenapa tidak khawatir sama sekali, padahal Dafa adalah anak tunggal mereka.Dio berdecak, bukannya tidak khawatir. Dia hanya tidak ingin memanjakan Dafa, apa salah kalau dia ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya itu?"Coba kamu diemin, nanti juga juga bakal keluar sendiri kalau udah lapar.""Kalau segampang itu aku nggak akan sekhawatir ini, tapi coba kamu ingat, kemarin-kemarin bahkan Dafa betah nggak keluar selama seminggu.""Daf, ayo buka
Berkali-kali Dafa melirik ayahnya yang duduk di depannya."Ayah tadi udah bicara sama Caca supaya menjauh dari kamu," celetuk Dio membuat anaknya seketika mengangkat wajah dengan netra melebar."Maksud Ayah?""Ayah minta kamu juga menjauh, jaga perasaan calon istrimu."Calon istri? Ketemu saja belum. Dafa benar-benar tak habis pikir kenapa ayahnya sekarang jadi suka mengatur seperti ini."Ayah bisa nggak sih kalau mau bikin keputusan tuh ngomong dulu? Apa yang Ayah putuskan belum tentu aku mau," balas Dafa dengan kesal.Dio melepas kaca mata bacanya lalu menatap sang anak."Pendapat kamu itu nggak penting. Kalau kamu nggak setuju maka siap-siap Ayah kirim ke Singapura untuk melanjutkan pendidikan."Dafa menggenggam sendok dengan erat."Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa menentukan pilihanku sendiri. Yang akan menjalani rumah tangga itu aku, kalau kayak gini kenapa nggak Ayah aja yang nikahin dia!""Dafa!" S
[Ini terakhir, Ca. Aku bakalan dijodohin nggak tau sama siapa, mungkin setelah ini kita nggak bisa ketemu lagi]Caca kembali membaca pesan itu dengan tangan gemetar. Apa ini? Apa Dafa sudah lelah membujuknya hingga menerima saat dijodohkan dengan perempuan yang bahkan belum dikenal?Bergegas perempuan itu keluar dari kamar dan berlari menuju rumah pohon. Untung saja dia sudah berganti pakaian dan sempat mencepol asal rambutnya."Daf!" Serunya ketika baru masuk ke rumah pohon.Lelaki di pojok sana menoleh dengan pandangan sendu. Rambut gondrongnya acak-acakan, Caca menggeleng pelan, penampilan Dafa kali ini benar-benar tak terurus.Perempuan itu mendekat lalu duduk di samping Dafa yang sedari tadi menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Merasa tak tega, Caca langsung memeluknya."Ca ... aku nggak mau dijodohin, bertahun-tahun aku nunggu kamu. Aku cuma mau kamu ...," kata Dafa sambil terisak.Caca dapat merasakan kalau pundaknya pun
3 tahun telah berlalu.Banyak hal yang sudah terjadi, termasuk Devan yang menikah dengan Lily satu tahun setelah kedatangan Caca ke Korea.Kini, Caca kembali ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan Arga. Apa kalian tau lelaki itu akan menikah dengan siapa?Yap, dengan Fey! Salah satu teman dekatnya.Tidak kaget sih, sejak dulu juga Caca sudah menebak hal ini akan terjadi. Naya sendiri sudah menikah paling awal, tepatnya 1 tahun yang lalu. Yang tidak disangka-sangka ternyata dia menikah dengan Rendi, laki-laki yang dulu perempuan itu anggap sebagai mantan paling menyebalkan."Duh, calon adik ipar cantik banget. Sayangnya masih jomblo," goda Fey yang duduk di depan meja rias.Perempuan itu tampak sangat menawan dalam balutan kebaya putih, sedangkan Caca pun terlihat tak kalah cantik dengan pakaian bridesmaid berwarna dusty blue.Daripada hadir bersama keluarganya, dia justru memilih menemani Fey."Yaelah, Kak. Masih