Chapter: Kembali Dengan Perasaan BerbedaAngin Bandung berembus lembut, membawa aroma khas udara pegunungan yang jauh dari hiruk-pikuk kota metropolitan. Jalanan basah sisa hujan pagi tadi, dan dedaunan hijau bergoyang pelan seiring langkah kaki Zea yang keluar dari mobil hitam milik Adrian. Di sampingnya, Adrian masih setengah tertatih, tapi ia tetap berjalan tanpa bantuan. Pria itu menoleh pada rumah bernuansa hangat yang akan mereka tinggali untuk sementara waktu. “Tidak buruk juga tempat ini,” gumamnya pelan. “Lebih tenang dari Jakarta,” balas Zea. “Dan jauh dari orang-orang yang terus memaksa kita untuk memilih hal yang bukan kita.” Adrian menyeringai tipis. “Rayyan?” Zea tak langsung menjawab. Ia menatap hamparan rumput dan suasana pegunungan di kejauhan. Lalu, perlahan berkata, “Kupikir mereka mengirim kita ke sini bukan hanya urusan bisnis, tetapi tempat ini memang indah.” Adrian mendesah. “Agar Rayyan tak bisa mengganggu lagi.” Zea akhirnya mengangguk. “Kamu juga merasa itu?” Adrian menoleh padanya. “Orang t
Terakhir Diperbarui: 2025-08-01
Chapter: di Balik Luka, Ada KamuUdara pagi masih dingin saat sinar matahari menyelinap pelan dari balik jendela kamar. Langit tampak pucat, seolah tahu bahwa rumah itu tengah menyimpan sisa luka dan ketegangan yang belum sepenuhnya pulih. Adrian duduk bersandar di tempat tidur. Punggungnya masih terasa ngilu setiap kali ia bergerak. Beberapa memar membiru di bagian lengan dan dada, sementara kaki kirinya masih dibalut dan belum cukup kuat untuk menopang tubuhnya sepenuhnya. Namun yang paling membuatnya tak nyaman bukanlah rasa sakit melainkan kenyataan bahwa ia tidak bisa ke kantor, tidak bisa memimpin, tidak bisa melindungi seperti biasanya. Pintu kamar terbuka perlahan. Zea masuk dengan nampan sarapan, diiringi aroma harum teh dan roti panggang madu. “Selamat pagi, Tuan Bos yang sedang pensiun sementara,” ucap Zea ringan. Adrian menoleh. Meski wajahnya masih pucat, sudut bibirnya terangkat kecil. “Kalau kamu yang jadi perawatnya, pensiun selamanya pun aku rela.” Zea tersenyum, meletakkan nampan di atas meja
Terakhir Diperbarui: 2025-08-01
Chapter: Pilihan yang Membakar Luka“Aku…” Suara Zea terdengar pelan, nyaris seperti bisikan. Namun di dalam ruangan itu, semua orang diam. Tak ada satu pun suara selain detak jam dinding dan napas yang tertahan. “Aku memilih Adrian.” Suara itu kini lebih mantap. Tegas. Rayyan mematung. Seolah waktu berhenti. Wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun, hampa, kaku, seperti tanah yang terlalu kering untuk menangis. Lalu senyum tipis muncul di sudut bibirnya, tetapi bukan senyum kebahagiaan. Itu adalah senyum dari seseorang yang baru saja kehilangan sesuatu yang sangat berharga dan tidak tahu kepada siapa harus menyalahkan selain dirinya sendiri. “Kenapa… Zea?” suaranya parau. “Apa yang dia punya yang nggak bisa aku beri?” Zea menunduk, menelan gumpalan emosi yang menghimpit tenggorokannya. “Karena… aku sadar. Saat Adrian terluka, saat aku duduk di bangku rumah sakit selama lima hari tanpa tidur, aku banyak berpikir…” Ia memandang Rayyan dengan sorot mata jujur. “Mungkin saat itu, Tuhan sedang menunjukkan padaku… ba
