Kotak nomor dua membawa Tristan ke dalam perjodohan dengan wanita buruk rupa dengan penampilan kunonya, Kezia Devira. Tanpa seorangpun tahu kalau sebenarnya wanita buruk rupa itu seorang pewaris yang tidak ingin kembali. Sedangkan Tristan yang dianggap tak memiliki apa-apa merupakan salah satu orang terkaya. Karena sejak mengenal dunia bisnis diusia 8 tahun, dia telah menanam modal dan membangun perusahaan sendiri yang kemudian dipercayakan pada orang lain.
View More“Apa kau tidak penasaran, kepada siapa warisanku akan jatuh?”
Seperti biasa, Tristan hanya diam membisu ketika membahas tentang warisan. Entah kenapa dia selalu muak, ketika keluarganya membahas tentang warisan. Diamnya Tristan, membuat Arthur memilih diam. Walau bagaimanapun dia tidak mengenal baik cucunya sendiri, Tristan. “Sudah sampai, Kek,” ujar Tristan ketika tiba di Perusahaan. Arthur memilih turun dari mobil sang cucu dalam diam. Bermaksud hendak mengenal lebih jauh tentang sang cucu, justru membuat sang kakek merasa terhina. Tristan langsung mengemudikan mobil meninggalkan Perusahaan tanpa pamit. ___ Di Perusahaan, Arthur Ludwig duduk diam di singgasanya. Sebagian besar hidupnya bergelut dalam dunia bisnis, hingga membuatnya tidak bisa menghabiskan waktu untuk keluarganya sendiri. Bukan hanya tidak mengenal kepribadian dua putranya saja, bahkan pribadi dua cucunya, dia bahkan tidak tahu. Meskipun demikian, dia tidak ingin jerih payahnya selama bertahun-tahun jatuh ke tangan yang tidak tepat. Tristan ataukah Krisna. Dia sendiri belum memutuskan. Ambisi? Ya? Aku membutuhkan sosok yang berambisi untuk melanjutkan hasil jerih payahku selama ini. Setelah memikirkan matang-matang, akhirnya Arthur membuat keputusan. Sebelum pembagian harta gono gini, pria tua itu memilih mengunjungi kota kecil di mana dia lahir dan dibesarkan. Niat hati ingin mengunjungi tempat kelahirannya, tapi justru membuat Arthur tersesat. “Terlalu! Apa kau pikir ini restoran amal, apa? Ini restoran kelas atas, Brengsek! Pakaian aja mahal, tapi ternyata kere. Nyuri pakaian di mana lo? Mikir kubur, Pak. Lo itu udah tua, bertobat!” ketus manager restoran di mana Arthur makan. Entah kapan dompet dan ponselnya hilang, yang pasti Arthur menyadarinya ketika akan melakukan pembayaran. “Dapatkah kau pinjamkan aku ponsel? Aku mau menelepon rumah, biar nanti mereka yang membayar makananku.” Bukannya percaya, tapi sang manager justru tertawa dan berbicara dengan ketus, “Mau pakai modus apaan lagi, ha? Berlagak sok kaya, tapi kere! Apa kau pikir bisa menipu orang berpendidikan sepertiku? Tidak!” Semua mata kini tertuju pada Arthur. Tiba-tiba … “Astaga, kakek. Aku mencarimu ke mana-mana, lain kali kalau mau jalan jangan lupa bawa ponselnya,” ujar sesosok wanita yang langsung mengandeng tangan Arthur dengan manja. “Berapa yang harus dibayar oleh kakekku? Aku akan membayarnya.” “Dua juta lima puluh lima ribu rupiah.” Gadis itu menelan ludah, ketika mendengar nominal yang disebutkan sang manager. Apa yang dimakan pria tua ini? Kenapa biayanya mahal? “Oh hanya segitu to, kirain ratusan juta. Nih, aku bayar tunai!” ketus wanita itu dan langsung melemparkan uang dua juta lima ratus ribu rupiah ke wajah sang manager, “Ambil saja