Terakhir Diperbarui: 2025-08-01
Chapter: Di Antara Dua NamaPria itu berdiri dengan tubuh tegak, wajahnya datar, tapi sorot matanya tajam. Seolah membawa banyak sekali pertanyaan, dan semua jawabannya hanya bisa berasal dari Zea. "Ikut aku sebentar," ucap Rayyan datar. Karena tidak tahan melihat Zea yang enggan untuk melangkah atau melepaskan genggaman Adrian, dengan cepat Rayyan menariknya. “Rayyan, jangan buat keributan di sini.” “Aku tidak akan teriak dengan keributan. Tapi aku tidak bisa diam melihat kamu begini, Zea.” Zea menepis pelan tangan kedua pria di samping kiri dan kanannya. “Lepas!" tegas Zea. Namun Rayyan tidak menyerah. Ia mengeluarkan sebuah ponsel dari sakunya, menampilkan galeri foto yang tak asing bagi Zea. Foto-foto mereka di pantai, di kafe tempat mereka sering berbagi senyum, video pendek di mana Rayyan dengan malu-malu menyematkan cincin imitasi ke jari Zea dan berkata, “Suatu hari aku janji, ini bukan lagi permainan.” Zea menggigit bibir. Kenangan itu seperti racun manis, masuk ke dalam darah lalu menyisakan ny
Terakhir Diperbarui: 2025-07-31
Chapter: Hujan, Rasa Bersalah dan Sebuah RasaHujan turun semakin deras, tanpa aba-aba, menghantam bumi seperti ingin menguji keteguhan niat siapa pun yang sedang berjalan di bawahnya. Zea tak membawa payung. Jaket tipisnya nyaris tak berfungsi lagi, hanya menambah beban pada tubuhnya yang sudah lelah karena kurang tidur, kurang makan, dan terlalu banyak menangis. Tapi langkahnya mantap. Setiap detiknya hanya terisi satu suara: “Nasi goreng seafood. Untuk Adrian.” Ia tahu taman di seberang rumah sakit sering ada pedagang kecil yang menjual makanan panas, dan ia hanya berharap warung kecil itu masih buka di tengah guyuran deras ini. Di dalam kamar, Adrian duduk bersandar di ranjang dengan kepala yang masih sedikit pening. Tangannya mengusap pelipis, lalu menatap kosong ke luar jendela. Dia mengingat, semuanya. Ingatan itu kembali seperti hujan yang menimpa tanah kering pelan, tapi pasti menyerap masuk dan yang paling menghantamnya bukan kecelakaan, bukan rasa sakit saat tubuhnya terlempar dari mobil, tapi ekspresi Zea saat te
Terakhir Diperbarui: 2025-07-31
Chapter: Dalam Kabut IngatanCahaya matahari menyusup malu-malu lewat sela tirai ICU, menyentuh wajah pucat Adrian yang mulai menunjukkan sedikit rona. Jemarinya kembali bergerak, kali ini lebih jelas. Kelopak matanya bergetar pelan. Dokter dan perawat yang sedang berjaga saling berpandangan. “Tuan Adrian?” panggil salah satu dari mereka, pelan. Kelopak itu akhirnya terbuka, perlahan. Pandangan kosong menatap langit-langit putih yang asing. Nafas Adrian tertahan sejenak, dadanya naik turun tak stabil. “Dia sadar!” seru perawat, buru-buru menekan tombol darurat. Dalam hitungan detik, beberapa dokter masuk ke ruangan. Adrian mengerjap, mencoba mengenali wajah-wajah di sekitarnya, tapi semua tampak buram dan jauh. “D… di mana aku?” Di tempat yang berbeda, Zea sedang tertidur dengan kepala bersandar di meja ruang tunggu ICU, tubuhnya terbungkus jaket tipis milik salah satu perawat yang iba. Suara langkah tergesa membangunkannya. “Nona Zea,” sapa perawat yang tadi pagi bergantian shift, senyumnya lebar. “Tuan Ad
Terakhir Diperbarui: 2025-07-30