kembaliannya.” Arthur hanya diam, ketika wanita itu menuntunnya keluar menjauh dari restoran. "Apa kakek tahu jalan pulang?” “Nama kamu siapa, Dek?” tanya Arthur tak menggubris pertanyaan wanita itu. “Aku. Kezia Devira. Ini uang untuk kakek,” ujar wanita itu kemudian menyerahkan lima lembar uang pecahan seratus ribu rupiah. Belum sempat mengucapkan terima kasih, tapi wanita itu sudah menghilang. “Apa? Kau meminta gajimu bulan ini? Apa kau sudah gila?” teriak pemilik toko barang antik itu murka. “Maaf. Tapi aku benar-benar butuh uang itu, aku harus membayar rumah sakit ibuku,” ujar Kezia hampir meneteskan air mata. Harusnya hari ini ibunya bisa dioperasi kalau saja dia mendapatkan gaji dari pekerjaan paruh waktunya. Ya! Siang harinya Kezia Devira bekerja sebagai staf rendahan di suatu Perusahaan, malam harinya dia akan bekerja di toko barang antik. Dia menjalankan dua profesi sekaligus, karena membutuhkan uang untuk pengobatan ibunya yang membutuhkan dana besar. “Mau ibumu mati sekalipun, itu bukan urusanku. Toko ini mengalami kerugian akibat perbuatanmu! Sudah jelek, pakai jual mahal lagi. Masih untung ada yang mau membooking mu! Bukannya bersyukur, kau malah menamparnya. Kau dipecat tanpa uang sepeserpun!” teriak wanita itu murka. Kezia menarik nafas panjang. Dia tahu kejadian kemarin malam akan membawanya ke dalam masalah, tapi dia juga tak ingin mendapatkan uang dengan menjual dirinya. Ibu pasti akan murka. Dengan langkah lunglai Kezia keluar dari toko itu. “Akhirnya kami menemukanmu, Nona Muda,” sapa seorang pria dan membungkuk hormat. Kezia Devira menatap pria itu cukup lama. “Apakah kau Ronald Jansen?” Pria itu terkejut, “Nona Muda, Anda masih ingat saya?” “Tentu saja aku ingat. Aku tidak akan pernah melupakan sosok yang mengusir paksa aku dan ibuku ke jalanan saat ayahku meninggal!” Ronald meringis sedih dan berkata, “Nona Muda, Tuan Dawson sudah meninggal. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, dia memanggil nama, Nona Muda. Dia juga mewariskan seluruh hartanya kepada, Nona Muda.” ”Pergi! Aku tidak sudi melihatmu!” “Sebenarnya ada alasan kenapa Nona Muda ikut diusir dari rumah. Karena hanya dengan cara itu, maka nyawa Nona Muda tidak terancam. Ketika Almarhum Tuan Dawson membereskan musuhnya, dia mencari Nona Muda dan Nyonya Safira, tapi Tuan Dawson tidak menemukan kalian sampai beliau meninggal. Kembalilah, Nona Muda.” "Aku tidak butuh alasan! Satu lagi, aku juga tidak mau kembali!" Ronald Jansen menarik nafas panjang, dia tahu sangat sulit bagi Kezia untuk menerima masa lalu pahit itu. Apalagi dia tidak diizinkan untuk melihat wajah sang ayah untuk terakhir kalinya sebelum dimakamkan. “Ini kartu hitam yang disediakan Tuan Dawson sebelum beliau meninggal. Kami akan selalu menunggu Nona Muda kembali.” “Aku tidak butuh kartu itu! Pergi!" “Nona Muda harus menerimanya, karena Nyonya Safira membutuhkan dana besar untuk pengobatannya." "Jangan pernah menyentuh atau sekedar menemui ibuku, Brengsek!" ketus Kezia marah. "Maaf, Nona Muda. Meskipun saya telah membereskan masalah biaya rumah sakit, tapi melihat kondisi nyonya besar. Nona membutuhkan kartu ini kedepannya." Mengingat nyawa ibunya lebih penting, dia mengesampingkan egonya. Dia