Chapter: USG Kesekian KalinyaKeterangan dari dokter membuat Laura terdiam, karena hampir saja ia kehilangan bayinya."Kesehatan kamu begitu penting. Karena jika kesehatan kamu menurun, maka dipastikan bayi di dalam kandungan kamu tidak akan baik-baik saja," ujar dokter.Laura hanya terdiam. Ia terlalu memikirkan hubungannya dengan Sean, sampai melupakan bahwa dirinya sedang tidak sendiri.Setelah dokter keluar, Laura menatap ke arah Raisa. "Tolong tinggalkan aku sendiri, karena saat ini aku benar-benar ingin sendiri," pintanya.Tatapannya beralih ke tangan yang digenggam erat oleh Raisa. "Jangan memikirkan apapun, aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa."Walaupun baru pertama kali bertemu, tetapi Raisa sudah menganggap Laura sebagai saudaranya sendiri.Setelah Raisa keluar, Laura turun dari kasur dan menatap pantulan dirinya di cermin. "Maafkan aku, belum bisa menjaga dirimu baik-baik."Tangannya bergerak mengelus perut yang perlahan mulai membesar, ia selalu merasa merasa bersalah kepada anak yang masih belum diteri
Terakhir Diperbarui: 2025-04-12
Chapter: Walau Sakit, Tetap Terima!Ruangan makan terlihat begitu sepi, hanya ada beberapa karyawan dan OB yang tersisa, karena sudah pergantian sift.Dikarenakan staf OB yang masih kurang, membuat mereka harus bekerja full selama satu hari dan dihari berikut mereka akan libur.Malam sudah larut, Laura dan Raisa ke kantin perusahaan dan bersiap untuk makan malam.Tetap ia berlari dan bersembunyi ketika melihat Emily, rambutnya yang basah dan terlihat jelas bahwa dirinya baru selesai mandi."Apakah aku harus mengakhiri semua ini? Apakah sudah saatnya aku melupakannya, tetapi begitu berat menerima semua yang telah terjadi.""Apakah dia tidur dengan suamimu?" tanya Raisa.Saat melihat Laura bersembunyi, Raisa juga ikut bersembunyi bersamanya, bahkan ia juga menatap Emily yang asyik mengambil makanan sambil tersenyum.Laura terdiam cukup lama hingga sentuhan dari tangan Raisa membuatnya sedikit terkejut.Hembusan nafas berat terdengar dari arah Laura. "Ada apa?" Raisa kembali memberikan pertanyaan yang sama."Aku bingung ha
Terakhir Diperbarui: 2025-04-01
Chapter: Mereka ada Hubungan apa?Ternyata bukan awal yang baik untuk pekerjaan barunya, ini adalah awal yang buruk.Laura memang diterima baik oleh rekan kerjanya, tetapi tempatnya bekerja begitu melelahkan.Ia harus melayani tamu yang menelfonnya setiap menit, bahkan tidak memberikannya waktu untuk beristirahat."Laura, kamar 601, tolong bersihkan kamar mandinya!"Ingin membantah tetapi hal itu tidak mungkin ia lakukan, karena ini hari pertamanya bekerja.Tubuhnya menegang ditempat, ketika melihat pria yang begitu ia cintai berjalan masuk ke kamar 601 dengan wanita yang ia kenal.Tubuhnya lemas, kepalanya terasa begitu pening. "Laura, kamu baik-baik saja?"Robert ketua OB yang baru saja keluar dari ruangan, terkejut melihat Laura yang hampir terjatuh."Aku baik-baik saja, terima kasih pak."Dengan langkah pelan dan tubuh yang masih gemetar, Laura mencoba untuk melangkah maju ke depan.Salivanya susah untuk ditelan, ia mencoba untuk bertahan dan melihat apa yang mereka lakukan.Tetapi ia tidak bisa masuk hingga sampa