menerima kartu itu dan berkata, “Aku menerima kartu ini, tapi bukan untuk kembali! Dan aku juga tidak ingin warisan itu!" "Nona Muda, pikirkan ribuan karyawan yang membutuhkan pekerjaan. Kalau nona tidak mau kembali, perusahaan bisa kehilangan arah. Ribuan karyawan akan kehilangan pekerjaan." "Akan ku pikirkan! Untuk sementara waktu kau saja yang tangani!" “Baik, Nona Muda. Ini nomor ponselku, telepon aku kapan saja. Maka aku akan datang.” Kezia langsung meninggalkan Ronald Jansen setelah menerima nomor telepon Jansen dan PIN kartu hitam. Ronald Jansen menatap toko barang antik itu dengan geram, “Berani menghina Nona Muda keluarga Dawson, harus menanggung resikonya. Blacklist wanita brengsek itu di semua industry!” “Baik.” ___ Keesokan harinya. "Bagaimana? Apa kau sudah menyelidikinya?” tanya Arthur kepada asistennya. “Kezia Devira datang dari sebuah desa terpencil. Dia bekerja sebagai sekretaris di Perusahaan FJ.” Arthur mengerutkan keningnya, bingung. “Desa terpencil? Terus bagaimana bisa dia bekerja di Perusahaan FJ? Apa dia memiliki kualifikasi untuk bekerja di sana?” “Aku juga tidak tahu, Bos. Kalau dia lolos seleksi, itu artinya dia memiliki kualifikasi masuk sana. Bukankah di Perusahaan FJ seleksinya ketat dan tak biasa?” ujar sang asisten. "Dia lulusan universitas mana?" "Universitas kecil dengan akreditas B, Bos." "Dengan lulusan itu, bagaimana mungkin bisa bekerja di perusahaan FJ? Apa dia lolos melalui jalur seleksi buta?" "Ya, Bos benar. Kezia lolos melalui jalur seleksi buta." “Apa dia telah menikah?” “Belum, Pak.” “Bagus. Itu yang terpenting.” Sang asisten hanya dapat menarik nafas panjang. Sudah menjadi rahasia umum, apapun keinginan Arthur pasti akan dia dapatkan. Meskipun menggunakan cara licik sekalipun. Seperti yang dilakukannya sekarang. “Bereskan semuanya dalam waktu tiga hari!” "Baik, Bos.” Tiga hari bagi Arthur, terasa tiga tahun. Dia sudah tidak sabar untuk pembagian harta gono gini. Akhirnya hari yang ditunggu datang juga. Kini keluarga besar Ludwig telah berkumpul. Di sana bukan hanya keluarga Ludwig, tapi ada keluarga Lopes dan Kezia Devira. "Maaf, kalau aku mengumpulkan kalian semua secara mendadak. Aku memilih hari ini, sebagai hari di mana aku akan membagi warisanku." Kalimat Arthur langsung saja membungkan mulut semua orang yang hadir. Arthur menganggukkan kepalanya kepada sang asisten. Dari pintu samping keluar dua orang pria, masing-masing membawa kotak transparan, yang bertuliskan nomor satu dan nomor dua. Arthur melangkah mendekati kotak nomor satu. “Yang memilih kotak ini. Maka dia berhak mewarisi Perusahaan dan semua asset lainnya yang mengatas namakan Perusahaan Ludwig, serta uang triliunan.” “Kalau di kotak nomor satu, berisi harta karun. Bagaimana dengan kotak nomor dua?” bisik Mikha Zakira. “Mana aku tahu. Apa ayah memiliki warisan tersembunyi lainnya?” Gavin Ludwig balik berbisik. Kini Arthur melangkah menuju kotak nomor dua. “Yang memilih kotak nomor dua. Maka dia akan mewarisi rumah tua, sebidang tanah kosong yang terletak di bagian timur, dan uang sebesar lima ratus juta rupiah.” “Ayah benar-benar sudah gila! Apa dia ingin salah satu cucunya hidup miskin? Kalau Tristan yang miskin, aku tidak masalah. Bagaimana kalau justru kotak nomor satu jatuh ke tangan Tristan?” dengus Ezhar kesal. "Bukan hanya itu saja. Bagi yang memilih kotak nomor satu, maka dia akan bertunangan dengan putri keluarga Lopes. Sedangkan yang mendapatkan kotak nomor dua, maka dia akan bertunangan dengan Kezia Devira.” Kalimat terakhir sang kakek langsung membuat semua tercengang. Apa dia orangnya? Tidak mungkin! Tapi satu-satunya orang asing di sini hanyalah wanita itu.