Terakhir Diperbarui: 2025-03-31
Chapter: Tidak Sengaja BertemuKeduanya duduk saling menatap satu sama lain, tetapi berbeda dengan tatapan dari Diandra."Kamu hamil?" tanya Diandra.Laura benar-benar merasa sial, ia tidak pernah berpikir akan bertemu dengan Diandra di tempat kerjanya."Anak Sean? Atau anak orang lain?"Jantungnya berdetak jauh lebih cepat, ia tidak mungkin menjawab bahwa bayi yang berada di dalam perutnya adalah anak orang lain."Aku punya sebuah cerita. Waktu itu aku ingin mengatakannya, tetapi dicegat oleh Sean," jelas Diandra.Ekspresi wanita cantik itu berubah menjadi serius, menunggu ucapan selanjutnya dari wanita di hadapannya."Tahukah kamu, kenapa Sean tidak pernah melupakanku, karena anaknya pernah ada di rahimku!" tegasnya.Seketika Laura merasa dunianya runtuh, ia tidak pernah menyangka dengan ucapan yang keluar dari mulut Diandra.Wanita di hadapannya itu tertawa. "Kamu pasti tidak percaya dengan apa yang aku katakan, benar?""Jelaskan saja apa yang ingin kamu katakan, Diandra!"Diandra mengatakan, bahwa anak yang ber
Terakhir Diperbarui: 2025-03-30
Chapter: Kehidupan BaruPagi yang begitu cerah dan awal yang indah bagi Laura untuk memulai aktivitasnya.Hari ini adalah hari pertamanya untuk masuk kerja, ia bangun lebih awal dan mempersiapkan diri untuk menghadapi semua rekan kerja di tempat yang baru."Aku nggak pernah meminta dan berharap yang lain, aku hanya berharap agar semua orang di tempat kerjaku dapat menerima aku apa adanya.Laura melangkahkan kakinya keluar dari kontrakan dan berjalan menuju ke tempat kerja.Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, ia tiba di tempat kerjanya yang baru.Terlihat seorang wanita cantik yang sedang menatap ke arahnya sambil tersenyum ramah ke arahnya."Laura?" tanyanya.Anggukkan kepalanya pelan. "Iya, saya Laura.""Hai, nama saya Sinta dan saya sebegai menejer di sini," jelasnya.Tanpa menunggu lama Laura langsung membalas jabatan tangan dari atasannya."Mari, ikut saya ke ruangan."Selama langkah kakinya menuju ke ruangan sang atasan, ia bertegur sapa dengan para karyawan yang sudah tiba lebih dulu."Saya sudah m
Terakhir Diperbarui: 2025-03-29
Chapter: Merasa KesepianBeberapa hari setelah keluar dari kantor, Laura benar-benar menjalani hari-harinya sendiri tanpa ditemani oleh sang kekasih.Kekasihnya kemarin pergi dinas ke luar kota selama dua minggu dan hari ini Lauren memutuskan untuk pindah apartemen dan benar-benar menghilang dari kehidupan Sean.Mungkin di saat seperti ini ia harus belajar untuk melupakan kekasihnya, karena hanya dengan begitu Sean bisa menemukan wanita yang jauh lebih baik darinya."Maaf, di mana barang yang akan kami bawa?" Laura memesan tim pengangkut barang karena ia akan memindahkan semua, barangnya ke apartemen yang baru.Kemarin saat dirinya ingin menghilang dari Sean, tetapi pria tampan itu malah menemukannya dengan sangat mudah.Laura benar-benar lupa, bahwa kekasihnya itu memiliki bisnis lain selain mempunyai perusahaan yang besar."Semua ini!"Ia melangkah keluar dan akan meninggalkan apartemen yang memberikannya banyak kenangan.Laura hanya akan menitipkan kunci apartemen kepada satpam, karena ia sudah mengetahui
Terakhir Diperbarui: 2025-03-28