“Maaf, acara ini disiapkan untuk penyambutan dan syukuran kakekku selamat dari maut. Bukannya ajang pengesahan warisan!” ketus Krisna pura-pura tak senang.Bukannya menjawab, tapi sang notaris menatap pengacara Arthur meminta kejelasan sekaligus kepastian.“Tapi ini murni keinginan kakekmu, Tuan Muda. Maaf,” jawab sang pengacara menunduk hormat.Krisna mendekati Arthur yang duduk di kursi roda, “Apa benar ini keinginan, Kakek?”Arthur berusaha mengeluarkan suara, tapi semua justru bingung dengan apa yang dikatakannya.“Kalau itu murni keinginan Kakek, maka kami tak punya pilihan. Silahkan diteruskan,” ujar Krisna menarik nafas panjang, seolah tak ikhlas.Ezhar mendorong kursi roda sang ayah, mendekati notaris yang berdiri di atas panggung.“Sesuai pilihan masing-masing, maka Krisna Ludwig berhak atas kotak nomor satu. Kami undang Tuan Muda Krisna untuk maju kedepan guna penandatanganan berkas secara resmi.”Krisna naik ke panggung dan menandatangani berkas yang disodorkan kepadanya.N
Bukannya menjawab, Ezhar justru melangkah maju mendekati sang putra, tiba-tiba .... PLAKKK !!! Darah segar mengalir dari sudut bibir kiri Krisna, akibat tamparan sang ayah. "Ayah tak menyangka selama ini telah membesarkan serigala berbulu domba! Apa salah kakekmu, ha?" bentak Ezhar murka. Krisna tertawa, "Ayah ... Ayah ... aku hanya mengikuti jejak kakek, menggunakan segala cara untuk mempertahankan apa yang harusnya menjadi milikku!" "Kau?" Ezhar terkejut. "Apa ayah ingin melihat aku hidup miskin, karena ulah pria tua brengsek itu, ha? Aku tidak ingin berada dibawah perintah Tristan! Tidak akan pernah!" geram Krisna marah. "Apa yang dikatakan putramu benar, Ezhar. Pria tua itu pasti ingin mengubah wasiatnya didepan semua orang! Kalau tidak? Untuk apa dia membawa kembali keluarga Gavin ke rumah? Bahkan menyiapkan pesta termegah yang belum pernah ada dalam keluarga Ludwig!" ujar Zaskia. "Jadi selama ini, Kau tahu perbuatan putramu?" Ezhar kembali terkejut. "Tidak! Tap
Didepan mereka bukanlah sosok yang tegap, tegas, dan arogan. Tapi sebaliknya, hanyalah sesosok pria lemah yang terbaring tanpa daya dengan perban yang menutupi bagian-bagian tertentu tubuhnya. "Kakek." "Kalian jangan khawatir, masa kritis Tuan Arthur sudah lewat," ujar sang dokter ketika melihat kecemasan dari wajah keluarga Ludwig. "Tapi kenapa kakek belum sadar juga, dokter?" tanya Krisna. "Itu karena pengaruh obat bius. Kakekmu akan sadar sekitar delapan jam," jawab sang dokter. Dengan setia keluarga Ludwig menunggu Arthur sadar. Benar saja setelah delapan jam menunggu, akhirnya Arthur menunjukkan tanda-tanda kesadaran. “Kakek, akhirnya kau sadar juga.” Samar-samar Arthur mendengar suara cucunya, dia membuka mata. Di sana anak dan cucunya lengkap beserta calon menantunya. Dimana aku? Apa ini artinya aku tidak meninggal pada saat kecelakaan terjadi? Arthur ingat jelas, ketika sebuah truk yang tiba-tiba muncul dari arah berlawanan dan menabrak mobilnya, hingga
*** Pukul 19.00 Wita, keluarga besar Ludwig sudah berkumpul sesuai permintaan Arthur. Bukan itu saja, tamu undangan juga telah berada di rumah keluarga Ludwig. Begitupun dengan notaris yang dipercayakan Arthur untuk menangani masalah warisan. "Kenapa kakekmu belum sampai? Apa terjadi sesuatu?" ujar Gavin cemas. "Kau benar. Bukankah ayah selalu tepat waktu? Mudah-mudahan saja karena jalanan macet," sambung Mikha ikut khawatir. "Kenapa ayah dan ibu mau diajak kembali ke neraka ini?" protes Tristan. "Sudahlah, Tristan. Berilah satu kesempatan kakekmu untuk berubah. Beliau ingin menebus kebersamaan yang hilang selama bertahun-tahun," Gavin memberi nasehat pada sang putra. "Terus apa ayah juga memikirkan perasaan ibu, ketika paman dan bibi merendahkannya? Bukankah tidak? Ayah justru diam, kan? Dan aku muak dengan sikap ayah!" ketus Tristan kesal. Gavin menundukkan kepalanya. Mikha mengelus pundak putranya dengan penuh kasih sayang, "Jangan bahas masa lalu. Ayahmu juga b
Tidak sampai satu jam, seorang wanita memasuki ruangan Tristan. “Maaf, Pak. Ini berkas yang diminta …” wanita itu tak meneruskan kalimatnya, dia terkejut melihat Tristan yang duduk di kursi dibalik meja kerja Direktur tim retail. Kezia Devira sama sekali tidak tahu, kalau Direktur baru Tim Retail adalah tunangannya sendiri, Tristan. Karena saat pengenalan, dia tidak berada di tempat. “Kenapa di mana-mana ada kamu, ha? Mau di rumah, mau di kantor? Apa kau menguntitku?” ketus Tristan kesal. “Aku di sini. Itu karena aku bekerja di sini. Aku sekretaris Direktur Tim Retail. Yang harusnya bertanya itu aku. Sedang apa kau di ruangan Direktur? Duduk di situ lagi? Kalau Direktur melihatmu, tamat riwayatmu,” ketus Kezia Devira, tanpa menunggu jawaban dia langsung saja menarik dan mendorong Tristan keluar ruangan. Adegan itu sontak saja langsung menjadi perhatian semua karyawan. “Kau sedang apa, Jelek? Apa begini caramu menyambut Direktur baru kita, ha?” ketus seorang wanita menatap K
Arthur Ludwig baru menyadari kesalahan fatalnya. Kesibukannya dalam berkarir membuatnya masa bodoh dengan keluarganya sendiri. Bukan hanya kemampuan dua putranya saja, bahkan kemampuan dua cucunya dia tak tahu. Ya! Dia hanya mendengar laporan dari Ezhar mengenai prestasi yang dicapai Krisna, sedangkan Gavin sama sekali tidak pernah melaporkan prestasi Tristan. “Sekarang aku paham, kenapa Tristan sama sekali tidak tertarik memilih salah satu kotak pun. Dengan kemampuan Tristan, sangatlah mudah untuknya membangun Perusahaan dan menjadikannya nomor satu," ujar sang asisten memberi pendapat. "Kau benar." "Apa Bos menyesal tidak memilih Tristan sebagai pewaris Perusahaan ini?” tanya sang asisten dengan hati-hati sekaligus penasaran. “Sudah aku katakan, pembagian harta goni gini itu adil. Tinggal bagaimana Krisna dan Tristan mengelolahnya! Apa kau pikir aku kakek yang egois, yang mau melihat salah satu hidup cucunya menjadi miskin, ha? Tapi ada bagusnya kalau kotak nomor dua jatuh pad
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments